Pertemuan Jokowi-Prabowo Jelang Pilpres

Pertemuan Jokowi-Prabowo jelang Pilpres. 'Silaturahmi ini strategis untuk membangun demokrasi.'
Pertemuan Jokowi-Prabowo Jelang Pilpres | Presiden Joko Widodo berbincang bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di teras Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 17/11/2016. (Foto: Biro Pers Istana).

Jakarta, (4/8/2018) - Sekarang ini Sabtu (4/8) merupakan hari pertama pendaftaran pasangan capres-cawapres di Komisi Pemilihan Umum. Masa pendaftaran capres-cawapres berlangsung sampai Jumat (10/8) mendatang.

Hasto Kristiyanto Sekjen PDI Perjuangan menyebutkan, sekjen partai koalisi Joko Widodo mengusulkan adanya pertemuan Joko Widodo dengan Prabowo Subianto menjelang Pilpres 2019.

"Itu sangat positif untuk membangun dialog bersama, untuk membangun gotong royong," kata Hasto dalam diskusi Para Syndicate The Party Forum: Siapa Cawapres Jokowi dan Prabowo?, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (3/8) mengutip Antara.

Menurut dia, pertemuan Jokowi-Prabowo cukup penting untuk mendinginkan situasi menjelang pemilihan presiden, yang saat ini menurutnya cukup memanas.

Komunikasi antara Jokowi dengan Prabowo dinilai bisa mencerminkan sila ke-4 Pancasila tentang musyawarah mufakat.

"Pertemuan Joko Widodo dan Prabowo juga bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Terutama untuk mereka yang berbeda dukungan di Pilpres," ucapnya.

Dengan dialog tersebut, tambah Hasto, akan membangun kesepahaman dan komunikasi yang baik dalam membangun bangsa ke depan.

Di tempat yang sama, Sekjen Partai NasDem Johnny G Plate mengatakan, komunikasi dua sosok yang potensial bertarung kembali di Pilpres 2019 bisa berdampak positif untuk demokrasi Indonesia.

"Silaturahmi ini akan memberikan kontribusi yang penting dan strategis bagaimana Indonesia membangun demokrasi ke depan," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Johnny menyebutkan Jokowi telah memiliki satu nama calon wakil presiden yang akan mendampinginya di Pilpres nanti.

"Cawapres pilihan Jokowi merupakan sosok yang sudah dipelajari dan dipertimbangkan jauh-jauh hari sebelum masa pendaftaran capres-cawapres," katanya.

Pilihan cawapres Jokowi, tambah dia, tidak saja sudah disampaikan kepada ketua umum parpol pendukung, tetapi juga sudah disampaikan kepada para sekjen partai.

"Kepada pimpinan parpol sudah mengatakannya (nama Cawapres). Bahkan kepada Sekjen juga sudah dibicarakan," kata Johnny.

Kendati demikian, baik itu sekjen maupun ketua umum parpol koalisi tidak akan pernah membocorkan siapa sosok cawapres pilihan Jokowi kepada publik. Semua akan disampaikan Jokowi sendiri dalam pendeklarasian pasangan capres-cawapres yang akan dilakukan dalam waktu dekat.

"Tidak akan nama itu dipublikasikan. Belum diumumkan itu hanya soal taktis dan strategis. Ini semua demi kepentingan keberhasilan koalisi," ucapnya.

Sama-sama Meningkat

Elektabilitas atau tingkat keterpilihan Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto sama-sama meningkat. Ini merupakan hasil survei Alvara Research Center terbaru digelar Juli 2018. Meningkat dibandingkan survei yang Alvara buat sebelumnya.

Harry Nugroho Kepala Riset Alvara Research Center saat rilis survei di Jakarta, Jumat, mengatakan, elektabilitas Jokowi mencapai 48,4 persen atau meningkat 3,6 persen dibanding survei pada April- Mei lalu yang sebesar 46,8 persen.

Sementara elektabilitas Prabowo Subianto juga meningkat dari 27,2 persen pada survei April-Mei menjadi 32,2 persen dalam survei terkini.

Kedua kandidat semakin meninggalkan jauh para pesaingnya. Kandidat terdekat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan suara responden 1,4 persen, sedikit di atas Gatot Nurmantyo yang hanya 1,2 persen.

"Peningkatan elektabilitas keduanya karena dinamika politik saat ini telah mengerucut kepada kedua nama tersebut, sehingga orang sudah mulai menentukan pilihan," kata Harry.

Oleh karena itu, menurut dia, suara yang belum menentukan juga semakin berkurang. Sedangkan suara pasangan lain di luar kandaidat juga mengalami penurunan.

Dalam survei dengan responden 1.142 orang tersebut, mereka yang belum menentukan pilihan menurun menjadi 12 persen, dibandingkan dengan survei pada April-Mei yang sebesar 15,1 persen.

Selain itu, menurut Harry, peningkatan elektabilitas Jokowi juga didukung tingkat kepuasan publik yang meningkat dibandingkan survei sebelumnya.

Tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi mencapai 71,1 persen menyatakan puas dan 4 persen sangat puas. Dengan demikian, meningkat bila dibandingkan survei sebelumnya sebesar 65,9 persen yang menyatakan puas dan 6,8 persen yang sangat puas.

Namun dari seluruh kategori tema kepuasan kinerja, terdapat tiga tema ekonomi yang justru menurun yaitu kesejahteraan tenaga kerja dari 57,1 persen menjadi 56,4 persen, kemudahan lapangan kerja dari 53,7 persen menjadi 53,3 persen dan pengentasan kemiskinan dari 56,2 persen menjadi 54,4 persen.

"Di tiga isu ekonomi itulah dimanfaatkan dengan baik oleh pihak Prabowo dalam membentuk narasi di sosial media. Oleh karenanya, kenaikan elektabilitas Prabowo mampu lebih tinggi dibanding Jokowi," katanya. []

Berita terkait