Pembinaan Olahraga yang Abaikan Hadiah Miliaran Rupiah

Hadiah ratusan juga sampai miliaran rupiah disediakan berbagai turnamen olahraga, terutama tenis, quo vadis pembinaan olahraga nasional
Empat grand slam tenis yang menyediakan hadiah puluhan miliar rupiah (Foto: tennisnow.com).

Turnamen akbar tenis grand slam Perancis Terbuka 2020, juga dikenal sebagai Roland Garros, baru saja usai yang menghasilkan juara baru tunggal putri, petenis Polandia, Iga Swiatek, dan muka lama di tunggal putra yaitu petenis Spanyol, Rafael Nadal. Hadiah yang mereka terima masing-masing sebesar Rp 27,9 miliar.

Jumlah rupiah yang tidak sedikit, apalagi bagi Swiatek yang baru berumur 19 tahun. Dia jadi miliarder remaja.

Selain Roland Garros turnamen dengan hadiah puluhan miliar rupiah juga disediakan grand slam Australia Terbuka, Wimbledon (Inggris) dan AS Terbuka. Tapi, karena pandemi virus corona Wimbledon dan AS Terbuka tahun 2020 dibatalkan.

Kesempatan untuk mengikuti turnamen tenis terbuka luas karena grand slam dan puluhan turnamen tenis lain yang diselenggaran oleh ATP dan WTA serta berbagai negara dan perusahaan di seluruh dunia. ATP adalah Association of Tennis Profesionals yang mengatur peringkat petenis putra dunia, sedangkan WTA adalah Women's Tennis Association yang mengatur peringkat petenis putri dunia.

1. Petenis Putri Yayuk Basuki

Untuk bisa ikut turnamen grand slam harus berdasarkan peringkat di ATP dan WTA karena menyangkut hadiah. Sejak babak penyisihan pertama, sekarang tidak ada lagi pemain yang diunggulkan sehingga semua harus mulai dari awal, sudah disediakan hadiah ratusan juta rupiah. Seperti hadian di Roland Garros 2020, misalnya, yang tidak lolos di babak penyisihan pertama pun sudah mengantongi uang tunai Rp 174,4 juta (lihat tabel).

hadiah grand slamTabel hadiah grand slam tenis Prancis Terbuka 2020 (Foto: Tagar/Syaiful W Harahap)

Itu artinya petenis yang ikut grand slam tidak akan rugi sepanjang sudah memenuhi syarat berdasarkan peringkat di ATP dan WTA. Selain hadiah petenis putra dan putri pun kebagian uang dari sponsor alat-alat olahraga, pakaian, topi, sepatu, dll.

Maka, amatlah disayangkan ratusan turnamen tenis tidak memunculkan petenis nasional Indonesia. Sepanjang masa petenis Indonesia belum ada yang bisa berbicara di kancah grand slam. Petenis putri Yayuk Basuki, misalnya, baru bisa sampai babak keempat tunggal putri di Wimbledon sebanyak empat kali dari musim 1992 - 1995.

Lalu ada Wynne Prakusya yang langkahnya terhenti di babak pertama grand slam lapangan rumput Wimbledon tahun 2001. Beberapa petenis nasional lain ikut di ganda, tapi hanya sampai babak awal.

Setelah era glashnot yaitu kebijakan yang dilakukan selama masa pemerintahan Mikhail Gorbachev di Uni Soviet, yang akhirnya ganti nama jadi Rusia, pada pertengahan 1980-an dan kemerdekaan negara-negara yang sebelumnya dicengkram Uni Soviet, muncul petenis dengan nama-nama khas Eropa Timur, seperti tenis putra Yevgeny Kafelnikov dan Petr Korda (Rusia), Novak Djokovic (Serbia). Di tenis putri lebih banyak, sebut saja Hana Mandlíková (Rusia), Monica Seles, Maria Sharapova (Rusia), dll.

Dari Asia pun muncul petenis unggulan, seperti Naomi Osaka yang juara grand slam AS Terbuka. Dari Jepang, China dan Korea Selatan juga muncul petenis tunggal putra dan putri, bahkan ada yang jadi juara grand slam.

