Peluang Usaha Bisa Raib Gegara Berita Hoaks

Berita hoaks bisa membuat klien dan calon klien menjauh, pada gilirnnya akan menekan angka penjualan dan omzet.
Ilustrasi hoaks. (Gambar: Ist)

Bandung- Chief Executive Officer (CEO) Lembaga Riset Telematika, Sharing Vision, Ali Akbar mengatakan berita hoaks atau bohong bisa berpotensi menghilangkan peluang usaha dan keuntungan. Hoaks bisa membuat klien dan calon klien menjauh. "Jadi hoaks juga bisa membuat konsumen lari dan pada gilirannya akan menekan angka penjualan dan omzet usaha," katanya di Bandung, Selasa, 2 Desember 2019.

Dampak yang paling besar akan terjadi pada perusahaan yang melantai di bursa. Menurutnya, hoaks berpotensi menghilangkan kepercayaan pasar dan pada gilirannya akan menekan harga saham. "Untuk dunia usaha, kepercayaan itu sangat penting dan dampaknya akan sangat luas, khususnya untuk pemasaran," ujar Ali.

Ali mengatakan nilai kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh berita hoaks di sejumlah negara sangat besar dan jika dihitung bisa hingga ratusan juta rupiah. "Tapi kerugian terbesar berupa non-materiil, rusaknya persatuan dan persaudaraan. Jadi hoaks sangat berbahaya, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi dan itu bisa kita lihat dari kasus kerusuhan di Wamena, Papua, beberapa waktu lalu," katanya.

Ali menyebutkan beberapa contoh sejumlah kasus hoaks yang pernah terjadi di sejumlah negara. Di Inggris, sebuah berita hoaks melalui telepon pada 2017 merugikan pihak rumah sakit sebesar 2.465 pound sterling atau Rp 45 juta (satu pound sterling = Rp18.087).

"Itu merupakan ongkos yang dikeluarkan untuk pengiriman ambulans pada kasus hoaks tersebut," ujarnya seperti dikutip dari Antara. Kerugian ekonomi besar lainnya akibat hoaks, ialah diderita bandara Manchester pada 2014 ketika muncul hoaks bom di Maskapai Qatar Airways.

Sementara itu Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia (HAM) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dan Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) menggelar 'Seminar Pencegahan Ujaran Kebencian dan Sebaran Hoaks' di Aula Barat Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa sore.

Dalam seminar yang diikuti pelajar, mahasiswa, dosen, serta bagian hukum pemda kab/kota di Jabar ini, ditegaskan pentingnya bijak bermedia khususnya media sosial agar tidak terjerumus dalam hate speech (ujaran kebencian) dan hoaks (berita bohong). Pasalnya di era disrupsi saat ini, media sosial memang menjadi platform utama penyebaran informasi. Jika tidak digunakan dengan bijak dan sesuai etika, media sosial adalah lahan subur untuk menyebarkan konten terlarang, hate speech, hoaks, cyber-bullying, hingga penyebaran virus komputer.

Untuk itu, Direktur Kerja Sama HAM Direktorat Jenderal HAM Kemenkumham Bambang Iriana Djajaatmadja mengimbau pengguna media sosial (medsos) untuk berpikir sebelum menulis (posting) dan berpikir sebelum menyebarkan konten (share). "Saat ini yang hilang dari kita adalah etikanya. Postingan kita juga harus ada rambu-rambunya. Dulu mulutmu harimaumu, sekarang statusmu harimaumu," katanya.[] 

Berita terkait
Polda Jatim Ajak Nella Kharisma Kampanye Lawan Hoaks
Nella Kharisma ditunjuk menjadi duta anti hoaks dikarenakan penyanyi asal Kediri itu difitnah selingkuh dengan eks Bupati Kediri melalui medsos.
Cara Mengecek Berita Online Hoaks atau Fakta
Berita yang tayang di media massa online perlu diverifikasi keabsahannya. Mungkin saja berita itu mengandung unsur kebohongan.
Hoaks, Cuaca Panas di Indonesia 45 Derajat Celcius
Marak di media sosial dan pesan berantai grup WhatsApp yang berisi cuaca panas tiga hari ke depan. Namun berita itu sepenuhnya hoaks.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)