Pematangsiantar - Sekjen Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Berry Juliandi menyerukan agar Pemerintah Pusat untuk memilih kebijakan karantina wilayah temporer ketimbang herd immunity, karena terlalu berisiko untuk menangani pagebluk Covid-19.
"Ya seharusnya tidak menggunakan strategi herd immunity. Bisa meniru apa yang dilakukan berbagai negara yang berhasil seperti misalnya China, Taiwan, Singapura, dan New Zealand, yaitu karantina wilayah temporer hingga penularan menurun," kata Berry kepada Tagar, Rabu, 20 Mei 2020.
Bisa dibayangkan berapa besar kemungkinan hilangnya nyawa atau turunnya kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang terkena.
Dia menerangkan, herd immunity adalah suatu situasi atau keadaan di mana semakin banyak masyarakat dalam suatu lingkungan sosial yang memiliki tingkat kekebalan tinggi terhadap penyakit menular.
Menurutnya, untuk mencapai tahapan herd immunity, terlebih dahulu masyarakat harus terinfeksi atau divaksinisasi, agar kekebalan tubuhnya terjamin.
Baca juga: Bukan Terserah, Psikolog Pilih Indonesia Bangkit
"Penyakit campak perlu sekitar 95 persen dari populasi terkena virus dan menjadi kebal untuk mencapai herd immunity," ujarnya.
Dia berpendapat untuk virus corona atau Covid-19, diprediksi perlu minimum 60 persen dari populasi terinfeksi dan selanjutnya kebal terhadap penyakit ini agar tercapainya herd immunity. Kebijakan herd immunity dia tegaskan tidak tepat untuk diterapkan.
Sebab, saat seseorang terinfeksi virus corona, kemungkinan besar manusia bukan menjadi kebal, melainkan dapat membuat orang tersebut sakit hingga mengakibatkan meninggal dunia.
Baca juga: Masyarakat Sulit Diatur, Herd Immunity Berat Dilakukan
"Bisa dibayangkan berapa besar kemungkinan hilangnya nyawa atau turunnya kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang terkena," ucap Berry.
Dia mengatakan, meskipun ada peluang bahwa yang terkena Covid-19 bisa sembuh, namun kesehatan pasien tersebut dia yakini akan terganggu.
"Walaupun memang ada peluang juga bahwa yang terkena tidak akan mati atau sakit, tapi kualitas kesehatan orang tersebut mungkin akan turun, karena sudah ada penelitian yang menunjukkan bahwa virus ini dapat mengubah sel dan kerja otak, saluran pencernaan dan lainnya," kata ilmuwan muda itu. []