Sedangkan petenis kulit hitam Amerika Serikat baru bisa unjuk gigi setelah ada perbaikan dalam sistem. Soalnya, selama ini diatur agar petenis kulit hitam berhadapan dengan jagoan di babak-babak awal sehingga kandas. Tapi, setelah era Arthur Ashe yang memegang tiga gelar grand slam, Selanjut muncul petenis kulit hitam di puncak tenis, seperti Williams Bersaudara (Venus dan Serena). Bahkan, Serena memegang 23 kejuaraan grand slam yang hanya imbang dengan petenis Jerman, Steffi Graf, yang mengumpulkan 22 juara grand slam. Tapi, Graf punya golden slam yaitu juara tunggal tenis di Olimpiade 1988 Seoul, Korea Selatan.

2. Petenis Putri Jadi Model

Adalah pertanyaan besar: Mengapa Indonesia tidak mengembangkan bakat-bakat terpendam di beberapa sektor olahraga, seperti tenis?

Jika dilihat dari postur tubuh petenis putra dan putri di puncak tenis dunia tidak ada yang istimewa. Bahkan, Maria Sharapova seorang model yang menambah pundi-pundinya. Petenis putri sama sekali tidak menunjukkan otot yang berlebihan.

Itu artinya pembinaan olahraga di Indonesia tidak on the track. Ini terjadi karena sistem pemerintahan yang dijalankan secara otonomi mulai tingkat kabuten dan kota yang membuat pembinaan olahraga tidak lagi bisa secara nasional. Selain itu pemerintah tampaknya, terutama daerah, lebih mementingkan sepak bola daripada cabang olahraga lain. Bahkan, pernah terjadi dana APBD untuk sepak bola.

Padahal, sepak bola nasional bukan menghasilkan prestasi tapi horor, kematian, brutalisme, anarkisme dan ketakutan massal. Harap maklum di setiap laga sepak bola selalu ada keributan antar suporter. Fasilitas umum dirusak. Pedagang asongan dijarah. Saling pukul. Saling bunuh antar suporter.

Maka, sudah saatnya pemerintah menyiapkan fasilitas semua cabang olahraga agar tenis dan bulu tangkis tidak lagi sebagai olahraga mahal. Di tahun 1970-an sampai 1990-an bulu tangkis nasional berbicara sampai olimpiade. Ini terjadi karena pembinaan yang dilakukan berbagai perusahaan, seperti perusahaan rokok. Tapi, belakangan KPAI justru 'menembak' industri rokok sehingga menghentikan pembinaan bulu tangkis. Lagi-lagi intitusi yang diharapkan membawa anak-anak mewujudkan mimpi yang terjadi justru sebaliknya memberikan mimpi buruk kepada anak-anak Indonesia.

Pencarian bakat di berbagai cabang olahraga pun sekarang tidak ada lagi. Di masa Orde Baru ada Popsi (Pekan Olahraga Antarpelajar Seluruh Indonesia) mulai dari SD, SLP dan SLA. Tapi, ini sudah sulit selain karena Otonomi Daerah juga lapangan olahraga sudah alih fungsi jadi permukiman, industri, dll.

Maka, kalau masih ada pemerintah daerah, kabupaten, kota atau provinsi yang memakai dana APBD dengan berbagai dalih untuk sepak bola itu artinya sama saja dengan menyokong ankarkisme (nasional). []

Berita terkait
Jokowi: Olahraga Perkokoh Patriotisme - Nasionalisme
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan betapa pentingnya kegiatan berolahraga untuk meningkatkan produktivitas keseharian.
286 Legenda Olahraga Nasional Apresiasi Penghargaan Pemerintah
Para legenda olahraga Indonesia mengapresiasi penghargaan yang diberikan oleh pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Maria Sharapova Siap Tambah Gelar Grand Slam
Petenis berusia 31 tahun asal Rusia itu kembali setelah larangan doping 15 bulan di Grand Prix Stuttgart April lalu.
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu