Jakarta – Secara istilah, akuntabilitas adalah tindakan pertanggungjawaban atas hasil yang diperoleh setelah melakukan aktivitas tertentu. Merujuk hal tersebut, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Sofyan A. Djalil, mengatakan bahwa segala hal di dunia ini pasti ada bentuk akuntabilitas atau pertanggungjawabannya, berikut dengan hasil yang didapat, baik maupun buruk.
Sofyan A. Djalil menyampaikan bahwa tidak ada di dunia ini yang tidak ada bentuknya, kecuali Tuhan. Oleh karena itu, semua mempunyai trace atau jejak, begitu juga dengan hubungan antara manusia dengan akuntabilitas. Dalam konteks profesi, akuntabilitas dan pertanggungjawaban akan senantiasa ada dan bersinggungan.
“Segala hal di dunia ini, tak ada yang tak dimintai akuntabilitas. Ada yang diminta akuntabilitas ketika kita bekerja, ada yang diminta ketika pensiun. Ada yang tidak diminta, tetapi diminta akuntabilitasnya oleh Allah SWT di akhirat,” ucap Sofyan A. Djalil dalam keterangannya, Selasa, 30 November 2021.
Makanya jangan berpikir dan berasumsi negatif jangan berpikir hal-hal yang tidak memberikan manfaat inilah konsep dasar akuntabilitas.
Hal ini sesuai dengan surah Al-Zalzalah ayat 7 dan 8 yang berbunyi, ”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.'
Menteri ATR/BPN juga mengatakan bahwa selain perbuatan dan pikiran, niat pun ada bentuknya, ada jejaknya, serta dapat diminta akuntabilitas atau pertanggungjawabannya.
- Baca Juga: Menteri ATR/BPN Minta Masyarakat Lapor Jika Ada Oknum Persulit Urusan Pertanahan, Begini Tanggapan LBH Bara JP
- Baca Juga: Menteri ATR Siap Sikat Habis Oknum Mafia Tanah di Internal
“Bahkan dalam doktrin tasawuf, niat yang baik, niat yang jahat, pikiran yang jahat, itu ada trace atau jejaknya. Niat yang belum terlaksana juga ada trace dan form-nya. Makanya, jangan berpikir dan berasumsi negatif. Jangan berpikir hal-hal yang tidak memberikan manfaat. Inilah konsep dasar akuntabilitas,” ucap Menteri ATR/BPN.
Sofyan A. Djalil juga mengutip konsep Hindu Jainism yang membuatnya tertarik. Ia mengatakan konsep Hindu Jainism menekankan moral kepada anaknya dengan cara tidak mengotori jiwa agar tidak mendapat karma.
Mengotori jiwa ini maksudnya dalam bentuk bicara yang tidak baik, berpikir yang tidak baik, mengambil yang bukan haknya, dan segala bentuk hal negatif lainnya.
Berbeda halnya dengan konsep yang seringkali disalahpahami oleh umat Islam. Sofyan A. Djalil mengungkapkan bahwa beberapa orang berbondong-bondong menuju Makkah dan berdoa di Multazam untuk memohon pengampunan. Namun ketika kembali pulang, mereka kembali melakukan dosa.
“Setelah itu, kembali lagi ke Makkah untuk pengampunan dosa lagi, begitu seterusnya. Ini ialah pemahaman yang keliru. Seharusnya kita tahu konsep karma seperti ayat di surah Al-Zalzalah yang tadi. Kebaikan di dunia sebesar biji dzarrah pun akan dibalas, begitu juga kejahatan,” katanya.
- Baca Juga: Menteri ATR/BPN: Jangan Mudah Percayakan Pengurusan Sertifikat Tanah
- Baca Juga: Sebanyak 100 Sertifikat Tanah Hasil Program Redistribusi Tanah Dibagikan di Sukabumi
Terakhir, Sofyan A. Djalil kembali menekankan terkait pentingnya akuntabilitas bagi pribadi manusia. Hendaknya setiap orang melakukan sesuatu dengan betul-betul, yakin jika yang dilakukan ialah sesuatu yang baik.
Hal ini karena semua urusan akan ditanya akuntabilitas atau pertanggungjawabannya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. []