Perilaku Seks Menyimpang Jadi Tantangan Bonus Demografi

Dua tantangan besar bakal dihadapi ketika bonus demografi terjadi pada 2030-2040. Salah satunya perilaku seksual yang menyimpang.
Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) RI H Nofrijal. (Foto: Tagar/Rina Akmal)

Padang - Dua tantangan besar bakal dihadapi ketika bonus demografi terjadi pada 2030-2040. Salah satu rintangan yang akan dilalui adalah perilaku seksual yang menyimpang. 

Bonus demografi diketahui bakal terjadi sekitar 11 tahun lagi. Ketika itu jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).

Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) H Nofrijal mengatakan bahaya laten reproduksi menjadi tantangan pertama yang bakal dihadapi terkait bonus demografi. "Yang pertama bahaya laten reproduksi (triad kesehatan reproduksi)," kata Nofrijal di Padang pada Kamis, 22 Agustus 2019.

Triad kesehatan reproduksi, kata dia, dimulai dari pernikahan di usia anak (menikah di bawah umur ) yang memiliki banyak konsekuensi. Mulai dari konsekuensi kesehatan, ekonomi, mental, hukum, dan sosial.

"Secara mental tentu belum matang, belum lagi persoalan ekonomi dan yang lainnya. Inilah yang kita khawatirkan, karena saat ini masih banyak terjadi pernikahan usia anak dengan berbagai alasannya. Mulai dari hamil sebelum nikah, hingga perjodohan oleh orangtua," ucap mantan Kepala Perwakilan BKKBN Sumbar ini.

Dia mengkhawatirkan bahaya laten pada perilaku seksual yang menyimpang akan berdampak pada norma hukum, agama, fisiologis, dialogis dan analogis (atau yang biasa disebut LGBT).

"Saat ini, pertumbuhan LGBT itu lebih besar dari pertumbuhan penduduk dan ekonomi di Indonesia yakni 3,4 persen. Inilah yang dihadapi bangsa kita saat ini, khususnya remaja," ujarnya.

Dia menyebutkan bahaya laten yang tidak kalah akan menggangu generasi muda adalah napza (narkoba), karena dengan penggunaan obat-obatan terlarang akan merusak masa depan bangsa.

"Banyak hal yang mempengaruhinya. Tapi yang paling dominan adalah pornografi, karena inilah yang paling hebat merusak dan menghancurkan otak manusia. Belum lagi pengaruh dan dampak nikotin pada rokok yang dihisab oleh remaja," tuturnya.

Dia berharap semua pihak terlibat dalam menjaga dan menyelamatkan generasi penerus bangsa. Khususnya, dalam menghadapi bonus demografi, yang puncaknya tahun 2030. "Bonus demografi artinya, usia produktif (bekerja) lebih banyak dari usia non produktif. Jika generasi muda saat ini tidak dipersiapkan, maka akan menjadi bencanalah bonus ini bagi kita semua," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Sumbar H Syahruddin menyampaikan ada banyak cara yang dilakukan BKKBN dalam pendekatan pada remaja. Salah satunya dengan program Generasi berencana (Genre), yang dicanangkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.

"Tidak hanya melalui jalur formal (organisasi sekolah), tapi kami juga menyasar organisasi non formal salah sayunya saka kencana (pramuka). Dengan pik remaja (pusat informasi dan konseling remaja), dari dan untuk siswa/mahasiswa," kata Syahruddin.

Diketahui, saat ini para remaja lebih cenderung menyukai bercerita/curhat pada teman sebayanya. Dari sinilah, dia memaksimalkan peran pendamping PIK (Pusat Informasi dan konseling) remaja, pengelola dan pelaksana untuk memfasilitasi persoalan-persoalan yang terjadi pada remaja di sekolah dan perguruan tinggi.

Selain itu, BKKBN juga melakukan pendekatan pada keluarga atau orang tua dengan cara mewadahi mereka dalam kelompok bina keluarga remaja (BKR).[]

Berita terkait
2 Daerah di Sumbar Mengalami Bonus Demografi Tahun 2020
Dua daerah di Sumatera Barat, yakni Kabupaten Dharmasraya dan Kota Padang diprediksi mengalami bonus demografi di tahun 2020.
Kemenpora Sebut Milenial Harus Manfaatkan Bonus Demografi
Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora menyebutkan momentum bonus demografi harus dimanfaatkan milenial seoptimal mungkin.
Ini Kunci Sukses Menghadapi Bonus Demografi
Bonus demografi karena 70 persen penduduk berada di usia produktif. Untuk bisa menikmati bonus demografi, ini kuncinya.
0
Novak Djokovic dan Rafael Nadal Berpisah Sampai Final di Undian Wimbledon 2022
Bintang tenis tunggal putra Novak Djokovic dan Rafael Nadal berpisah dalam undian Wimbledon 2022 yang memungkin mereka bertemu di final