Pemanfaatan Bio Sawit Bisa Tekan Biaya Produksi Batik

Produsen batik perlu diperkenalkan dengan bio paraffin substitute dari sawit menggantikan parafin karena bisa menekan biaya produksi
Sosialisasi penggunakan formula bahan batik berbasis sawit di Yogyakarta diikuti 40 peserta perajin batik. (Foto : Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Pemanfaatan bio paraffin substitute (bio PAS) dari sawit menggantikan parafin untuk bahan pembuatan batik bisa menekan biaya produksi para perajin atau produsen batik. "Kami yakin kalau semakin dikenal, para produsen batik akan menggunakannya," kata Perekaya Utama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indra Budi Susetyo dalam sosialisasi dan workshop "Pengembangan UKM Batik Berbasis Sawit" di Yogyakarta, Kamis, 10 Oktober 2019.

Indra mengatakan selama ini untuk membuat batik memakai bahan malam yang terdiri dari komponen parafin, gondorukem, microweak, kote, damar, motokucing dan CPO. Komponen parafin berasal dari energi minyak bumi. Suatu saat minyak bumi pasti habis. Untuk itu, agar warisan budaya batik tetap lestari, perlu inovasi bahan dari energi terbarukan. "Itu ada pada sawit," katanya.

Ia menambahkan, produk sawit di Indonesia sangat melimpah. Selama ini belum banyak yang memanfaatkannya untuk bahan formula malam batik. "Kita kenalkan ke perajin dan mereka menyukainya dibanding bahan berbasis parafin," ungkap Indra.

Menurut Indra, produsen batik belum banyak yang mrnggunakannya, karena baru diperkenalkan sejak 2017 di Yogyakarta, Solo, Banyumas, Pekalongan dan lainnya. "Produk sudah ada yang dijual di pasaran, namum jumlahnya masih terbatas," jelasnya.

Peneliti Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta Kementrian Perindustrian RI Farida mengatakan, Bio PAS sudah diformulasi menjadi malam batik dan menunjukkan hasil yang bagus. Penggunaan Bio-PAS pada proses pembatikan mampu menghasilkan perintang warna yang bagus. "Tidak terdapat rembesan warna yang masuk di tapak alat membatik atau canting. Selain itu, hasil pewarnaan lebih tajam dan cerah karena tahan terhadap larutan alkali dan asam akibat zat pewarna sintesis," ungkapnya.

Kepala BBKB Titi Purwati Widowati mengatakan, formulasi turunan sawit ke dalam malam batik merupakan substitusi potensial dari paraffin untuk industri kreatif batik. Ini memberi peluang kemandirian dan jaminan penyediaan bahan secara jangka panjang berbasis bahan terbarukan lokal.

Menurut dia, salah satu keunggulan produk malam batik ini tidak hanya menggantikan parafine basis minyak bumi. Tapi juga mengurangi beberapa komponen dalam pembuatan malam seperti minyak CPO. "Tentu bisa mengurangi harga malam batik tanpa mengurangi kualitas produk batik," kata Titi.

Dalam sosialiasasi ini, BPPT dan BBKB mendapat dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kementerian Keuangan. Acara dihadiri 40 peserta dari berbagai UKM dan atau kelompok batik di Yogyakarta, Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Purworejo Jawa Tengah.

Berita terkait
Beragam Batik Nusantara Dijual di Malioboro Yogyakarta
Yogyakarta dikenal sebagai salah satu pusat produsen batik di Indonesia. Sejumlah perajin batik tradisional masih eksis.
Penjual Batik Ketiban Berkah Hari Batik Nasional
Banyak pedagang batik yang ketiban berkah pada Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober, dagangannya laris diborong pembeli.
Melongok Pasar Klewer, Pusat Batik Legendaris di Solo
Pasar Klewer,Solo,hingga kini terkenal sebagai pasar batik terbesar di Indonesia. Sudah ada sejak zaman Jepang.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.