Penantian 25 Tahun Dewi Untuk Listrik

Selama hampir sekitar 25 tahun lebih tinggal di Kampung Cioray, Dewi dan keluarganya harus bersabar menjalani hidup tanpa listrik.
Ilustrasi

Bandung, (Tagar/16/2) - "Alhamdulillah, sekarang mah kalau anak mau ngerjain PR (pekerjaan rumah) malam hari enggak usah pakai lagi Lampu Damar," ujar Dewi (45 tahun), warga RT03/04 Kampung Cioray, Desa Ciptaharja, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Itulah perasaan gembira yang dirasakan oleh ibu empat orang anak, setelah rumahnya teraliri listrik pada bulan Juli 2016 silam.

Selama hampir sekitar 25 tahun lebih tinggal di Kampung Cioray, Dewi dan keluarga besarnya harus bersabar menjalani kehidupan tanpa terang lampu atau manfaat lainnya dari listrik.

Ironisnya, letak kediamannya dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling yang merupakan sumber pemasok listrik untuk wilayah Jawa dan Bali, terbilang dekat.

Jika diukur, rumah Dewi jaraknya hanya sekitar satu kilometer dengan Kantor Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Saguling, Kampung Cioray, Kabupaten Bandung Barat.

Dewi bisa merasakan manfaat listrik setelah sebelumnya ia dan anak pertamanya Susilawati mengajukan surat permohonan pemasangan listrik kepada Desa Ciptaharja.

"Waktu itu, saya ngusulin ke Desa, awalnya sempat putus asa karena setelah tujuh bulan mengusulkan belum ada kabar. Tapi Alhamdulillah, akhirnya Juni tahun kemarin impian saya agar rumah punya listrik bisa terwujud," kata dia.

Dewi merasa bahagia karena ia adalah salah satu warga di Kabupaten Bandung Barat, yang mendapatkan bantuan pemasangan listrik gratis dari Pemkab Bandung Barat.

"Biaya pasangnya gratis, dari petugas (PLN)-nya dipasang listrik yang kapasitasnya 450 (VA). Paling bayar buat beli tiang-nya saja sekitar Rp300 ribu," ujar Dewi sambil tersenyum.

Sebelum rumahnya teraliri listrik, Dewi dan keluarganya tidak bisa menikmati hiburan dari tayangan televisi atau radio.

"Malahan dulu itu, sebelum ada listrik kalau mau ngecash baterai HP saya harus ikut ke rumah warga atau bayar ke counter HP di Rajamandala Cipongkor," kata dia.

Kini, cerita malam hari menyalakan Lampu Damar (lampu minyak tanah) dan mengisi daya baterai 'handphone' di tokoh HP tinggal kenangan bagi Dewi dan keluarga.

"Saya bersyukur dapat bantuan pemasangan listrik ini, cuma saya masih berharap sama pemerintah agar rumah ibu saya juga bisa dipasang listrik karena saat ini rumah ibu 'nyolok' (menumpang aliran listrik) ke saya," kata dia.

Selain Dewi, ternyata masih banyak warga di Kampung Cioray Desa Ciptaharja, Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang rumahnya belum teraliri listrik.

"Kalau tidak salah masih ada sekitar 20-an KK (kepala keluarga) di RW 13 yang rumahnya belum teraliri listrik," kata Ketua RW 13 Kampung Cioray, Desa Ciptaharja, Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Winda.

Menurut dia, alasan masih banyaknya rumah warga di Kampung Cioray yang belum teraliri listrik dikarenakan faktor ekonomi warganya yang masuk dalam kategori warga tidak mampu.

Mayoritas mata pencaharian warga di RW 13 berprofesi sebagai buruh tani dan buruh bangunan. Dan bagi mereka buat memasang listrik itu bukan hal yang mudah karena perlu biaya yang besar.

Winda berharap, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat bisa terus memberikan bantuan pemasangan listrik bagi warga di Kampung Cioray.

