Pematangsiantar - Keputusan Pemerintah mencoret pengembangan pesawat N245 dan R80 dari Program Strategis Nasional (PSN) dinilai gegabah dan mengabaikan kesungguhan ahli dirgantara, yang sudah bersusah-payah mengembangkan program kedua pesawat tersebut.
Wakil Ketua FPKS DPR, Bidang Industri dan Pembangunan, Mulyanto menilai, pemerintah seolah tidak menghargai capaian intelektual para ilmuwan mempersiapkan purwarupa pesawat N245 dan R80 selama ini. Menurutnya, keputusan itu lebih bernuansa politis dan kurang objektif dalam mempertimbangkan aspek strategis nya.
Inikan ironis. Padahal, sekalipun program pengembangan N245 dan R80 ini masuk dalam daftar PSN, Pemerintah tidak serta merta harus menyediakan anggarannya. Sebab pengadaan anggarannya bisa dilakukan dengan berbagai cara dan model kerjasama
"Pengembangan transportasi udara kelas menengah, 100% hasil inovasi teknologi anak bangsa ini penting dan strategis untuk mendapat prioritas Pemerintah. Selain karena cocok untuk negara kepulauan, dan tepat bagi keperluan pertahanan-keamanan, program ini juga akan memacu peningkatan kemampuan inovasi teknologi nasional," katanya kepada Tagar, Rabu, 17 Juni 2020.
Baca juga: PKS Harap Kartu Prakerja Bisa Dirasakan Anak Bangsa
Sekretaris Menteri Riset dan Teknologi era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini menyebut, dicoretnya program pengembangan pesawat ini dari PSN merupakan tindakan kecerobohan pemerintah dalam hal pengembangan produk inovasi teknologi anak bangsa.
Dia berpandangan, seharusnya pemerintah bisa menjadi fasilitator pengembangan produk inovatif. Namun, kenyataanya negara tidak memberi dukungan yang cukup bagi terwujudnya produk teknologi yang dapat dibanggakan oleh masyarakat.
Baca juga: Istana Minta Publik Kritik Pemerintah dengan Data Fakta
"Inikan ironis. Padahal, sekalipun program pengembangan N245 dan R80 ini masuk dalam daftar PSN, Pemerintah tidak serta merta harus menyediakan anggarannya. Sebab pengadaan anggarannya bisa dilakukan dengan berbagai cara dan model kerjasama," ujarnya.
Lantas, anggota Komisi VII DPR ini mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan keputusan pencoretan pengembangan pesawat tersebut.
Harapan dia, pemerintah jangan sampai dianggap mematikan semangat inovasi teknologi anak bangsa. Menurutnya, keputusan itu kontra produktif dan berbahaya.
Dia meminta, program yang sudah dianggap bagus ini tidak berhenti begitu saja di tengah jalan.
"Kita tidak ingin mengulangi nasib sama seperti N250, yang kandas tidak dilanjutkan. Membangun semangat teknologi anak bangsa ini tidak mudah. Sejarah teknologi nasional mencatat, bagaimana susah payahnya puluhan tahun Begawan Teknologi kita Prof. Dr. Habibie untuk dapat membangun dan menerbangkan pesawat N-250, inovasi seratus persen anak bangsa yang membanggakan itu. Saat ini banyak para ahli pesawat kita pindah ke industri pesawat di luar negeri, sementara yang tersisa mulai memasuki masa-masa purna tugas," ucap Mulyanto. []