Pengalaman Pertama Polwan Makassar Amankan Demonstrasi

Seorang polwan dari korps Brimob Polda Sulsel menceritakan pengalaman pertamanya mengamankan aksi unjuk rasa atau demonstrasi.
Bripda Eka Safitriani masih menggunakan perlengkapan pelindung diri usai melakukan tugas pengamanan unjuk rasa mahasiswa yang berakhir bentrok dengan warga. (Foto: Tagar/istimewa)

Makassar – Puluhan personel Satuan Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan (Sulsel) beristirahat seusai melakukan pengamanan aksi unjuk rasa. Mereka masih berdiri dalam balutan pakaian anti huru-hara berwarna hitam.

Beberapa anggota satuan pasukan khusus kepolisian itu membuka helm yang menutupi kepalanya. Wajah-wajah mereka terlihat di antara temaram lampu. Dari beberapa personel yang membuka helmnya, terlihat wajah seorang perempuan.

Senyum perempuan itu mengembang manis. Tahi lalat yang ada di pipi kanannya menambah kesan itu. Jilbabnya yang berwarna hitam serasi dengan pakaian yang dikenakan, lengkap dengan rompi pelindung bertulis “Brimob”.

Menjadi bagian dari institusi kepolisian merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Brigadir Polisi Dua, Eka Safitriani, nama polisi wanita (polwan) tersebut. Terlebih Eka terpilih untuk berada di barisan di Korps Brimob Polda Sulawesi Selatan yang didominasi oleh para kaum pria.

Cerita Polwan Brimob Makassar (2)Bripda Eka Safitriani (menghadap ke kiri) mengenakan perlengkapan pelindung diri usai melakukan tugas pengamanan unjuk rasa mahasiswa yang berakhir bentrok dengan warga. (Foto: Tagar/istimewa)

Wanita berkelahiran 26 Desember 2000 ini menceritakan bahwa sejak kecil dirinya sudah bercita-cita ingin menjadi polwan, khususnya di korps Brimob yang merupakan satuan operasi khusus yang bersifat paramiliter milik Polri.

Tertarik pada Seragam

Salah satu alasan yang membuat Bripda Eka tertarik bergabung dengan Satuan Brimob adalah tampilan seragamnya yang menurut Eka cukup bagus.

Dari kecil saya sudah punya cita-cita menjadi polisi. Apalagi, dengan Brimob, karena saya lihat Brimob itu keren banget. Apalagi pakaiannya gagah.

Setelah lulus dari pendidikan Bintara Polri, Eka bergabung dengan korps Satuan Brimob Polda Sulsel yang selama ini menjadi cita-citanya. Eka yang baru selesai menjalani pendidikan selama kurang lebih 7 bulan, tiba-tiba mendapatkan tugas pengamanan unjuk rasa mahasiswa menolak Omnibus Law.

Aksi yang digelar di Jl AP Pettarani, Makassar pada Kamis, 22 Oktober tersebut berujung ricuh dan para pengunjuk rasa bentrok dengan warga sekitar.

Situasi di lokasi bentrokan tersebut sangat mencekam. Beberapa orang dari kelompok pengunjuk rasa membabi buta menyerang dan merusak sejumlah fasilitas umum maupun kendaraan yang terparkir di dekat lokasi.

Sehingga pengguna jalan dan warga pun membalas dengan melempari dengan batu dan mengajar mereka. Sebagian dari penyerang masuk ke dalam kampus Universitas Negeri Makassar (UNM).

Aksi saling serang pun menggunakan batu, anak panah dan petasan terjadi yang berlangsung cukup lama hingga pihak kepolisian tiba di lokasi.

Aksi beringas para demonstran yang terjadi malam itu, tak hanya merusak sejumlah fasilitas umum, tetapi juga merusak kantor Partai Nasdem yang terletak tidak jauh dari lokasi unjuk rasa.

Sebagian orang mendorong satu unit mobil ambulans yang berada di parkiran kantor partai politik tersebut. Setelah berada di badan jalan, para pelaku langsung merusak dan membakar mobil ambulans yang sehari-hari digunakan untuk membantu masyarakat Kota Makassar.

Bripda Eka yang mendapatkan tugas pengamanan langsung mempersiapkan diri dengan memakai baju dinasnya yang dilengkapi seragam pelindung diri, helm dan tameng bersama rekannya menuju kendaraan yang telah disiapkan.

Eka selama di perjalanan hingga tiba di lokasi bentrokan diliputi rasa was-was, namun, hal itu dia lawan dengan rasa percaya diri dengan ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan di Satuan Brimob Polda Sulsel.

Setelah berada di lokasi, Eka pun turun ke dari kendaraan yang mengangkutnya kemudian dengan sigap dia ikut pada barisan pertahanan untuk maju dan mendesak mundur para pelaku bentrokan yang masih bertahan.

Cerita Polwan Brimob Makassar (3)Bripda Eka Safitriani (paling ddepan) saat berlatih bersama personel Satuan Brimob Polda Sulsel. (Foto: Tagar/istimewa)

Suara lemparan batu yang mengenai tamengnya, tidak membuat dirinya gentar tapi hal itu justru memberikan semangat untuk menjalankan tugas yang telah diberikan kepada dirinya.

"Kalau rasa was-was atau takut pasti ada yah. Apalagi pertama kali turun lapangan.”

"Tapi semua itu bisa dikendalikan berkat latihan sebelum-sebelumnya. Karena sebelum diterjunkan ke lapangan kami sudah dilatih baik," ucap Eka melanjutkan.

Rutin Berlatih

Meski dari puluhan personel Brimob yang mengamankan aksi unjuk rasa itu Eka menjadi satu-satunya perempuan, dia mengaku tidak canggung dengan rekan-rekannya yang didominasi lelaki. Sebab mereka sudah sejak lama saling mengenal dan berada dalam regu.


"Di regu yang diturunkan saat pengamanan saya sendiri Polwan yang terlibat pengamanan PHH. Kalau rasa canggung sih sudah tidak ada yah. Karena dari basis di Parepare sudah sama-sama, sudah kurang lebih 7 bulan. Setiap hari ketemu. Jadi sudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar," kata Eka lagi.

Untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya, anak pertama dari tiga bersaudara ini tetap rajin latihan meski di hari libur. Karena menurutnya latihan yang tekun akan memberikan hasil yang maksimal.

"Kalau libur saya tetap mengisinya dengan latihan," ucap perempuan yang berasal dari Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan ini.

Panasnya terik matahari yang dapat membakar kulit Eka, tapi menurutnya tidak menjadi masalah bagi dirinya, selama menjalani latihan di Satuan Brimob Polda Sulsel.

"Kalau masalah takut panas Brimob mah, tidak ada yang takut panas. Karena memang tugas kami seperti itu. Dan saya suka jika ada latihan, jadi sudah terbiasa," katanya.

Selain menjadi polwan, Eka juga mempunyai cita-cita ingin melanjutkan jenjang pendidikannya ke bangku kuliah. Dia berniat untuk kuliah pada jurusan psikologi.

"Ada, mau banget malah. Insya Allah sarjana psikologi," tuturnya.

Dia pun berpesan bagi generasi muda yang bercita-cita menjadi seorang polisi, khususnya Polwan tetap semangat dan terus berlatih.

Cerita Polwan Brimob Makassar (4)Bripda Eka Safitriani (kanan) saat mengikuti salah satu kegiatan Satuan Brimob Polda Sulsel. (Foto: Tagar/Istimewa)

"Jangan lupa berdoa dan masuk polisi itu gratis. Jadi siapa pun berkesempatan, apabila memenuhi kriteria," ujarnya.

Komandan Satuan (Dansat) Brimob Polda Sulsel, Kombes Pol Muhammad Anis mengatakan, personel yang dikerahkan saat pengamanan aksi unjuk rasa mahasiswa yang berakhir bentrokan dengan warga, terdapat seorang polwan.

Namun, kata Dansat Brimob Polda Sulsel mereka telah menyelesaikan pelatihan kemampuan Brimob sehingga mereka telah siap diterjunkan ke lapangan.

"Jadi kami menerjunkan personel yang masih terbilang baru bergabung di Brimob yang di dalamnya ada polwan juga," kata Kombes Anis.

Dansat Brimob Polda Sulsel menuturkan jika Bripda Eka ini mempunyai semangat yang kuat dan telah memiliki cita-cita ingin menjadi seorang Brimob sejak kecil.

"Dia itu sudah ada punya cita-cita menjadi Brimob. Semua latihan yang telah dilaluinya menunjukkan jika Eka sudah siap untuk bertugas," ujarnya.

Hal ini kata Anis merupakan wujud bakti Brimob untuk masyarakat yang dalam kondisi apapun, Brimob harus siap hadir di tengah-tengah masyarakat.

"Hal ini merupakan bakti untuk masyarakat yang dalam kondisi apapun, kami siap untuk hadir di masyarakat," katanya.

Apalagi, kata Dansat Brimob Polda Sulsel dalam aksi unjuk rasa yang sampai melakukan tindakan anarkis dan pengrusakan fasilitas umum sehingga mengganggu kenyamanan dan keamanan masyarakat. Maka pihaknya akan menindak tegas perbuatan para pelaku tindak anarkis.

"Apalagi sudah melakukan pengrusakan fasilitas umum dan meresahkan masyarakat. Jadi dengan sigap kami akan membubarkan para demonstran yang anarkis," kata Muhammad Anis. []

Berita terkait
Sejarah Peperangan Kerajaan Cikal Bakal Banyuwangi
Sejarawan Banyuwangi menjelaskan cikal bakal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sejak zaman Kerajaan Blambangan, termasuk peperangan yang terjadi
Cerita Asap dan Omzet Tebal Pembuat Arang Tempurung di Aceh
Seorang pembuat arang dari tempurung kelapa di Aceh Tamiang memiliki omzet belasan hingga puluhan juta rupiah setiap 15 hari.
Cara Mal Sleman Terapkan Protokol Kesehatan di Lift
Salah satu pusat perbelanjaan di Kabupaten Sleman, yakni Sleman City Hall (SCH) melakukan beberapa inovasi untuk menerapkan protokol kesehatan.
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"