Pernyataan Kontroversial Seorang Menteri di Prancis Soal LGBTQ Picu Kemarahan

Pernyataan Caroline Cayeux. Minister of Local Authorities, telah menyakiti dan menimbulkan kemarahan banyak orang
Menteri Caroline Cayeux didesak mengundurkan diri setelah menyampaikan pernyataan kontroversial soal LGBTQ. (foto: Dok/voaindonesia.com/Reuters)

TAGAR.id, Paris, Prancis – Tekanan terhadap seorang menteri Pemerintah Presiden Emmanuel Macron untuk mengundurkan diri semakin meningkat setelah ia menyampaikan pernyataan yang dinilai menstigmatisasi homoseksualitas dan orang-orang LGBTQ (lesbian, gay, bisexual, transgender and queer).

Pernyataan Caroline Cayeux. Minister of Local Authorities, telah menyakiti dan menimbulkan kemarahan banyak orang, termasuk mitra-mitranya, dan mendorong dialog yang lebih luas tentang sikap diskriminatif yang dilakukan secara terus menerus oleh orang-orang yang berkuasa.

Lebih dari 100 tokoh terkemuka menerbitkan seruan mundur di suratkabar Journal du Dimanche, dan mempertanyakan mengapa ia masih duduk di pemerintahan. Mereka yang menandatangani seruan itu mencakup sejumlah anggota parlemen, pejabat senior, peraih medali Olimpiade, dokter, artis, mantan perdana menteri, mantan penasehat utama Macron dan beberapa orang lain dalam kubu politik Macron.

Dalam sebuah wawancara minggu ini tentang tentangan terhadap undang-undang Prancis tahun 2013 yang mengizinkan pernikahan sesama jenis dan adopsi gay, Cayeux mengatakan tindakan itu “melawan alam.”

aktivis lgbt jepangIlustrasi: Para aktivis dan pendukung LGBT berpartisipasi dalam Parade LGBT (Pride Parade) di Tokyo, Jepang. (Foto: voaindnesia.com/Reuters)

Berbicara di radio pemerintah Public Senat Selasa, 12 Juli 2022, lalu, Cayeux mengatakan ia telah dinilai berprasangka. “Saya bersikukuh mempertahankan pernyataan saya. Saya selalu mengatakan jika undang-undang itu diberlakukan maka saya akan menerapkannya. Saya punya banyak teman diantara 'orang-orang itu,' tetapi kini saya menjadi sasaran pengadilan yang tidak adil. Ini membuat saya kesal.”

Pernyataannya tentang “those people” atau “orang-orang itu” dalam wawancara itu kembali memicu gelombang protes di kalangan orang-orang LBGTQ dan mereka yang berjuang melawan diskriminasi dan pelecehan, dan memicu seruan agar ia segera mengundurkan diri.

Sebuah gugatan hukum juga telah diajukan terhadapnya karena penghinaan publik. Cayeux kemudian menyampaikan penyesalannya lewat Twitter dengan mengatakan kata-katanya “tidak pantas,” dan mengirim surat permintaan maaf kepada kelompok-kelompok anti-diskriminasi. Ia mengatakan kepada suratkabar Le Parisien bahwa pernyataannya “sama sekali tidak mencerminkan pandangannya.”

Banyak yang mempertanyakan ketulusan perubahan sikapnya dan mengatakan bahwa kerusakan sudah terjadi.

“Bagaimana kita bisa percaya bahwa pemerintah akan menghormati kesetaraan bagi semua orang, akan berkomitmen untuk memerangi diskriminasi dan menjamin kesetaraan gender?” demikian petikan beberapa pertanyaan dalam suatu petisi di dunia maya oleh kelompok-kelompok LGBTQ yang menuntut pengunduran diri Cayeux dan dua pejabat lain yang menentang undang-undang perkawinan sesama jenis. Petisi itu menyebut mereka sebagai “juru bicara kebencian dan penolakan.”

Tetapi Perdana Menteri Prancis, Elisabeth Borne, tampaknya mendukung Cayeux. Berbicara Jumat, 15 Juli 2022, lalu, ia mengatakan pernyataan Cayeux itu “ceroboh” tetapi menyambut permintaan maaf yang disampaikan. Borne mengatakan ke depan Cayeux akan “hati-hati” ketika mendukung upaya melawan diskriminasi anti-LGBTQ.

Isu ini telah memecah belah pemerintahan ketika Macron secara politik berada dalam posisi sangat lemah setelah kehilangan mayoritas di parlemen. (em/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Kibarkan Bendera Simbol LGBT, Ketua DPD RI Desak Kedubes Inggris Minta Maaf
Menurut LaNyalla, Kedutaan Besar Inggris tak menghargai kultur Indonesia ia meminta Kedutaan Besar Inggris menyampaikan permohonan maaf.
0
UEFA Kunjungi Qatar dan Jamin Hak LGBTQI
Kelompok Kerja mengakui bahwa kemajuan yang signifikan telah dicapai terkait dengan pekerja dan kelompok LGBTQI+