Penyebab dan Cara Atasi Cemas Hadapi New Normal Corona

Apa penyebab masih banyak masyarakat yang cemas menghadapi era new normal dan bagaimana cara mengatasinya?
Pembatasan jarak shaf dalam pelaksanaan salat Jumat di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar

Jakarta - Psikolog Kasandra Putranto tak dapat memungkiri masih banyak masyarakat yang cemas menghadapi era new normal. Saat new normal, pola hidup tak lagi memerangi virus corona atau Covid-19 tetapi mencoba berdamai dengan virus yang masih belum tersedia vaksinnya tersebut.

Kasandra mengatakan penyebab masyarakat cemas menyongsong era new normal karena adanya resistansi terhadap perubahan. Masih banyak publik yang kesulitan menerima kebiasaan hidup yang baru sehingga tak sedikit mengalami stres hingga gangguan kecemasan.

"Karena memang sudah termasuk kelompok rentan psikologis, karena sejak awal memiliki gangguan cemas atau kondisi psikologis lain yang mengandung kecemasan berlebihan. Seseorang cemas, karena ada bakat cemas dan kondisi khusus," kata Kassandra kepada Tagar, Sabtu malam, 6 Juni 2020.

Merujuk data Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dari 182 hasil swaperiksa, sebanyak 80% pasien memiliki gejala psikologis hingga stres pasca trauma karena mengalami atau menyaksikan peristiwa tidak menyenangkan terkait pandemi Covid-19.

Dengan keterbatasan wawasan dan keterpakuan pada kebiasaan lama, akan membuat perubahan perilaku menjadi sulit.

Masyarakat yang resistansi terhadap perubahan juga bisa dipicu karena pengaruh berita bohong dan hoaks yang kadang berseliweran di media sosial (medsos) maupun WhatsApp Grup (WAG). Diperlukan upaya untuk mengubah perilaku menerima berita terkini yang sebelumnya melalui perantara medsos dan WAG beralih kepada media massa yang memiliki informasi valid dan verivikasi mendalam.

"Dengan keterbatasan wawasan dan keterpakuan pada kebiasaan lama, akan membuat perubahan perilaku menjadi sulit. Padahal sederhana saja, ganti perilaku lama ke perilaku baru," ujarnya.

PSBB JakartaSejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Pemprov DKI Jakarta akan memberikan saksi berupa mencabut perizinan kepada perusahaan yang tetap beroperasi di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kecuali delapan sektor yang memang diizinkan. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.

Bagi masyarakat yang masih cemas menghadapi era new normal, Kasandra meminta agar tak cepat termakan kabar hoaks dan bila waktunya telah tiba, memperhatikan protokol kesehatan saat menjalani pola hidup baru.

Protokol kesehatan untuk mencegah terpapar Covid-19 bisa dilakukan dimulai dari rajin mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari keramaian, selalu memakai masker dan face mask ketika keluar rumah, mengonsumsi makanan sehat, istirahat cukup, rajin berolahraga, tidak stress dan cepat mengambil kesimpulan negatif terhadap suatu informasi.

"Yang paling penting menjaga kondisi psikologis supaya tidak menurunkan imunitas tubuh," ucap Kassandra.

Kondisi hidup yang serba tidak pasti juga berpotensi mengganggu psikologis seseorang. Seperti tak dapat beraktivitas sehari-hari sehingga tak memiliki pendapatan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) imbas dari pandemi Covid-19.

Psikolog Amerika Karen Cassiday mengatakan stres atau gangguan kecemasan dapat terjadi karena seseorang berada pada suatu situasi dan kondisi yang tidak pasti dan hidup dalam kebingungan.

"Tubuh kita telah terjebak dalam mode respons stres yang tinggi dan hal ini menghasilkan perasaan lelah, sedih, mudah tersinggung," ujar Cassiday, dikutip dari BBC.

Menurutnya, perasaan tersebut tidak bisa hilang begitu saja. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa gagasan new normal kurang mendapat sambutan positif dari sejumlah masyarakat.

"kita masih akan terus menderita hal yang sama seperti yang kita alami sekarang, hanya saja dengan isolasi sosial yang lebih sedikit," ujar Direktur pelaksana The Anxiety Treatment Center of Greater Chicago itu.

Istilah new normal mengacu pada perubahan cara hidup manusia di tengah-tengah pandemi Covid-19. Masyarakat harus menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan saat ini dan tetap produktif di tengah-tengah pandemi.

Presiden Joko Widodo sempat mengutarakan new normal saat berbicara wacana relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Organisasi kesehatan dunia atau WHO juga telah merilis pedoman suatu negara untuk menunju new normal. []

Berita terkait
Tips Cegah Corona di Tempat Kerja saat New Normal
Memasuki era New Normal, beberapa sektor mulai beraktivitas kembali secara bertahap. Nah Tagar bagikan tisp cegah Corona saat bekerja.
8 Perlengkapan yang Wajib Dibawa Selama New Normal
Selama new normal, masyarakat harus menjalankan protokol kesehatan. Ketika harus ke luar rumah, disarankan membawa perlengkapan pribadi.
Imbas WFH, Wishnutama Prediksi Pariwisata Ramai 2021
Menparekraf Wishnutama optimis bakal ada lonjakan sektor parawisata di Indonesia pada 2021 imbas dari WFH wabah corona.
0
LaNyalla Minta Pemerintah Serius Berantas Pungli
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta pemerintah serius memberantas pungutan liar (pungli). Simak ulasannya berikut ini.