Penyebab Harga Masker di Yogyakarta Melejit

Harga masker kesehatan di Yogyakarta melambung. Biasanya Rp 4.500-5.000 naik menjadi Rp 20.000 per lima biji. Apa penyebabnya?
Masker kesehatan sensi di Yogyakarta yang biasanya seharga Rp4.500-5.000 menjadi Rp 20.000 per lima biji (Foto: Tagar/Evi Nur Afiah)

Yogyakarta - Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang mengeluh dengan harga masker kesehatan yang melambung sampai tiga kali lipat dari biasanya. Penutup mulut dan hidung yang biasa ditemukan di apotek stoknya menipis. Di sisi lain, permintaan tinggi.

Kegunaan masker sering kali menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Apalagi bagi pengguna yang sedang sakit agar penyakitnya tidak menular kepada orang lain. Tapi faktanya, seseorang yang sehat pun memerlukan masker sebagai alat pelindung mereka saat berkendaraan khusunya roda dua.

Namun bagaimana jika masker kesehatan sudah sulit didapatkan. Atau bisa memperoleh tapi harus mengeluarkan biaya yang tidak seperti biasanya. Benarkan masker kesehatan sulit didapatkan akhir-akhir ini?

Salah satu pekerja swasta di Yogyakata, Rossy Fatmala, 22 tahun, masker digunakan untuk melindungi dari polusi saat berkendara. Masker kesehatan jenis sensi atau masker biasa sangat sulit didapatkan belakangan ini. Sudah mencoba ke beberapa apotek tapi tidak mendapatkannya.

Jika ada, masker kesehatan dibanderol dengan harga Rp 20 ribu isi lima. Padahal biasanya dia bisa membeli seharga Rp 4.500-5.000 per lima biji.

Senada diungkapkan Rizki Kurniawan, 23 tahun, karyawan swasta. Beberapa hari ini, dia bahkan tidak bisa mendapatkan masker kesehatan di tempat apotek langgananya. "Saya sudah tahu kalau di Jakarta harganya sudah mahal sekali. Tapi baru tahu akhir akhir ini di Yogya juga sama," katanya kepada Tagar, Selasa 18 Februari 2020.

Kondisi tersebut menjadi pertanyaan banyak orang. Mengapa masker di Yogyakarta langka dan harganya tinggi? Mendapati hal tersebut, Tagar mencoba mendatangi beberapa apotek di wilayah Sleman untuk memastikan apa yang terjadi sebenarnya.

Salah satu apotek ternama di Yogyakarta memang sudah langka menjual masker kesehatan dari berbagai jenis mulai dari jenis master N9 sampai yang sensi sejak awal Februari 2020. Distributor yang biasa menjadi langganan pihaknya sudah tidak menyediakan masker.

Di samping itu distributor juga sedang tidak menyediakan masker. Yang ada jatuhnya malah mahal.

Sehingga masker kesehatan yang tersisa dari stok sebelumnya. Hal itu bermula ketika munculnya berita virus Corona yang terjadi di Kota Wuhan, China. Banyak yang membeli masker dengan cara yang tidak wajar. Permintaan pembeli sampai puluhan lusin setiap harinya.

"Sejak berita virus Corona itu banyak sekali yang beli lusinan. Di samping itu distributor juga sedang tidak menyediakan masker. Yang ada jatuhnya malah mahal. Ini yang masker sensi (biasa) Rp 20 ribu isi lima," kata pelayan apotek yang enggan disebutkan namanya.

Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Pembajun Setianingastutie mengatakan masker kesehatan dalam fungsinya dibutuhkan oleh mereka yang sedang sakit supaya tidak menular. Sehingga masker tidak perlu untuk orang sehat.

Masker dibutuhkan orang sehat bila dalam situasi dan kondisi yang khusus, misalnya terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah atau untuk tenaga medis yang melakukan tindakan dengan potensi tertular atau terjadi infeksi.

Ada pengaruh tidak langsung kekosongan masker karena faktor virus Corona yang menyebar di beberapa negara lain. Yang pasti kekosongan masker karena pembelian yang berlebihan akibat kekhawatiran masyarakat yang kurang pas.

"Memang ada faktor itu (virus Corona), jadi masyarakat mempunyai ketakutan sehingga pembeliannya berlebih. Atau memang masker itu dibeli lalu disumbangkan ke Wuhan," saat dihubungi Tagar.

Mantan Direktur Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta ini belum bisa memastikan kenaikan harga masker hingga tiga kali lipat ini bagian dari permainan dagang. Kendati demikian, dia mengimbau kepada masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan.

Adapun pesan Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Pembajun adalah :

1. Masyakarat diminta menjaga dan terus jadikan sehat sebagai gaya hidup.

2. Pemakaian masker harus sesuai tujuannya

3. Tidak perlu menimbun masker bila kita sehat karena ada pasien (warga yang sakit) yang jauh lebih membutuhkan.

4. Membeli masker sesuai kebutuhan. []

Baca Juga:

Berita terkait
Pekerja Migran Asal Indramayu Dapat Masker
Sebanyak 5.000 masker bantuan dari Pemkab Indramayu dikirimkan untuk PMI Indramayu yang bekerja di Taiwan, Hongkong dan Singapura.
Covid-19, Mandiri Bagi 30 Ribu Masker di Hong Kong
PT Bank Mandiri bersama Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong dan pekerja migran Indonesia membagikan 30 ribu masker.
Bos Inter Milan Pesan 2 Juta Masker ke Erick Thohir
BUMN Erick Thohir mengaku mendapatkan pesanan dua juta masker dari mitra bisnisnya Suning Group atau pemilik klub sepak bola Inter Milan.