Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menegaskan guru pengajian, penceramah, maupun guru agama untuk mengajarkan paham ajaran Islam jalan tengah atau wasathiyah.
Hal itu dilakukan guna mencegah munculnya paham radikal di kalangan masyarakat. "Guru ngaji ini harus menjadi perhatian kita dalam rangka deradikalisasi. Jangan sampai ada guru ngaji yang mengajarkan pelajaran atau paham radikal," kata Wapres Ma'ruf Amin di Istana Wapres Jakarta, Jumat, 15 November 2019, seperti diberitakan Antara.
Kata dia, guru pengajian harus mengajarkan ajaran-ajaran yang moderat, yaitu wasathiyah.
Selain keluarga, lingkungan pendidikan menjadi faktor penting untuk mencegah munculnya paham radikal dan menggalakkan deradikalisasi bagi masyarakat yang pernah terdampak aliran tersebut.
Terkait dengan keterlibatan guru mengaji yang memengaruhi RMN, sebagai pelaku aksi teror bom bunuh diri di Medan ini, Ma'ruf menegaskan penyelidikan harus dilakukan terhadap guru tersebut.
Apakah perlu sertifikasi guru ngaji? Saya kira belum, kita belum memikirkan pentingnya sertifikasi guru ngaji itu.
"Penyelidikan itu perlu, kita harus tahu sumber terjadinya radikalisme itu dari mana. Kalau memang sumbernya dari guru ngaji, guru ngaji ini harus menjadi perhatian kita," tutur dia.
Dia berpendapat guru mengaji tidak perlu diberikan sertifikat mengajar, karena itu bukan merupakan solusi atas penyebaran paham radikal.
"Apakah perlu sertifikasi guru ngaji? Saya kira belum, kita belum memikirkan pentingnya sertifikasi guru ngaji itu. Intinya bukan pada sertifikasinya.Guru ngaji ini harus mengajarkan ajaran yang moderat, yang wasathiyah," ujar Ma'ruf Amin.
Terkait aksi teror bom bunuh diri di Mako Polrestabes Medan, Sumatera Utara, pada Rabu (13/11), Tim gabungan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri telah mengamankan sejumlah orang dan beberapa orang, termasuk guru mengaji dari pelaku bom bunuh diri, RMN. []
Baca juga: