Permintaan Vaksin Corona yang Tinggi Picu Kepanikan Global

Permintaan vaksin virus corona (Covid-19) yang tinggi di seluruh dunia mengakibatkan timbulnya “kepanikan vaksin global” yang luar biasa
Paket vaksin Covid-19 produksi perusahaan Moderna siap didistribusikan di Olive Branch, Mississippi, AS (Foto: Dok/voaindonesia.com/Reuters).

Jakarta – Kepala aliansi yang mengupayakan pengadaan dan pendistribusian vaksin virus corona (Covid-19) yang cepat dan adil mengatakan bahwa akibat dari permintaan vaksin yang tinggi di dunia menimbulkan “kepanikan vaksin global.”

CEO GAVI (The Global Alliance for Vaccines and Immunisation- Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi yang dikenal luas sebagai Vaccine Alliance, Seth F. Berkley, mengatakan saat ini sejumlah pemerintah menyumbangkan – atau menjual kembali – kelebihan dosis vaksin mereka agar dapat didistribusikan kembali secara lebih merata ke negara-negara lain yang membutuhkan. GAVI adalah sebuah aliansi vaksin internasional yang menyediakan vaksin gratis bagi negara-negara yang memenuhi syarat.

Berbicara dalam panel virtual Forum Ekonomi Dunia WEF, Berkley mengatakan, bahwa aat ini jelas ada sedikit kepanikan vaksin secara global. Banyak negara menginginkan dosis vaksin Covid-19, dan sampai hari ini GAVI melakukan yang terbaik untuk mendorong ketersediaan vaksin itu. Yang dimaksud Berkley adalah mulai dari dosis pertama diproduksi hingga didistribusikan ke banyak negara berkembang, mungkin dibutuhkan waktu 8-10 minggu, waktu yang luar biasa cepat dibanding jadwal sebelumnya. “Tetapi tentu saja kita lebih suka jika dosis vaksin itu sudah tersedia di negara maju dan berkembang,” ujar Berkley.

vaksin whoIlustrasi: Seorang pekerja kesehatan menyiapkan satu dosis vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNtech di pusat vaksinasi di Kotamadya Tel Aviv-Yafo dan Tel Aviv Sourasky Medical Center, Tel Aviv, Israel, 31 Desember 2020 (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Lebih jauh Berkley bicara tentang langkah sebagian negara membeli beragam vaksin berbeda karena belum yakin dengan tingkat kemanjurannya.

Orang-orang tidak tahu vaksin mana yang akan berhasil, atau apakah ada yang berhasil dari semuanya itu. Jadi, mereka mengupayakan beragam vaksin. Jika menggunakan analogi itu maka hari ini GAVI memperkirakan ada 800 juta dosis vaksin di dunia. Ini jauh melampaui komitmen dan kebutuhan untuk memvaksinasi penduduk dunia; dan masih ada opsi 1,4 miliar dosis lain.

Jadi, sebagai bagian dari COVAX (COVID-19 Vaccine Global Access), GAVI telah menetapkan prinsip-prinsip untuk mendonasikan vaksin. Yang terpenting adalah negara-negara itu mau menyumbangkan vaksin mereka dan tentu saja kami sangat menghargainya. “Tetapi kami juga berada dalam posisi untuk membeli atau antri dalam urut-urutan produksi vaksin sehingga vaksin ini tersedia secara adil,” kata Berkley.

Perusahaan-perusahaan farmasi telah dikritik karena keterlambatan pengiriman. Uni Eropa hari Senin, 25 Januari 2021, mengecam perusahaan farmasi raksasa AstraZeneca, menuduh perusahaan itu gagal mendistribusikan vaksin virus corona ke blok negara-negara itu, padahal sebelumnya Uni Eropa telah mendanai perusahaan itu untuk meningkatkan produksinya.

Komisioner Urusan Kesehatan Uni Eropa, Stella Kyriakides, yang sudah menyampaikan kecaman keterlambatan distribusi vaksin ke 27 negara anggota blok itu, juga mengatakan bahwa dalam beberapa hari ini Uni Eropa akan meminta pemberitahuan awal bagi persetujuan ekspor vaksin Covid-19 apapun yang diproduksi di dalam kawasan blok itu.

CEO Kelompok DHL di Belanda, Frank Appel, mengatakan siap mengikuti keputusan apapun yang diambil Uni Eropa. “Saya benar-benar tidak dapat menghakimi apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Appel.

ampulIlustrasi: Jarum suntik terlihat di depan logo Biontech dan Pfizer yang diambil pada 10 November 2020 (Foto: english.alarabiya.net/Reuters)

Menurut Appel, apakah karena kesalahpahaman atau ada janji yang berbeda dari perusahaan-perusahaan farmasi itu. Logistik vaksin tidak akan menghalangi hal itu. Dan tentu saja Uni Eropa dapat memutuskan apakah apa yang telah diproduksi di Eropa harus tetap berada di Eropa atau tidak. Tentu saja mereka akan bersikap transparan dengan proses bea cukainya. “Apakah ini keputusan yang tepat, saya juga benar-benar tidak tahu karena saya tidak mengetahui apa yang disepakati perusahaan-perusahaan farmasi dengan komisi ini atau dengan negara-negara Eropa,” kata Appel

Dibanding Israel dan Inggris, Uni Eropa jauh tertinggal dalam distribusi vaksin pada penduduk yang paling rentan dan petugas layanan kesehatan mereka.

Pengumuman AstraZeneca bahwa sejak awal pihaknya akan mengirimkan lebih sedikit vaksin ke Uni Eropa telah meningkatkan tekanan pada blok 27 negara itu, terutama setelah Pfizer-BioNTech –vaksin pertama yang mendapat persetujuan Uni Eropa– minggu lalu gagal memenuhi janji pengiriman vaksin yang dijanjikannya ke Uni Eropa.

Pfizer-BioNTech untuk sementara waktu telah mengurangi pengiriman vaksin ke Uni Eropa dan Kanada ketika pihaknya merombak pabrik di Belgia untuk meningkatkan kapasitas produksi secara keseluruhan. Italia mengancam akan menuntut Pfizer karena penundaan pengiriman itu (em/jm)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Uni Eropa Tuntut Jawaban AstraZeneca Atas Penundaan Vaksin
Jadwal pemasokan vaksin virus corona (Covid-19) ditunda, Uni Eropa menuntut jawaban dari AstraZeneca atas penundaan tersebut
Produsen Tunda Kirim Vaksin Italia Akan Tempuh Jalur Hukum
Italia dan Uni Eropa akan tempuh jalur hukum karena produsen farmasi Pfizer dan AstraZeneca tunda kirim vaksin
Uni Eropa Menggandakan Pembelian Dosis Vaksin Virus Corona
Uni Eropa mencapai kesepakatan dengan Pfizer-BioNTech untuk mendapatkan tambahan 300 juta dosis vaksin virus corona
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.