Untuk Indonesia

Perang Jenderal Kardus vs Jenderal Baper

Gerindra jelas tidak terima Prabowo disebut Jenderal kardus. Mereka membalas mengejek SBY sebagai Jenderal baper.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menyampaikan keterangan pers bersama kepada wartawan usai pertemuan tertutup di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (30/7/2018). Partai Demokrat resmi berkoalisi dengan Partai Gerindra dalam Pilpres 2019. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)

Oleh: Denny Siregar*

"Politik adalah seni kemungkinan."

Kita selama ini melihat banyak hal dalam politik. Dari yang biasa menjadi luar biasa, dari yang memungkinkan menjadi tidak mungkin.

Tapi akhir-akhir ini, pihak oposisi mungkin menganggap bahwa politik itu sudah bukan lagi jadi seni yang memungkinkan, tetapi seni yang membingungkan.

Bagaimana tidak bingung? Di balik gegap gempitanya pertemuan Gerindra dan Demokrat yang diliput banyak media, ternyata kisah di belakang layarnya penuh dengan tekanan.

Sudah bukan rahasia umum lagi, Prabowo ditekan oleh SBY untuk mundur karena menurut SBY, Prabowo pasti kalah. Karena itu SBY sudah menyiapkan "duet maut" yaitu Anies Baswedan dan anaknya AHY. Dan SBY merasa berada di atas angin, sebab Prabowo datang padanya sekaligus mencari logistik untuk Pilpres dari Demokrat. Prabowo sendiri dikabarkan sedang tongpes, kantong kempes.

Tapi yang SBY tidak perhitungkan bahwa Prabowo adalah marwah Gerindra. Jika Prabowo tidak jadi Capres, maka suara Gerindra saat pemilihan legislatif akan anjlok di mana-mana. Itu berbahaya sekali karena tahun 2024 nanti, Gerindra bisa jadi partai gurem yang cuma ikut ekor tanpa bisa jadi kepala seperti sekarang ini.

Tekanan SBY ini tentu membuat Prabowo pusing tujuh keliling. Makanya saat jumpa pers dia terlihat mengelap keringat di dahinya.

Saat yang menegangkan itulah datang Sandiaga Uno. Sandiaga Uno seperti malaikat penyelamat bagi Prabowo, karena ia menyelesaikan masalah yang paling genting yaitu mahar, atau mas kawin.

Dikabarkan, Sandiaga Uno melobi PKS dan PAN dan meminta kedua partai itu untuk mendukung dirinya sebagai Cawapres Prabowo. Menurut Andi Arief, politisi Demokrat, mahar itu masing-masing 500 miliar rupiah.

Andi Arief dan semua petinggi Demokrat, jelas ngamuk. Karena diawal-awal Agus Yudhoyono AHY sudah dipatok jadi Cawapres, siapa pun Capresnya. Dan keyakinan ini sudah menjadi keimanan yang terpatri di dada Demokrat yang membuat mereka siap bertarung di Pilpres nanti.

Jika nanti Gerindra, PKS dan PAN bergabung, jelas Demokrat akan menjadi partai jomblo. Suaranya tidak akan cukup untuk ngapa-ngapain.

Itulah kenapa Andi Arif langsung mentweet dengan nada keras, "Prabowo ternyata kardus.". Sebelumnya Andi Arief bahkan mentweet, "Sejak dulu saya ragu apakah gelegar suaranya sama dengan mentalnya. Dia bukan strong leader, dia chicken." yang sudah pasti dialamatkan ke Prabowo.

Gerindra jelas tidak terima Prabowo disebut Jenderal kardus. Mereka membalas mengejek SBY sebagai "Jenderal baper."

Inilah buah dari ketegangan kedua partai ini, yang kemarin di depan publik tampaknya kompak selalu. Ternyata ketika kepentingan tidak sejalan, maka amarah yang keluar.

Jika Gerindra akhirnya jadi gabung dengan PKS dan PAN, bisa dipastikan Demokrat akan bergabung ke koalisi Jokowi. Dan SBY akan menerima tawaran awal Jokowi, bahwa AHY hanya akan menjadi Menteri.

Bagaimana kisah selanjutnya ?

Masih belum pasti karena politik itu dinamis.

Tetapi yang pasti adalah Jokowi sedang senyum-senyum di belakang meja melihat konflik mereka. Ia memang pemain catur andal dalam pertarungan ini. Dua Jenderal bertengkar dan tukang kayu yang akan menjadi pemenang.

Saya membayangkan Jokowi sedang menikmati secangkir kopi panas, dan menyeruputnya dengan nikmat, setahap demi setahap, melihat lawan politiknya menuju kehancuran, bahkan sebelum pertarungan dimulai.

Seruput...

*Denny Siregar Penulis buku 'Tuhan dalam Secangkir Kopi'

Berita terkait
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara