Jakarta - Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta, mengatakan pendukung Taliban di Indonesia terbelah menjadi dua faktor.
Yakni hanya karena mereka kontra dengan pemerintahan saat ini, dan Kelommpok lainnya memang memiliki faktor basis ideologi yang sama dengan Taliban.
Menurutnya, kelompok karena faktor ideologis ini sebenarnya yang cukup perlu diwaspadai.
“Dasarnya saya lihat memang dua hal, karena mereka ada benih kontra dengan pemerintah, dan mereka memang ada garis ideologi yang sama,” kata Stanislaus kepada wartawan Selasa, 24 Agsutus 2021.
Lantas apakah Taliban akan benar-benar memenuhi janji untuk menciptakan perdamaian dan perlindungan kepada anak-anak dan perempuan di Afghanistan?
Alumni Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (UI) itu menilai, bahwa corak Taliban tetap sama dengan Taliban sebelumnya.
Ini yang harus diwaspadai karana di Indonesia sudah nampak adanya euforia dukungan terhadap Taliban.
Sekalipun ada wacana akan merubah paradigma Taliban dengan wujud neo-Taliban, Stanislaus tak yakin ada perubahan signifikan.
“Saya melihat Taliban tetap Taliban, berubahnya Taliban menjadi Neo-Taliban patut diduga itu adalah desepsi, suatu taktik supaya mereka diterima oleh internasional,” ujarnya.
Dijelaskan Stanislaus, bahwa berkuasanya Taliban di Afganistan sejauh ini masih bersifat sementara, walaupun Taliban belum ada usaha untuk mencapai kekuasaan global alias hanya terbatas pada wilayah negara Afganistan saja.
Namun, perubahan kekuasaan ini bisa menjadi pemicu atau pelopor bagi kelompok garis keras di negara lain termasuk di Indonesia untuk bangkit dan mewujudkan cita-citanya.
“Ini yang harus diwaspadai karana di Indonesia sudah nampak adanya euforia dukungan terhadap Taliban,” ujarnya. []
Baca Juga: 7 Warga Afghanistan Tewas di Bandara Kabul Taliban Salahkan AS