Penyangkalan Dorong Penyebaran HIV/AIDS di Aceh

Dengan 1.168 kasus kumulatif HIV/AIDS di Aceh saatnya dijalankan program konkret bukan lagi sekedar penyangkalan dengan menyalahkan homoseksual
Ilustrasi (Foto: pngtree.com)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Berita di beberapa media online bulan lalu disebutkan sebaran HIV/AIDS yang tinggi di Aceh, disebutkan 840 kasus, karena seks menyimpang, dalam hal ini homoseksual. Ini salah satu bentuk penyangkalan karena data menunjukkan 20% dari kasus HIV/AIDS di Aceh terdeteksi pada ibu rumah tangga. Dalam epidemi HIV/AIDS penyangkalan merupakan salah satu faktor yang mendorong penyebaran HIV/AIDS di masyarakat.

Lagi pula risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (di luar nikah, seks menyimpang, zina, melacur, selingkuh, homoseksual, dll.), tapi karena kondisi pada saat terjadi hubungan seksual (salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom).

Jika disebutkan penyebaran HIV/AIDS di Aceh karena ‘seks menyimpang’ dalam hal ini homoseksual laki-laki gay, tentulah patut dipertanyakan dari mana ibu-ibu rumah tangga tsb. tertular HIV/AIDS. Soalnya, infeksi HIV/AIDS pada kalangan homoseksual, khususnya gay, merupakan terminal terakhir karena mereka tidak mempunyai istri. Kalau pun ada sebaran HIV/AIDS itu hanya terjadi di komunitas yang terbatas yaitu di kalangan gay.

Terkait dengan penyebaran HIV/AIDS yang jadi masalah besar bukan seks menyimpang, homoseksual atau gay, tapi laki-laki heteroseksual karena mereka punya istri, bahkan ada yang mempunyai istri lebih dari satu.

Jika seorang laki-laki heteroseksual tertular HIV/AIDS, dalam kehidupan sehari-hari ada di antara mereka sebagai suami, maka dia jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Risiko laki-laki heteroseksual warga Aceh tertular HIV/AIDS adalah yang melakukan perilaku berisiko di Aceh atau di luar Aceh. Perilaku berisiko, yaitu: (a) Melakukan hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan perempuan yang berganti-ganti karena ada kemungkinan salah satu dari perempuan itu mengidap HIV/AIDS, dan (b) Melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).

Ada kesalahan pada banyak laki-laki karena menganggap PSK hanya perempuan yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran, padahal cewek-cewek pada prostitusi online juga termasuk PSK, disebut PSK tidak langsung, karena mereka juga melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti.

Prostitusi online sudah beberapa kali dibongkar polisi di Aceh. Ada jaringan yang melibatkan mahasiswa dengan tarif sekitar Rp 2 juta. Laki-laki heteroseksual konsumen prostitusi online berisiko tertular HIV/AIDS.

Penyebutan ‘penyakit HIV/AIDS’ tidak akurat karena HIV/AIDS bukan penyakit. HIV adalah virus sedangkan AIDS adalah kondisi pada seseorang yang tertular HIV secara statistik terjadi antara 5 - 15 tahun setelah tertular.

Dinas Kesehatan Provinsi Aceh menyebut jumlah kasus HIV/AIDS di Aceh 840, sedangkan laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 27/8-2019, jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Aceh 1.168 yang terdiri atas 642 HIV dan 526 AIDS.


ilus adis aceh2Dok Pribadi

Terlepas dari perbedaan angka yang perlu diingat adalah jumlah yang terdeteksi tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.

Maka, kasus-kasus HIV/AIDS pada warga Aceh yang tidak terdeteksi tanpa mereka sadari akan jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Dengan fakta 20% kasus HIV/AIDS di Aceh terdeteksi pada ibu rumah tangga jadi bukti banyak suami yang perilaku seksualnya berisiko tertular HIV/AIDS.

Siapa yang menularkan HIV/AIDS kepada ibu-ibu rumah tangga itu? Yang paling masuk akal adalah ibu-ibu rumah tangga itu tertular HIV/AIDS dari suami.

Jika Pemprov Aceh tetap mengabaikan perilaku seksual laki-laki heteroseksual dewasa yang berisiko tertular HIV/AIDS itu sama saja dengan penyangkalan. Salah satu faktor yang mendorong penyebaran HIV/AIDS adalah penyangkalan. []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di tagar.id

Berita terkait
Tanggulangi AIDS Jadi PR Menkes Kabinet Jokowi Jilid II
Kasus HIV/AIDS baru terus terdeteksi di Indonesia, tapi tidak ada program yang konkret untuk menanggulangi HIV/AIDS. Ini jadi tugas Menkes baru.
LSL Dikaitkan dengan AIDS Bisa Suburkan Homofobia
Pemberitaan tentang HIV/AIDS yang dikait-kaitkan dengan LSL menggiring opini publik yang menyesatkan karena terkesan HIV/AIDS disebarkan LSL
Kenapa AIDS di Pekanbaru Banyak pada Ibu Rumah Tangga?
Dalam berita “Dinkes Pekanbaru Deteksi 176 Kasus Baru HIV/AIDS” di “Tagar.id”, 30 September 2019, ada beberapa pernyataan yang tidak akurat
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.