Pengguna KIS ‘Ngadu’, Jokowi: Pasti Akan Saya Kejar

Pengguna KIS ‘ngadu’, Jokowi: pasti akan saya kejar. "Jangan sampai saya nanti mengecek ke rumah sakit ada yang mengeluh ke saya karena dipersulit, dihambat. Itu saya yang gak mau," tegas Presiden.
Seorang warga mengunduh aplikasi mobile Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), di Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat (4/5/2018). Aplikasi mobile jaminan kesehatan nasional itu bisa diunduh oleh masyarakat dengan menggunakan telepon pintar atau android, yang dapat mempermudah peserta dalam mengakses kepesertaan progam jaminan kartu nasional Indonesia sehat. (Foto: Ant/Muhammad Arif Pribadi)

Jakarta, (Tagar 23/5/2018) – Saat bersilaturahmi dengan 131 perwakilan pengguna Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) di Istana Negara Jakarta pada Rabu (23/5), Presiden Joko Widodo mengundang empat warga untuk berdiskusi membahas pelayan kesehatan.
Lantas saja sejumlah pengguna JKN-KIS memanfaatkannya untuk "mengadu" kepada Presiden.

“Saya terjangkit kanker usus dan telah menyebar hingga ke paru-paru,” kata Malia, seorang ibu peserta program JKN KIS asal Balikpapan, Kalimantan Timur.

Malia menjelaskan, kanker ususnya sudah ditangani dan masih melakukan tindakan untuk kanker paru-paru yang dideritanya dengan minum obat dan "kemotherapy".

"Pelayanannya baik, benar pak gak ada. Nggak ada pungutan apa-apa," ujar Malia yang ditanya Jokowi mengenai pelayanan kesehatan yang diterimanya.

Malia mengapresiasi pemerintah dan BPJS Kesehatan yang memberikan asistensi kesehatan kepada masyarakat.

Nasipan, warga asal Surabaya, Jawa Timur juga "mengadu" mengenai pelayanan kesehatan gratis yang diterimanya. Nasipan mengidap penyakit jantung dan diabetes sehingga harus dipasangi ring.

"Katanya pertama, waktu di ring pertama itu biayanya sekitar Rp 25 juta. Tapi Alhamdulillah 'mboten mbayar'. Sekitar empat kali opname tidak ada yang bayar semua, Alhamdulillah," ujar Nasipan menjelaskan pelayanan kesehatan gratis JKN-KIS yang didapatnya.

Nasipan pun mengajak warga lain yang sakit untuk memanfaatkan KIS ke rumah sakit.

Sempat Putus Asa

Adapun Daeng Nurlia, seorang ibu asal Makassar, Sulawesi Selatan mengatakan dirinya telah terkena tumor ganas di bagian sendi kakinya. Kaki kirinya harus diamputasi.

Nurlia awalnya menyangka sakitnya hanya penyakit biasa. Namun, dokter menyarankan untuk mengangkat tumor ganasnya itu.

Nurlia bahkan bercerita dirinya sempat berencana mengakhiri hidupnya akibat beratnya beban hidup yang dirasakan akibat tumor ganas tersebut dan himpitan ekonomi.

"Saya kembali semangat dengan adanya KIS. Saya bisa bangkit lagi. Mengingat anak-anak saya masih sekolah. Saya masih cinta sama anak saya, suami saya. Terimakasih kepada pemerintah dan negara. Saya jalani semua pengobatan anjuran dari dokter, operasi, kemoterapi, bahkan radiasi sampai 25 kali berlanjut," ujar Nurlia "curhat" tentang pelayanan kesehatan yang diterimanya.

Markus punya kisah lain. Seorang bapak asal Papua ini, bersama putrinya Martina juga mengapresiasi layanan kesehatan dari JKN-KIS.

Dia menyebutkan, sejak dirujuk dari salah satu rumah sakit di Papua ke Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Martina masih menjalani transfusi hingga kembali ke Papua.

Selanjutnya pada September 2015, Markus mengatakan dokter mengambil tindakan operasi kepada Martina. "Terus terang saja saya tidak minta apa-apa sama bapak Presiden. Terima kasih saja karena KIS anak saya disembuhkan kembali," ujar Markus.

Menanggapi ‘curhat’ mereka, Presiden Jokowi mengatakan bahwa jaminan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah tugas konstitusional bagi pemerintah.

"Tugas konstitusi yang harus kita jalani bersama dan memastikan bahwa seluruh rakyat di seluruh pelosok Tanah Air merasakan kehadiran negara terutama dalam pelayanan kesehatan," ujar Presiden.

Kepala Negara juga mengingatkan agar masyarakat juga melakukan tindakan preventif atau pencegahan dalam menghindari penyakit. Hal ini dapat dilakukan dengan pola makan, olahraga dan istirahat yang cukup.

Kepada pelayan kesehatan, Presiden Jokowi meminta untuk tidak menghambat dan mempersulit masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.

"Jangan sampai saya nanti mengecek ke rumah sakit ada yang mengeluh ke saya karena dipersulit, dihambat. Itu saya yang gak mau. Pasti akan saya kejar kenapa dipersulit, kenapa dihambat, saya cari pasti," tegas Presiden.

Sebanyak 131 perwakilan penerima manfaat JKN-KIS dan 124 perwakilan daerah yang telah dilengkapi JKN-KIS turut dalam acara itu.

Dalam acara tersebut juga diberikan penghargaan kepada empat provinsi, 28 kota, dan 92 kabupaten yang telah memanfaatkan JKN-KIS dengan perwakilan penerima yaitu Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Gorontalo, Provinsi Papua Barat, Provinsi Aceh, Kabupaten Badung, Kabupaten Luwuk Timur, Kota Cirebon, dan Kota Padang Panjang.

Penghargaan diserahkan langsung oleh Presiden kepada para perwakilan pemda.

Warga yang mendapat pelayanan kesehatan JKN-KIS pada 2018 sebanyak 92,2 juta jiwa. Target penambahan pengguna JKN-KIS pada 2018 yaitu bertambah 4,6 juta jiwa.

Menurut data BPJS Kesehatan, peserta BPJS Kesehatan hingga pada 18 Mei 2018 tercatat sebanyak 197.644.315 jiwa.

BPJS Kesehatan sudah bekerja sama dengan 22.085 fasilitas kesehatan tingkat pertama, 2.379 fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dan 2.685 fasilitas kesehatan penunjang. (ant/yps)

Berita terkait
0
Kasus Wabah Cacar Monyet Meningkat Jadi 6.000 Lebih
WHO diperkirakan akan menentukan apakah akan menyatakan wabah itu sebagai darurat kesehatan global tingkat kewaspadaan tertinggi