Penarikan Pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan dan Irak

Muncul reaksi yang beragam atas rencana Amerika Serikat (AS) menarik pasukan dari Afghanistan dan Irak mulai tahun depan
Amerika Serikat akan menarik lebih banyak personil militer dari Afghanistan dan Irak awal tahun depan (Foto: voaindonesia.com/DOD)

Jakarta - Afghanistan dan Irak bereaksi berbeda menanggapi rencana Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya dari kedua negara itu awal tahun depan. Jerman menyatakan kekhawatiran atas rencana Presiden Donald Trump tersebut.

Penjabat Menteri Pertahanan Afghanistan, Asadullah Khalid, menepis kekhawatiran atas rencana Amerika menarik lebih banyak pasukannya dari negara itu. Kepada parlemen negaranya ia mengatakan, "Jumlahnya mungkin naik turun, tetapi kami tidak khawatir akan hal itu. Kami siap membela Afghanistan secara mandiri."

Penarikan pasukan Amerika yang dilakukan secara tergesa-gesa dari Afghanistan membingungkan sekutu dan musuh Amerika di tengah meningkatnya kekhawatiran akan kekacauan yang memburuk. Situasi itu tentu akan memberi tempat yang lebih luas bagi afiliasi ISIS yang semakin berani dan mematikan.

Sayed Mussa, mahasiswa Afghanistan, mengungkapkan kekhawatirannya, "Dalam masa genting seperti ini jika mereka meninggalkan pasukan keamanan dan rakyat kami, itu akan menjadi penderitaan bagi rakyat Afghanistan dan juga pemerintah Amerika. Ini tidak akan menguntungkan Amerika karena ini adalah terorisme internasional, dan ini berakar di mana-mana di negara-negara di kawasan ini."

Reaksi ini berbeda dengan apa yang disampaikan Sanaullah Badakhshi, warga Kabul. "Mereka (Amerika) datang ke sini berdasarkan kesepakatan dan kami menyambut baik penarikan mereka sesuai kesepakatan, karena kami tidak melihat hasil apapun dari pasukan Amerika dalam mewujudkan keamanan, mengenyahkan terorisme dan menghadirkan stabilitas."

Kekuatan pasukan yang berkurang akan membuka pintu bagi presiden terpilih Joe Biden untuk mengupayakan kehadiran pasukan kecil kontra-terorisme di Afghanistan.

Pengumuman penarikan itu menuai reaksi beragam dari warga Afghanistan hari Rabu. Banyak dari mereka menilainya sebagai pengabaian dari komunitas internasional yang akan memukul mundur negara itu.

Penjabat Menteri Pertahanan Amerika, Christopher Miller, hari Selasa, 17 November 2020, mengumumkan rencana mengurangi jumlah pasukan Amerika di Afghanistan dari lebih dari 4.500 menjadi 2.500.

Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein hari Rabu mengatakan bahwa 500 lagi personel militer Amerika akan mundur dari Irak. "Telah disepakati untuk mengumumkan penarikan 500 lagi personel militer di Irak. Dengan demikian, tersisa 2.500 personel militer Amerika. Tentu saja, pasukan yang tersisa ini bukanlah pasukan tempur. Artinya, pasukan tempur Amerika sedang ditarik mundur dari Irak," jelasnya.

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas hari Rabu (18/11) menyatakan kekhawatirannya atas keputusan Presiden Donald Trump menarik pasukan keluar dari Afghanistan. Berbicara dalam konferensi pers di Berlin, Maas mengatakan, pemerintah Jerman "sangat prihatin" akan dampak penarikan pasukan Amerika.

“Ada begitu banyak hal yang tak terbayangkan dan rintangan yang menghadang. Seharusnya kita tidak dihadapkan pada rintangan tambahan yang tidak perlu. Tetapi yang pasti penarikan pasukan secara tergesa-gesa dari Afghanistan akan menjadi rintangan tambahan," ujar Maas.

Maas mengingatkan agar dialog perdamaian di Afghanistan tetap dilanjutkan (ka/lt)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Donald Trump Tarik Pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan
Presiden AS, Donald Trump, dalam cuitan di Twitter sebut akan menarik semua pasukan dari Afghanistan jelang Natal