Pengamat ke Kabaintelkam: Intelijen Harus Cerdas Baca Ancaman

Stanislaus Riyanta mengatakan fungsi intelijen dalam mengantisipasi adanya potensi ancaman harus dilakukan secara dini oleh Komjen Rycko Amelza.
Kabaintelkam, Komjen Rycko Amelza Dahniel. (Foto: Wikipedia)

Jakarta - Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta mengatakan fungsi intelijen dalam mengantisipasi adanya potensi ancaman harus dilakukan secara dini oleh Komjen Rycko Amelza Dahniel sebagai Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri (Kabaintelkam).

Stanislaus menyebut, intelijen memang memiliki tugas mendeteksi dini atau cegah dini yang bersifat keamanan. Menurutnya, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah berbagai hal-hal bersifat gangguan keamanan, seperti aksi demonstrasi tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja yang berujung pada kericuhan.

Intelijen harus cerdas dalam membaca dan menangani ancaman, dengan kecerdasan (bukan kekuasaan) inilah harusnya intelijen bisa memperkecil potensi ancaman

"Jika intelijen bekerja dengan serius, berorientasi pada prinsip cegah dini, berbagai gangguan keamanan tersebut tentu dapat dicegah, minimal dapat dikurangi," kata Stanislaus dihubungi Tagar, Jumat, 23 Oktober 2020.

"Intelijen pasti dan harus mempunyai data serta koneksi ke berbagai kelompok atau organisasi massa yang terlibat dalam berbagai aksi termasuk unjuk rasa," ujarnya menambahkan.

Dia menjelaskan, intelijen seharusnya dapat melakukan pencegahan misalnya dengan teknik penggalangan.

"Contoh praktis misalnya mendekati tokoh-tokoh dari kelompok atau organisasi, lalu mengarahkan bentuk unjuk rasa menjadi diskusi publik atau mimbar akademis yang lebih memungkinkan taat pada protokol kesehatan namun tanpa mengurangi hak menyampaikan pendapat," kata dia.

Alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia (UI) ini menegaskan, Rycko sebaiknya bisa membaca situasi dengan kecerdasan, bukan dengan jabatan.

"Intelijen harus cerdas dalam membaca dan menangani ancaman, dengan kecerdasan (bukan kekuasaan) inilah harusnya intelijen bisa memperkecil potensi ancaman, menutup celah kerawanan dan menurunkan risiko karena gangguan keamanan," ucap Stanislaus.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Generasi Muda Visioner (GEMUVI), Teofilus Mian Parluhutan meminta Kapolri Jenderal Idham Azis segera mengevaluasi kinerja Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri (Kabaintelkam) Komjen Rycko Amelza Dahniel. Pasalnya, Rycko belum memperlihatkan kinerja dalam melakukan pencegahan secara dini soal aksi demonstrasi yang belakangan terus berjalan.

Teo mengatakan, sebagai Kabaintelkam seharusnya Rycko bisa melakukan deteksi intelijen secara dini untuk mencegah gangguan keamanan dalam aksi tolak Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja.

Menurutnya, hal itu bertujuan agar beban Polri dalam menjaga keamanan di Indonesia lebih ringan, mengingat aksi demonstrasi akan terus berlanjut.

"Saya berharap Kapolri bisa mengevaluasi kinerja Kabaintelkam ataupun jajarannya, baik dari segi kepemimpinan, pelaksanaan teknis, maupun anggaran. Mungkin kinerjanya kurang maksimal karena banyak anggarannya yang dialihkan dan dipakai untuk penanganan Covid-19. Atau mungkin Kabaintelkam memiliki fokus yang berbeda dengan arahan dari pimpinan tertinggi Polri," kata Teo melalui pesan singkat yang diterima Tagar, Jumat, 23 Oktober 2020. []

Berita terkait
Kapolri Kerahkan Intelijen Deteksi Demo Penolak RUU Ciptaker
Kapolri Jenderal Idham Azis meminta jajarannya melaksanakan kegiatan fungsi intelijen dan pendeteksian dini guna mencegah aksi unjuk rasa.
Fadli Zon Ungkap Kaitan Demo Rusuh dengan Dunia Intelijen
Anggota Komisi I DPR Fadli Zon mengungkap ada kaitan demo rusuh dalam dunia intelijen yang dinamakan agent provocateur.
FPI: Pengasingan Politik Rizieq Shihab Peran Intelijen
Sekretaris Umum FPI Munarman menganggap tertahannya Rizieq Shihab di Arab Saudi karena pengasingan politik yang dilakukan intelijen.