Pernikahan Unik 4 Pasang Pengantin di Yogyakarta

Empat pasang calon pengantin di Yogyakarta mengikuti pernikahan gratis menyambut HUTke-264 Kota Yogyakarta. Mereka melakukan ijab di atas sepeda.
Seorang mempelai wanita tengah menandatangani berkas administrasi di atas sepeda usai ijab kabul dalam acara Nikah Bareng untuk memperingati HUT ke-264 Kota Yogyakarta di KUA Kotagede Yogya, Kamis, 8 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Gading Persada)

Yogyakarta- Wajah Awal Ahmadi, 45 tahun terlihat bahagia. Garis-garis wajah dan sorot matanya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang dia rasakan hari itu, Kamis, 8 Oktober 2020.

Perlahan dua butiran bening menetes dari kelopak matanya. Warga Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman ini seperti tak kuasa menahan tangis haru setelah resmi menjadi suami Ani Rohayati, 31 tahun.

Awal sudah berikrar di hadapan penghulu untuk janji sehidup semati dengan Ani, warga Caturharjo, Sleman.

Keinginan Awal untuk meresmikan hubungannya dengan Ani sudah ada sejak dua tahun terakhir. Namun, apa daya, dana untuk melamar dan melangsungkan pernikahan tak kunjung didapatnya.

Penghasilannya sebagai seorang montir bantu di salah satu bengkel mobil kawasan ringroad utara DIY, membuat dirinya cukup sulit mengumpulkan dana untuk melamar kekasihnya itu.

Namun, usaha kerja keras disertai doa yang selalu dipanjatkannya ternyata di-ijabahi (dikabulkan) Tuhan Yang Maha Kuasa. Tepat pada 8 Oktober 2020, Awal mempersunting wanita idamannya itu.

“Rencana ke depan tidak terlalu ngoyak (mengejar) dapat momongan, karena saya nikah itu bukan cari senengnya, tapi susahnya karena saya merasa di balik susah itu pasti ada senangnya,” kata Awal Ahmadi usai ijab kabul di Kantor Urusan Agama (KUA) Kotagede Yogyakarta, 8 Oktober 2020.

4 Pasang Menikah Gratis

Dengan berpakaian pengantin muslim lengkap, di bawah teriknya sinar matahari siang itu, Awal pun mantap mengucapkan janji setianya.

Cerita Nikah Unik di Yogyakarta (2)Pasangan pengantin baru, Awal Ahmadi-Ani Rohayati menunjukkan buku nikah yang baru diterimanya usai ijab kabul dalam acara Nikah Bareng untuk memperingati HUT ke-264 Kota Yogyakarta di KUA Kotagede Yogya, Kamis, 8 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Gading Persada)

Sesekali tangannya mengelap keringat yang menetas dari keningnya, Awal dengan lancar membacakan kalimat-kalimat ijab kabul.

Tidak sulit untuk mengucapkan ijab kabul tadi. Saya akan menepati janji-janji yang sudah saya katakan dihadapan penghulu.

Perasaan senang dan lega juga disampaikan Ani Rohayati. Bahkan kegembiraannya selain sudah resmi menjadi seorang istri ada hal lain karena semua fasilitas untuk menikah diberikan secara gratis.

“Gratis semuanya, mulai baju pengantin yang saya pakai ini semua diberikan gratis. Make up mantem juga gratis, biaya menikah juga gratis semuanya. Saya lega, karena sudah ada pendampingnya,” ucap Ani.

Kegembiraan Awal dan Ani juga dirasakan tiga pasangan lainnya yang juga ikut menikah dalam acara Nikah Bareng yang digelar dalam rangka HUT Kota Yogyakarta ke-264 itu.

Ketiga pasangan itu adalah pasangan Ariasta Putra Hendarta, 25 tahun, asal Kotagede Yoga-Sri Wulandari, 50 tahun asal Gondokusuman Kota Yogyakarta; Savana Ardi Hudaya, 42 tahun, asal Umbulharjo Kota Yogya-Maimunnah, 51 tahun, asal Pakualaman Kota Yogyakarta; dan pasangan dari Gunungkidul, Sukoco, 32 tahun-Ambar Eknosari, 27 tahun, juga turut dinikahkan pada momen tersebut. 

Uniknya, keempat pasangan itu melakukan ijab kabul dengan disaksikan penghulu dari sebuah sepeda kayuh.

“Unik saja dan ini benar-benar jadi pengalaman bersejarah dalam hidup saya. Selain tentunya lega juga bisa melepas masa lajang,” kata Ariasta Putra Hendrata, warga Kota Yogya yang ikut nikah bareng tersebut.

Acara Nikah Bareng ini diinisiasi FORTAIS (Forum Ta’aruf Indonesia) Sewon, Bantul dan KUA Kotagede Yogyakarta dengan didukung Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta serta beberapa make up artist yang bertugas merias para pengantin.

Diawali Kirab Sepeda

Prosesi nikah diawali dengan kirab manten menaiki sepeda masing-masing dari titik start di Hotel Bifa lalu menuju ke KUA Kotagede diiringi pejabat Forkompimca Kotagede. Sesampai di lokasi dilakukan pengecekan suhu tubuh, pemakaian handsanitizer.

Cerita Nikah Unik di Yogyakarta (3)Para pasangan mempelai dengan mengendarai sepeda usai ijab kabul dalam acara Nikah Bareng untuk memperingati HUT ke-264 Kota Yogyakarta di KUA Kotagede Yogya, Kamis, 8 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Gading Persada)

Selanjutnya dua pasang calon pengantin langsung memasuki halaman KUA Kotagede yang telah disulap menjadi pelaminan.

