Jakarta - Calon Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) 2021-2025, Gembong Primadjaya menceritakan perjalanan hidupnya setelah lulus dari Teknik Mesin ITB pada 1986 dan mengatakan alasannya di balik mengurus IA ITB, menurutnya alumni muda harus difasilitasi.
Gembong mengatakan setelah lulus dari Teknik Mesin ITB saat itu dirinya berpikir untuk tidak melanjutkan hidupnya di dunia mesin, menurutnya susah sekali hidup di dunia mesin. Sehingga akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan Manajemen dan Keuangan atau S2 nya di Rutgers University, United States of America.
Setelah lulus dari Amerika, Gembong kemudian bekerja di Australia selama hampir 2 tahun pada bidang konstruksi yang berujung perusahaanya tersebut menang tender di Batu Hijau, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
“Nah mereka harus merunning bisnis di sana, saya dikirim sebagai expatriat. Kemudian perusahaan itu harus membentuk badan usaha PMA waktu itu karena harus ada local partner saya menjadi local partner. Di situlah saya mulai berbisnis.” ucapnya melalui video yang diterima Tagar, Minggu, 7 Februari 2021.
Namun kehidupan layaknya roda berputar kadang berada di atas dan kadang di bawah, pada tahun 1999 usahanya bangkrut habis-habisan karena saat itu ada krisis moneter.
“Saya tinggal memiliki uang sekitar Rp 30 juta lah waktu itu untuk membayar hutang bank dan lain-lain semua, saya putuskan saya berangkat ke Kalimantan, saya juga belum pernah ke Kalimantan waktu itu, internet juga masih belum terlalu populer lah waktu itu. Saya berangkat dari Bandung, naik kereta ke Surabaya dari Surabaya naik kapal laut ke Kalimantan.” Jelasnya.
Sesampainya di Kalimantan, di pelabuhan Gembong mengaku bingung harus kemana. Karena dia tidak memiliki koneksi, senior yang membimbing, dan orang tua tidak bisa lagi memberinya modal untuk membuat usaha baru, Gembong memutuskan untuk memulai usaha di bidang angkutan batu bara.
“Jadi saya sempat dibilang orang gila di sana, karena kalau ditanya sama orang di warung, ‘bapak dari mana?’ ‘Dari Bandung’ ‘Oh, backgroundnya apa?’ ‘Saya lulusan ITB, S2-nya di Amerika’. Nggak ada yang percaya orang di sana. Jadi kalau saya masuk warung itu, pasti orang-orang itu bilang ‘Ada orang gila datang’.” kata Gembong.
Karena saya pikir alumni muda atau alumni baru yang sedang mencari identitas diri dan mencoba membangun karir itu perlu dibantu. Jadi dari pengalaman itulah saya merasa alumni muda itu tidak boleh dibiarkan sendiri, mencari jalannya sendiri, kalau bisa difasilitasi. Jadi yang senior membantu yang junior.
Itulah sedikit cerita yang disampaikannya, kejadian tersebutlah yang akhirnya membuat Gembong memutuskan untuk mengurus organisasi termasuk IA ITB.
“Karena saya pikir alumni muda atau alumni baru yang sedang mencari identitas diri dan mencoba membangun karir itu perlu dibantu. Jadi dari pengalaman itulah saya merasa alumni muda itu tidak boleh dibiarkan sendiri, mencari jalannya sendiri, kalau bisa difasilitasi. Jadi yang senior membantu yang junior.” Kata Gembong Primadjaya. []