Perubahan Politik di Malaysia Picu Unjuk Rasa

Menyikapi perubahan perpolitikan yang drastis puluhan warga, aktivis dan mahasiswa unjuk rasa di Kuala Lumpur, Selasa malam, 25 Februari 2020
Puluhan warga, aktifis dan mahasiswa melakukan unjuk rasa di Dataran Merdeka, Kuala Lumpur, Selasa malam (25/2), sehubungan perubahan drastis perpolitikan Malaysia yang berujung pembubaran pemerintahan Pakatan Harapan yang terpilih secara demokratis pada Pemilu 2018. (Foto: ANTARA/Agus Setiawan).

Kuala Lumpur - Puluhan warga, aktivis dan mahasiswa melakukan unjuk rasa di Dataran Merdeka, Kuala Lumpur, Selasa malam, 25 Februari 2020, sehubungan perubahan drastis perpolitikan Malaysia yang berujung pembubaran pemerintahan Pakatan Harapan yang terpilih secara demokratis pada Pemilu 2018.

Unjuk rasa yang berlangsung mulai pukul 20.30 waktu setempat tersebut mendapat penjagaan petugas dari Polisi Diraja Malaysia (PDRM) yang bersiaga di Jalan Raja Laut di depan Dataran Merdeka.

Sebagian pengunjuk rasa yang terdiri anak-anak muda menyalakan lilin dan membawa sejumlah poster diantaranya bertuliskan "Backdoor Government is unacceptable", "Politikus Bunuh Demokrasi Malaysia" dan "Ingat Ini Parlemen Bapak Kau".

Sekitar lima orang anak muda keturunan Melayu, India dan China berorasi secara bergantian kemudian para peserta beramai-ramai melemparkan bunga ke arah poster "Politikus Bunuh Demokrasi Malaysia" yang ditaruh di depan tempat orasi.

Salah seorang pengunjuk rasa mengatakan rakyat telah melakukan Pemilu 2018 yang mendapat perhatian dunia namun semua itu telah musnah oleh gabungan "penyamun" yang jijik dan pembohong.

"Pemerintah pintu belakang ini adalah penyelewengan kepada keluhuran pelembagaan (undang-undang) dan demokrasi berparlemen," kata Nurdin, seperti yang dilaporkan Antara.

Sementara itu seorang mahasiswi, Azura Nasron, mengaku dirinya merupakan kelompok mahasiswa yang bebas tidak terikat dengan partai manapun.

"Kami dari Gerakan Pembebasan Akademik, kelompok mahasiswa yang bebas yang tidak terikat dengan partai apapun yang melawan tidak adanya kebebasan akademik di Malaysia ini. Kami berjuang untuk melawan undang-undang yang melarang kebebasan akademik," kata mahasiswi asal Universiti Malaya (UM) tersebut.

Dia mengatakan tujuan unjuk rasa ini bukan semata-mata penghianatan politisi yang dilakukan baru-baru ini namun untuk mengkritisi politik berdasarkan kekuasaan bukan politik kerakyatan. []

Berita terkait
Mahathir Mohamad Kembali Berkantor di Putrajaya
Dr Mahathir Mohamad kembali berkantor di Kantor Perdana Menteri Putrajaya, Selasa, 25 Februari 2020, sebagai perdana menteri sementara
Mundur, Cara Mahathir Jegal Anwar Ibrahim Jadi PM Malaysia
Mahathir secara resmi telah mengundurkan diri sebagai PM Malaysia. Langkahnya ini diduga untuk menjegal Anwar Ibrahim naik jadi PM Malaysia.
Mahathir Mohamad, PM Tertua dengan Kontroversinya
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, jadi tokoh politik tertua yang masih memegang jabatan penting di suatu negara