Jakarta - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menjadi imam salat Jumat di Masjid Mosalla Teheran, 17 Januari 2020. Ini merupakan momen pertama kalinya ia memimpin salat Jumat sejak delapan tahun silam. Berita ini muncul pasca aksi protes kemarahan warga Iran yang semakin meluas atas kecelakaan pesawat Ukraina yang jatuh terkena tembakan militer Iran pekan lalu. Terakhir Khameini memimpin salat Jumat di Taheran pada peringatan 33 tahun Revolusi Isam Iran pada tahun 2012.
Rakyat Iran diminta bersatu membangun kembali perekonomian nasional
Seperti diberitakan dari BBC News, Jumat, 17 Januari 2020, kepemimpinan Iran mendapat tekanan kuat pasca merosotnya perekonomian nasional akibat sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat. Pada hari Rabu lalu, Presiden Iran Hassan Rouhani meminta warga bersatu dalam membangun kembali perekonomian nasional. Presiden juga meminta militer memberikan klarifikasi yang lengkap mengenai penembakan pesawat Ukraina.
Seperti diberitakan pesawat Boeing 737-800 milik maskapai penerbangan Ukraina International Airlines jatuh tak lama setelah lepas landas dari bandara di Taheran menuju Kyiv, Ukraina. Sebanyak 176 penumpang dan kru pesawat, termasuk lusinan warga Iran dan Kanada tewas.
Otoritas Iran awalnya menolak bertanggungjawab atas kecelakaan pesawat Ukraina tersebut. Namun setelah tekanan internasional semakit menguat, Pengawal Revolusi Iran garis keras mengakui bahwa rudal yang ditembakkan pasukan Iran tak sengaja menghantam pesawat. Rudal itu rencananya ditujukkan untuk menggempur pasukan militer Iran di pangkalan militer Irak.
Serangan rudal itu sebagai balas dendam atas kematian pemimpin tertinggi dan juga komandan pasukan khusus Quds, Jenderal Qassem Soleimani. Amerika Serikat menyatakan 11 tentaranya dirawat karena geger otak setelah serangan tersebut. Namun awalnya AS mengkonfirmasi tidak ada tentaranya yang terluka.
Secara historis, para pemimpin Iran telah menyerahkan tugas ini kepada ulama yang setia dengan ketrampilan pidato yang kuat
Kantor berita Iran, Mehr menyebutkan Ayatollah Khamenei (80 tahun) tidak menyinggung soal serangan rudal yang menjatuhkan pesawat Ukraina dalam kutbah Jumat. Pernyataan itu mengutip para pejabat yang menyatakan bahwa "negara Iran sekali lagi menunjukkan persatuan dan keagungan."
"Doa Jumat terkemuka di ibu kota adalah tindakan simbolis signifikan yang biasanya dicadangkan untuk saat-saat ketika otoritas tertinggi Iran yang menyampaikan pesan penting," kata Mehdi Khalaji dari Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat. "Secara historis, para pemimpin Iran telah menyerahkan tugas ini kepada ulama yang setia dengan ketrampilan pidato yang kuat," katanya lagi.
Berita bahwa rudal Iran sebagai penyebab jatuhnya pesawat Ukraina menimbulkan gelombang protes berhari-hari di beberapa kota di Iran. Di sejumlah universitas memasang spanduk yang bertuliskan "Pengawal Revolusi berbohong. Musuh Iran bukan Amerika, tapi pemerintah Iran sendiri." Video rekaman prosesi pemakaman korban pesawat Ukraina di media sosial pada Kamis, 16 Januari 2020, memperlihatkan para pelayat dan keluar korban meneriakkan yel-yel kebencian terhadap pemerintah.
Pemerintah Iran telah menangkap beberapa orang yang diduga bertanggungjawab atas kecelakaan pesawat Ukraina. Presiden Rouhani mengatakan penyelidikan akan diawasi oleh pengadilan khusus dan seluruh dunia ikut mengawasi. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengakui bahwa orang Iran telah "dibohongi" selama berhari-hari. Namun ia bersikeras bahwa pemerintah juga tetap berada dalam kegelapan.
Otoritas Iran menghadapi tekanan yang semakin besar di sejumlah bidang. Ekonomi negara itu tengah berjuang di bawah sanksi AS. Tahun lalu, aksi kekerasan meletus di seluruh negeri setelah pemerintah secara tak terduga mengumumkan penjatahan bensin dan menaikkan harga bahan bakar minyak.[]