"Semoga saja, bantuan dari pemda ada terus setiap tahunnya, karena listrik itu sangat membantu aktivitas warga dan manfaatnya besar untuk warga," ujar dia.

Akselerasi "Jabar Caang" Sementara itu, PLN Distribusi Jawa Barat terus berupaya mengakselerasi program "Jabar Caang" walaupun tingkat rasio elektrifikasi di provinsi ini merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia, namun masih banyak rumah warga di beberapa daerah yang belum terlistriki.

Hingga bulan Desember tahun 2016 rasio elektrifikasi di Jawa Barat tercatat sudah mencapai 96,8 persen. Artinya, masih ada sekitar 3,2 persen lagi dari jumlah seluruh rumah tangga yang saat ini masih belum menikmati akses listrik.

Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten, Suargina, menuturkan PLN bekerja sama dengan pemerintah bahu membahu untuk mewujudkan target Jabar Caang di tahun 2018.

Pada tahun 2016 realisasi Program Listrik Pedesaan di PLN Distribusi Jawa Barat mencapai 243 desa/perkampungan, dengan 116 buah gardu serta total daya tersambung mencapai 7.700 kVA.

Sementara itu, panjang jaringan tegangan menengah (JTM) yang berhasil dibangun sepanjang 87,69 kilometer sirkuit (kms) dan panjang jaringan tegangan rendah sepanjang 375,94 kms.

Total anggaran yang terserap untuk membangun gardu dan jaringan listrik dalam Program Listrik Pedesaan Tahun 2016 mencapai Rp70,9 miliar.

Adapun wilayah kabupaten/kota yang menjadi prioritas PLN dalam mencapai "Jabar Caang", antara lain Pangandaran, Tasikmalaya, Garut, Indramayu, Cianjur, Majalengka, Sukabumi serta sebagian kecil wilayah di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Untuk daerah dengan rasio elektrifikasi terendah antara lain Pangandaran, Garut dan Tasikmalaya.

"Di wilayah Garut sendiri pada tahun 2016 tercatat 28 desa dari 16 kecamatan berhasil dialiri listrik dengan penambahan konsumen sebesar 1.482 pelanggan," kata Suargina.

Ia mengatakan pada tahun 2017, PLN Distribusi Jawa Barat berencana menambah akses listrik untuk 1.815 desa/kampung dan rencana ini diperkuat dengan akan dibangunnya 319 buah gardu, 282,78 kms jaringan tegangan menengah, serta 600 kms jaringan tegangan rendah.

Menurut dia, jumlah pembangunan infrastruktur kelistrikan serta wilayah yang akan dialiri listrik pada tahun 2017 ini direncanakan meningkat bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2016.

"Hal ini dikarenakan semakin dekatnya target pencapaian Jabar Caang yang kurang dari dua tahun lagi," kata dia.

Salah satu kendala terbesar yang ditemui di lapangan dalam mewujudkan Program "Jabar Caang" ini, antara lain akses yang sulit dijangkau mengakibatkan distribusi sejumlah material instalasi kelistrikan seperti tiang beton, gulungan kabel, dan trafo listrik menjadi terhambat dan memakan waktu yang lebih lama.

Selain itu, penanaman tiang beton juga terkendala oleh cuaca hujan yang seringkali melanda wilayah-wilayah pedesaan yang akan dialiri listrik.

"Bahkan terkadang akses jalan (infrastruktur) baru bisa dilalui tiga minggu setelah hujan mereda," ujarnya.

Bagi masyarakat di wilayah yang masih belum mendapatkan akses listrik dapat mengajukan permohonan dengan menghubungi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral setempat ataupun otoritas pemerintah yang membidangi energi listrik di daerah tersebut.

"Kemudian permohonannya disampaikan kepada PLN, kemudian akan dilakukan pengkajian untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan di wilayahnya," demikian Suargina. (fet/ant)

Berita terkait