Penyebaran Covid-19 di Indonesia Jauh Melebihi Angka Resmi

Studi menunjukkan penyebaran Covid-19 di Indonesia jauh lebih luas jika dibandingkan dengan data resmi yang dipublikasi pemerintah
Ilustrasi (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penyebaran Covid-19 di Indonesia jauh melebihi data resmi yang dirilis pemerintah ke publik. Kurangnya pelacakan kontak menjadi salah satu penyebab timpangnya jumlah kasus positif virus corona. Angka-angka resmi yang dirilis ke masyarakat sebagian besar didasarkan pada tes swab dan hanya mengungkap mereka terindikasi terinfeksi virus corona pada saat itu

Sejauh ini Indonesia mencatat 1,83 juta kasus positif virus corona, tetapi para ahli epidemiologi meyakini skala penyebaran Covid-19 yang sebenarnya telah disamarkan. Hal ini dikarenakan kurangnya pengujian dan pelacakan kontak.

Hasil dari studi seroprevalensi pertama di Indonesia, yang menguji antibodi, diungkapkan secara eksklusif kepada Kantor Berita Reuters. Studi yang dilakukan pada Desember 2020 dan Januari 2021 menyebutkan 15% populasi Indonesia sudah terinfeksi Covid-19. Namun, angka resmi yang dirilis pada akhir Januari 2021 menunjukkan jumlah kasus positif hanya sekitar 0,4% penduduk.

pengunjung indramayuPengunjung menikmati suasana liburan di pantai Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, 14 Mei 2021 (Foto: bbc.com/indonesia - ANTARA)

Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, yang terlibat dalam studi itu mengatakan hasil survei itu tidak terduga.

Juru bicara vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan kemungkinan ada lebih banyak kasus yang tidak dilaporkan secara resmi karena tidak menunjukkan gejala. Dia menambahkan bahwa Indonesia memiliki kekurangan pada penelusuran kontak dan kurangnya laboratorium yang memadai untuk memproses tes Covid-19.

1. Uji Tes Covid-19 yang Lemah

Studi seroprevalensi di negara-negara lain, seperti India juga telah mengungkap jumlah infeksi virus corona yang lebih luas.

"Sistem pengawasan resmi kita tidak dapat mendeteksi kasus Covid-19. Ini lemah," kata peneliti utama Tri Yunis Miko Wahyono, Ketua Departemen Epidemiologi FKM Universitas Indonesia.

"Kontak, penelusuran, dan pengujian di Indonesia sangat buruk dan menjelaskan mengapa begitu sedikit kasus yang terdeteksi," tambahnya.

Pandu Riono mengungkapkan bahwa meskipun penelitian menunjukkan penyebaran virus corona yang lebih luas, Indonesia tampaknya masih jauh dari herd immunity.

pengunjung karawangWisatawan mengunjungi Pantai Tanjung Pakis di Desa Pakis Jaya, Karawang, Jawa Barat, 15 Mei 2021 (Foto: bbc.com/indonesia - ANTARA)

Berdasarkan data pemerintah, hanya 6% dari 181 juta penduduk Indonesia yang sejauh ini telah menjalani vaksinasi dengan dua dosis, sedangkan 9,4% telah mendapatkan suntikan vaksin dosis pertama.

2. Penelitian Serupa di Bali

Sementara itu, hasil awal studi seroprevalensi yang dilakukan oleh Universitas Udayana, Denpasar, Bali, menemukan bahwa 17% dari mereka yang diuji pada September dan November 2020 tampaknya telah terinfeksi virus corona. Hal ini disampaikan oleh Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan Universitas Udayana, Anak Agung Sagung Sawitri, kepada Reuters. Angka itu 53 kali lebih tinggi dibandingkan kasus resmi yang tercatat pemerintah.

Rencana pembukaan kembali sektor pariwisata di Pulau Dewata pada Juli 2021 mendatang ditentang sejumlah pakar kesehatan masyarakat dan akademisi. "Pengujian, penelusuran, isolasi, dan karantina di Bali sangat-sangat lemah," kata ahli epidemiologi, Dokter I Made Ady Wirawan [ha/gtp (Reuters)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Satgas Tanggapi Soal Data Covid-19 Indonesia Diragukan
Jubir Satgas Penanganan Covid-19 memastikan data serta analisis virus corona di Tanah Air akurat karena berasal dari pemerintah daerah
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.