Pengamat: Pola Serangan Teroris Berubah Jelang Natal - Tahun Baru

Pengamat terorisme, Rakyan Adibrata mengatakan potensi aksi teror jelang Natal dan Tahun Baru hingga kini ini masih ada dengan pola berubah.
Pengamat terorisme dari Certified Counter Terrorism Practitioner Board, Rakyan Adibrata mengatakan potensi aksi teror jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) hingga kini ini masih ada. (Foto: Tagar/Instagram @rakyanadibrata)

Jakarta - Pengamat terorisme dari Certified Counter Terrorism Practitioner Board, Rakyan Adibrata mengatakan potensi aksi teror jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) hingga kini ini masih ada. Menurut dia, pola serangan teroris pada tahun ini bakal berubah dari sebelumnya.

"Pola serangan saya pikir bakal berubah. Kalau sulit bawa bom, maka pisau pun jadi. Jadi kalau deterrence-nya tinggi, alat untuk aksi terornya makin sederhana (pisau misalnya), kalau deterrence-nya rendah, maka alat yang dipakai aksi teror bisa lebih kuat (dari bom molotov sampai TATP)," ujar Rakyan saat dikonfirmasi Tagar, Senin, 30 November 2020.

Intinya risiko akan selalu, tinggal bagaimana semua pihak mau berkolaborasi dalam menekan potensi risiko aksi teror terjadi

"Potensi selalu ada, dilihat dari pattern sejak 20 tahun terakhir, di mulai dari Bom Malam Natal 20 tahun yang lalu, akhir tahun selalu menjadi terrorism magnet," ucapnya menambahkan.

Kendati demikian, Rakyan menilai risiko tersebut tetap dapat diukur. Dia berujar, semua pihak harus bisa melihat adanya potensi-potensi dari kerentanan, kemungkinan, daya tangkal, dan kemampuan aksi teror.

"Intinya risiko akan selalu, tinggal bagaimana semua pihak mau berkolaborasi dalam menekan potensi risiko aksi teror terjadi," kata dia.

Selain itu, kata Rakyan, tindakan teroris juga bisa dikalkulasikan meskipun dalam beberapa peristiwa hanya menelan korban dari pihak pelakunya saja. Dia berpandangan, para teroris tersebut mengukur ihwal target yang akan diserang.

"Mereka akan mencari lokasi yang masuk kategori soft target. Kalau Jabodetabek atau semua kota besar di Jawa semuanya menjadi hard target, maka mereka akan mencari target lain di luar Jawa di mana aksi terornya bisa dilakukan dengan mudah," tuturnya.

"Oleh sebab itu penting agar semua pihak peduli dengan keamanan lingkungan agar menjadi hard target bagi teroris," ujar Rakyan menambahkan. []

Berita terkait
Jokowi Perintahkan Kepung Pembunuh 4 Orang Jemaat Gereja
Presiden Joko Widodo menginstruksikan agar dilakukan pengejaran dan pengepungan terhadap anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
KITA Kutuk Aksi Teroris Bunuh 4 Jemaat Gereja di Sulawesi
Maman menegaskan bahwa pihaknya mengutuk aksi terorisme yang berlangsung di Desa Lemba Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Teroris Ali Kalora Otak Teror Berdarah di Sigi, PSI: Biadab!
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengutuk teror berdarah yang dilakukan teroris MIT pimpinan Ali Kalora serang Gereja dan rumah warga di Sigi.