Perusahaan Fintech Harus Berikan Keamanan dan Kenyamanan

Perusahaan fintech dinilai harus memberikan kepastian rasa aman dan nyaman bagi pengguna atau nasabahnya.
Fintech

Jakarta - Peneliti Institute of Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus menanggapi cepatnya pertumbuhan layanan financial technology (fintech) di Indonesia. Ia menilai, perusahaan-perusahaan fintech harus memberikan kepastian rasa aman dan nyaman bagi pengguna atau nasabahnya.

Calon nasabah  harus pintar, harus cermat melihat, ini perusahaan investasi benar asli atau bodong.

"Dia (fintech) punya ketentuan, misalnya kantor harus ada, tidak boleh fiktif alamatnya, dan seterusnya, sehingga memang perusahaan-perusahaan penyedia fintech ini benar memberikan kepastian rasa aman dan nyaman bagi nasabahnya, karena ini diatur dan ada peraturannya di OJK," kata Heri saat dihubungi Tagar, Jumat, 13 November 2020.

Selain itu, kata Heri, calon pengguna atau nasabah harus cermat dalam memilih layanan fintech. Ini bertujuan agar terhindar dari penipuan.

"Dari sisi calon nasabahnya, artinya dia harus pintar, harus cermat melihat, ini perusahaan investasi benar asli atau bodong, itu kan ada listnya di OJK dan bisa dicek keberadannya, kebenarannya, dan track recordnya, sehingga kita tidak mudah untuk ketipu," ucapnya.

Kemudian, kata Heri, jika ada iming-iming imbal hasil yang cukup besar dalam waktu singkat patut dicurigai. Misalnya, investasi Rp 10 juta, bulan depan menjadi Rp 15 juta. Hal seperti ini tidak masuk akal.

"Jadi, yang kayak gitu harus dicurigai. Nah, jadi dari sisi nasabahnya atau dari sisi calon investornya juga perlu cermat melihat karakteristik perusahaan-perusahaan investasi yang bergerak dalam misalnya digital," ujar Heri.

Sebagai informasi, perusahaan-perusahaan teknologi di sektor keuangan atau financial technology (fintech) di Indonesia pertumbuhannya melesat dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto mengatakan, industri fintech di Tanah Air akan tumbuh paling cepat di ASEAN dalam lima tahun ke depan.

Tak main-main, transaksi fintech diprediksi akan tembus mencapai Rp 1.400 triliun pada 2025. "Fintech merupakan sektor yang paling kompetitif dan kita tahu saat ini empat unicorn sudah dibangun di Indonesia dan satu decacorn yang nilainya lebih dari US$ 10 miliar," kata Airalngga dalam Indonesia Fintech Summit 2020, Rabu, 11 November 2020. []

Berita terkait
Jokowi Ingin Dongkrak Peringkat Fintech Indonesia di ASEAN
Presiden Joko Widodo atau Jokowi masih ingin dongkrak peringkat fintech Indonesia di ASEAN karena sejauh ini masih di bawah Malaysia dan Thailand.
Fintech Jack Ma Incar Dana IPO Rp 500 Triliun, Aramco Keok
Ant Group, perusahaan fintech afiliasi Alibaba milik Jack Ma mengincar dana hasil IPO sekitar Rp 500 triliun,.
Adaptasi Masa Pandemi, BRI Rilis 6 Produk Fintech Online
BRI merilis enam produk fintech secara online untuk memenuhi kebutuhan nasabah selama pandemi Covid-19.