Jakarta - Terhitung sebanyak 1.428 ekor lumba-lumba sisi putih Atlantik dibantai secara brutal oleh pemburu paus lokal di Kepulauan Faroe, yang terletak di antara Norwegia dan Islandia, pada Minggu, 12 September 2021.
"Hewan-hewan ini sama seperti manusia yang mendambakan kebebasan, apalagi superpod sebesar ini. Namun, di Kepulauan Faroe mereka disambut dengan pisau dan kait," ujar Lukas Erichsen dari Sea Shepherd Scandinavia.
Pembantaian tunggal ini mencetak rekor baru sebagai pembantaian cetacea tersebesar sepanjang sejarah. Seluruh superpod atu lumba-lumba berukuran besar mati dibantai termasuk betina hamil beserta anak lumba-lumba.
Hewan-hewan ini sama seperti manusia yang mendambakan kebebasan apalagi superpod sebesar ini namun di Kepulauan Faroe mereka disambut dengan pisau dan kait.
Dalam potret pembantaian yang diunggah pada akun instagram @seashepherd, tampak bagian perut bawah lumba-lumba terkoyak hingga menyebabkan organ lumba-lumba tersebut keluar.
Ada pula beberapa yang di sayat dan di ambil bagian atas kepalanya. Selepas dibantai, ribuan lumba-lumba tersebut dijejer di pinggir pantai.
- Baca Juga: Lahirnya Sri Kurnia Tambah Koleksi Lumba-Lumba Taman Satwa
- Baca Juga: Saat Personel 'Padi' Memberi Makan Lumba-lumba di Tepi Pantai Sigandu, Batang, Jawa Tengah
Proses pembantaian semakin ekstrem, sebab para pemburu menggunakan perahu yang ukurannya tidak terlalu besar, sedangkan kebanyakan lumba-lumba berukuran pod.
Jumlah pemburu dan jumlah perahu juga sangat sedikit, berbanding terbalik dengan jumlah keseluruhan lumba-lumba yang dibantai. Beberapa lumba-lumba bahkan dilumpuhkan menggunakan baling-baling perahu.
- Baca Juga: Corona, Hak Satwa Industri Wisata Harus Terpenuhi
- Baca Juga: Uji Adrenalin, Berikut 5 Destinasi Wisata di Coral Coast
Dilansir dari Karmagawa, Rabu, 15 September 2021, rata-rata sebanyak 800 cetacea di Kepulauan Faroe dibunuh setiap tahunnya. Kegiatan ekstrem tahunan ini dilakukan demi mempertahankan tradisi.
Meskipun pada faktanya, hanya kurang dari 20 % penduduk pulau saja yang mengkonsumsi daging cetacea dan sisanya menganggap tindakan mengkonsumsi cetacea adalah toksik.
(Risma Perdana Izzati)