Penampakan Buaya Resahkan Warga Aceh Singkil

Jalan penghubung Desa Pulo Sarok menuju Trandas Tiga Desa di Aceh Singkil, Aceh kerap muncul buaya sehingga meresahkan warga setempat.
Buaya ukuran satu meter kerap muncul disaluran parit resahkan warga Aceh Singkil, Aceh Sabtu 9 November 2019.(Foto: Tagar/Khairuman)

Singkil - Warga yang melintasi saluran parit jalan penghubung Desa Pulo Sarok menuju Trandas Tiga Desa di Aceh Singkil kerap muncul penampakan seekor buaya, sehingga meresahkan pengendara yang melintasi kawasan itu.

Ade, salah seorang pengendara warga setempat mengatakan sangat cemas jika melintasi kawasan jalan penghubung Desa Pulo Sarok menuju Trandas maupun sebaliknya, karena seringnya melihat penampakan buaya di kawasan tersebut.

"Hal ini tidak main-main, lintasan buaya berciri khas hitam dan bermuncung panjang itu, mulai dari persimpangan jalan Bandesa Desa Pulo Sarok, hingga menuju jalan yang menghubungkan ke tiga Desa trandas tepatnya rimbunan pohon bambu sebelum jembatan tinggi," kata Ade kepada Tagar, Sabtu 9 November 2019 di Singkil.

Menurut Ade hewan reptil itu harus segera ditangkap oleh pihak Balai Konservasi Sumber daya Alam(BKSDA) setempat, karena lambat laun bisa membahayakan warga, terutama anak-anak sekolah yang melintasi kawasan itu.

Apalagi, lanjut Ade, hewan buas itu sering menampakkan diri mengintai ternak warga, tentu hal ini sangat merugikan dan meresahkan warga setempat.

Lintasan buaya berciri khas hitam dan bermuncung panjang itu, mulai dari persimpangan jalan Bandesa Desa Pulo Sarok, hingga menuju jalan yang menghubungkan ke tiga Desa Trandas.

Sementara dihubungi secara terpisah, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Wilayah 11 Aceh Singkil, Sutikno kepada Tagar mengatakan terkait seringnya muncul penampakan buaya belum ada laporan dari masyarakat.

"Kalau ada buaya yang memunculkan diri, selagi tidak membahayakan untuk sementara tidak apa-apa karena memang habitatnya, apalagi akses saluran parit sudah dibuka luas langsung ke muara," ujarnya.

Biasanya, kata Tikno, penanganan buaya dilakukan bila kategori buaya sudah mengganggu ternak dan membahayakan jiwa masyarakat barulah ditangani secara cermat.

Menurut Sutikno seringnya parit-parit tersebut dibuka membuat akses mempermudah buaya masuk dan merapat ke parit pemukiman masyarakat.

Apalagi, buaya ini sistem hidupnya tidak bisa menempati satu tempat mencari wilayah jelajah. Artinya, hewan itu hidupnya tidak bisa menempati satu ruang.

Jadi, dalam hal ini, kerapnya buaya itu muncul karena habitatnya luas dan sifatnya tidak bisa menempati satu ruang. 

"Namun apabila sudah mengancam keselamatan jiwa dan memangsa ternak warga barulah kita tangani, kita jauhkan dari pemukiman masyarakat," tuturnya. []

Baca juga:

Berita terkait
Caleg Gagal di Aceh Coba Bakar Baju Dinas Polisi
Aparat kepolisian Banda Aceh menangkap TMD, karena mencoba membakar baju polisi, diketahui TMD merupakan Caleg gagal pada pemilu legislatif 2019.
Pelayanan RSUD Cut Mutia Aceh Dinilai Pilih Kasih
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia (RSUDCM) Aceh Utara dinilai tidak maksimal dan pilih kasih terhadap pasien tertentu.
Sensasi Maulid Nabi di Atas Kapal Laut Keliling Aceh
Sebuah kapal laut jenis Spit Boat akan meriahkan maulid Nabi Muhammad SAW kota Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh.