Pesantren Tebuireng: Eggi Sudjana Tidak Paham Sejarah, Harus Belajar Lagi

Ponpes Tebuireng menyatakan, orang yang mengatakan tidak ada ajaran selain agama Islam yang sesuai Pancasila adalah orang yang tidak paham sejarah.
Pertemuan dengan Pengurus Pesantren Tebuireng berlangsung di Ruang Pertemuan Gedung KH M Yusuf Hasyim lantai 2, Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Turut hadir perwakilan Pesantren Tebuireng, antara lain Kepala Pondok Putra, Ustadz Iskandar, Ustadz Ainur Rofiq, dan Ustadz Roziqi sebagai perwakilan dari Madrasah Aliyah Salafiyyah Syafi’iyyah Tebuireng. (Foto: Ist)

Jombang, (Tagar 7/10/2017) – Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng menyatakan, orang yang mengatakan bahwa tidak ada ajaran selain agama Islam yang sesuai dengan Pancasila adalah orang yang tidak paham sejarah dan harus belajar kembali.

"Pemerintah dan masyarakat harus sadar bahwa kegaduhan negara adalah akibat radikalisme dan isu SARA, salah satunya disebabkan oleh ketimpangan sosial dan ekonomi. Ada kepentingan elit dan kelompok yang bermain di tengah kecemasan masyarakat yang berlebihan dan ketimpangan ekonomi. Tugas bersama baik pesantren maupun gerakan mahasiswa seperti GMKI adalah untuk membangun ekonomi masyarakat kecil, ” ujar H Lukman Hakim, Mudir bidang Pondok, saat menerima rombongan GMKI pada Kamis (5/10).

Pertemuan dengan Pengurus Pesantren dilaksanakan di Ruang Pertemuan Gedung KH M Yusuf Hasyim lantai 2, Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Turut hadir perwakilan Pesantren Tebuireng lainnya, antara lain Kepala Pondok Putra, Ustadz Iskandar, Ustadz Ainur Rofiq, dan Ustadz Roziqi sebagai perwakilan dari Madrasah Aliyah Salafiyyah Syafi’iyyah Tebuireng.

"Toko waralaba atau toko modern semakin menjamur hingga desa-desa kecil. Akibatnya warung dan pasar tradisional masyarakat sudah semakin sepi dan tergeser. Kami berharap pemerintah dapat mengontrol munculnya fenomena tersebut, jika tidak, konflik dan kesenjangan akan semakin tajam," lanjut H Lukman Hakim.

Sahat Martin Philip Sinurat, Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI sepakat bahwa pemuda dan mahasiwa harus mengembangkan ekonomi kreatif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat yang terpinggirkan.

"Pemerintah juga harus membuat kebijakan yang dapat mendukung pengembangan masyarakat ekonomi rendah. Pemerintah harus memikirkan bagaimana agar warung dan pasar tradisional dapat berkembang dan bersaing dengan toko modern, bukannya menyerahkannya pada mekanisme pasar," ujar Sahat.

Pernyataan Eggi Sudjana

Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Umum PP GMKI Alan Christian Singkali melontarkan pertanyaan terkait pernyataan kontroversial Eggi Sudjana yang mengatakan bahwa tidak ada ajaran selain agama Islam yang sesuai dengan Pancasila.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Ustadz Ahmad Roziqi yang merupakan alumnus Universitas Al Azhar Mesir, menyampaikan bahwa orang yang mengatakan seperti itu tidak paham sejarah dan harus belajar kembali.

“Bagi Pesantren Tebuireng dan NU, Indonesia dan Pancasila tidak bisa ditawar-tawar lagi,” kata Ustadz Ahmad Roziqi.

Ustadz Ahmad Roziqi menjelaskan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) sudah punya Pendidikan Kader Penggerak NU (PKPNU) dengan slogannya 'NKRI harga mati! Pancasila jaya!'

"Ketuhanan Yang Maha Esa berarti setiap agama memaknai Tuhan sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing. Yang satu tidak bisa memaksakan ajarannya kepada yang lainnya. Sampai sekarang kita bisa hidup rukun bersama. Itu hanya pernyataan sempalan yang tidak paham sejarah," jelas dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng itu.

Mendengar jawaban Ustadz Ahmad Roziqi, Alan Singkali juga merespons bahwa setiap agama maupun keyakinan di Indonesia mengandung nilai-nilai hidup bersama yang sudah diwarisi dari pengalaman berabad-abad.

“Nilai-nilai inilah yang terus menerus dihidupi oleh setiap pemeluknya dalam bergaul antarsesama anak bangsa. Sehingga seluruh tatanan nilai dalam setiap agama tertuang apik dalam satuan nafas pada setiap sila dari Pancasila itu sendiri,” ujarnya.

Diskusi ditutup dengan pemberian cideramata dari GMKI kepada Pesantren Tebuireng. Perwakilan GMKI kemudian diajak berziarah ke makam keluarga besar Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, yakni KH Hasyim Ashari, KH Wahid Hasyim, dan Gus Dur.

Dalam kunjungan ke Jombang, GMKI juga disambut oleh Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jombang. Rombongan menginap di rumah Almarhum KH Yusuf Hasyim, yang pernah menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng.

Kunjungan ke Pesantren Tebuireng menutup rangkaian Parade Kebangsaan GMKI ke beberapa Pesantren di Jawa Timur. Sebelumnya, GMKI bersilaturahmi ke Pondok Pesatren Ngalah Pasuruan, Pondok Pesantren Al Hikam Malang, dan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. (yps)

Berita terkait