Jakarta - Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reserve Repo Rate (B17RR) sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,25%. Menurut analis Equity Research Ciptadana Sekuritas Asia, penurunan BI Rate yang ketiga kali ini merupakan terendah dalam dua tahun dan selaras dengan harapan konsensus. "Kami melihat perbankan akan merespon turunnya BI Rate ini dengan penurunan suku bunga pada semester kedua 2020 (2H20)," kata analisa itu.
Keputusan Penurunan BI Rate
Keputusan BI untuk menurunkan BI Rate adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pasca kebijakan pelonggaran new normal. Bank sentral juga memangkas suku bunga simpanan dan fasilitas pinjaman sebesar 25 bps menjadi masing-masing 3,50% dan 5,00%.
Baca Juga: Kebijakan Penurunan BI Rate Bisa Gerus Laba Bank
"Ini berbeda dengan perkiraan kami yang sebelumnya melihat bahwa BI akan mempertahankan suku bunga. Kami melihat, penurunan suku bunga tidak perlu dilakukan sejak permintaan kredit melemah dan kebijakan fiskal lebih efektif daripada kebijakan moneter
di bawah kejutan di sisi permintaan dan penawaran," ucap analis Ciptadana.
Seperti transmisi kebijakan moneter biasanya memakan waktu sekitar 6 bulan. "Kami melihat penurunan suku bunga siap dilakukan perbankan mulai semester kedua 2020 (2H20), di mana bisnis lebih cenderung membutuhkan peningkatan kredit," tuturnya.
Pertumbuhan Ekonomi Akan Naik
Dikatakan bahwa kebijakan yang ditempuh BI diharapkan bisa memberikan hasil yang positif. Bank sentral telah menetapkan kurs yang lebih rendah. BI merevisi estimasi pertumbuhan ekonomi pada 2020 menjadi 0,9-1,9% YoY.
"BI percaya bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan naik. Dengan demikian, pada tahun 2021, BI memprediksi fase pemulihan tersebut dekat dan pertumbuhan pada 2021 akan menjadi sekitar 5-6%," tutur analisa itu.
Menurutnya, kondisi ekonomi lebih kondusif karena risiko global secara bertahap membaik ditunjukkan oleh indeks volatilitas (VIX) yang menyusut sebesar 40,6% dari level tertinggi pada Maret 2020 di posisi 82,7 ke level saat ini 33,6. Optimisme investor global meningkat seiring bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) mengumumkan bahwa The Fed akan membeli obligasi dari pasar sekunder.
"Meningkat optimisme investor global juga dapat menjadi sentimen positif yang akan membuka ruang bagi penguatan pasar Indonesia dalam waktu dekat," katanya.
Harapan BI Rate
Di tengah guncangan pasokan potensial, BI masih memegang target inflasi pada 3,0 ± 1% pada 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi 2,19% YoY pada Mei 200 atau terendah dalam 20 tahun, tetapi masih dapat dikendalikan.
Untuk menghindari potensi kenaikan inflasi di semester kedua 2020 (2H20) karena meningkatnya jumlah uang beredar dengan adanya pelonggaran kuantitatif, Ciptadana melihat mempertahankan BI Rate yang moderat adalah penting. "Kita berharap tidak akan ada penurunan suku bunga agresif mengikuti penurunan suku bunga saat ini," tuturnya.
Baca Juga: BI Putuskan Tahan Repo Rate 5 Persen di Awal Tahun
Secara fundamental, BI menyadari bahwa mereka dapat menurunkan suku bunga lebih dalam, namun itu tidak perlu. "Kami melihat penurunan suku bunga tidak akan banyak membantu karena sektor riil tidak cukup menjual kapasitas yang sudah mereka miliki," jelasnya. []