Prosesi ijab dilakukan bergantian. Pengantin, saksi, dan penghulu duduk di atas sepeda dengan mahar seperangkat alat salat serta masker 264 lembar, sebagai simbol hari ulang tahun Kota Yogyakarta ke-264.

“Memang acara ini untuk memperingati HUT Kota Yogyakarta tapi ada pasangan penganten dari luar Yogya tetap diperbolehkan untuk ikut. Mereka memakai surat izin menumpang nikah karena secara administrasi memang sudah terpenuhi,” ucap Kepala KUA Kotagede Setyo Purwadi usai memimpin ijab kabul.

Setyo berpendapat, para pasangan penganten yang ikut program Nikah Bareng harus bersyukur. Pasalnya, dalam melakukan seluruh tahapan menikah, mereka tidak dikenakan biaya sepeser pun. Hal ini sudah sangat membantu ditengah sulitnya perekenomian di masa pandemi seperti ini.

“Untuk menikah itu biayanya sekitar Rp 600 ribu. Setidaknya dengan nikah gratis ini mereka bisa terbantu,” ujar dia.

Menurut Setyo, masa pandemi memang mempengaruhi orang yang ingin menikah. Hal ini dialaminya sendiri terutama saat awal-awal pandemi.

“Saat awal pandemi itu seperti Mei hingga Juni memang sedikit sekali pasangan yang menikah. Bahkan di bulan Juni kami catat nol pasangan yang menikah. Tapi saat ini sudah mulai menggeliat kembali sejak Agustus rata-rata 10-15 pasangan yang menikah. Kalau sebelum pandemi ya bisa lebih dari itu,” kata dia.

Dalam acara nikah bareng ini, seluruh fasilitas diberikan secara gratis. Mulai dari biaya menikah, mahar unik, cincin kawin tematik dengan tulisan aksara Jwa, rias dan baju pengantin serta dokumentasi.

Selain melakukan ijab kabul di atas sepeda, keunikan lain adalah mahar nikah yakni adanya masker berjumlah 264 lembar, yang selanjutnya oleh setiap pasangan dibagikan kepada masyarakat umum sebagai bagian dari tugas mereka sebagai Duta Protokol Kesehatan.

“Setelah pernikahan masker tersebut langsung dibagikan dengan bersepeda ke masyarakat Kotagede sebagai komitmen mereka menjadi Duta Protokol Kesehatan di masyarakat dan kehidupan berumah tangga,” ucap RM Ryan Budi Nuryanto, Ketua Golek Garwo FORTAIS Sewon selalu inisiator kegiatan.

Ribuan Pasang dalam 14 Tahun

Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), program Nikah Bareng yang digagas oleh Ryan tersebut memang sudah sangat familiar.

Kegiatan unik menikahkan puluhan bahkan ratusan pasangan secara serentak ini dimulai sejak tahun 2006 lalu. Bermula di Kabupaten Bantul, DIY usai gempa bumi hebat melanda kala itu.

Cerita Nikah Unik di Yogyakarta (4)Para pasangan mempelai dengan mengendarai sepeda usai ijab kabul dalam acara Nikah Bareng untuk memperingati HUT ke-264 Kota Yogyakarta di KUA Kotagede Yogya, Kamis, 8 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Gading Persada)

Nikah Bareng dan Golek Garwo merupakan satu kesatuan yang tak terlepaskan. Program istimewa ini mampu mempertemukan, mendekatkan para pasangan yang selama ini terkendala sejumlah hal untuk menikah. Mulai dari kesulitan bergaul, kesibukan bekerja, tidak percaya diri, trauma masa lalu, hal-hal negatif di luar tubuh yang menghalangi untuk mendapatkan jodoh, hingga ketiadaan biaya untuk menikah.

“Saya memfasilitasi para jomlowan dan jomlowati untuk mendapatkan jodohnya lewat program Golek Garwo lalu menikah bersama lewat Nikah Bareng,” ungkap Ryan.

Pelan namun pasti, kegiatan ini terus berlanjut. Di tahun 2008 , Ryan menargetkan ada 50 pasangan ikut Nikah Bareng.

Saat itu Ryan bersama calon istrinya turut menjadi peserta dalam program Nikah Bareng yang dipeloporinya sendiri.

Sebelum Nikah Bareng, para pasangan itu mengikuti program Golek Garwo lebih dulu, sebagai sarana mengenal satu sama lain.

Dalam Golek Garwo ada kegiatan pertemuan atau jumpa darat yang rutin digelar sebulan sekali, tiap pekan ketiga, bertempat di Kecamatan Sewon, Jalan Parangtritis KM 7 Sewon, Bantul.

Peserta Golek Garwo harus mematuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Selama hampir 14 tahun program Nikah Bareng dan Golek Garwo tersebut, hingga kini sudah ada ribuan pasangan yang mengikuti. Terdiri dari berbagai ras, agama, suku dan bangsa. Tidak hanya dari Bantul, DIY, namun ada dari Aceh, Sumatera, Kalimantan, Malaysia, Singapura, Australia dan Taiwan.

“Alhamdulilah sampai saat ini sudah sekitar 8.500 pasangan yang ikut Nikah Bareng ini,” kata Ryan. []

Berita terkait
Demo di Yogyakarta, PKL Malioboro dan Keluhan Wisatawan
Aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja di Yogyakarta berakhir ricuh. Pedagang kaki lima dan wisatawan di malioboro mengeluhkan hal itu.
Kenangan Spot Menyenangkan di Kampus UGM Yogyakarta
Ada beberapa spot menyenangkan dan penuh kenangan di kawasan kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) menurut beberapa alumninya.
Menggiurkan, Usaha Bibit Pohon Anggur di Yogyakarta
Usaha pembibitan pohon anggur menjadi salah satu usaha yang hasilnya cukup menggiurkan, terlebih laan yang dibutuhkan tidak harus luas.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.