Pelestarian Budaya di Tempat Suku Batak Bermula

Sejumlah relawan di Kabupaten Samosir mendirikan Rumah Belajar Sianjur Mulamula untuk mengajarkan budaya Batak pada generasi muda.
Sejumlah anak di Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, berpose di depan Rumah Belajar Sianjur Mulamula bersama para relawan. (Foto: Tagar/Elvianna Simanjuntak)

Samosir - Sepiring ubi rebus dan kopi tersaji sore itu, menjadi teman berbincang tentang banyak hal di situ, di Rumah Belajar Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Kamis, 3 September 2020.

Sebuah sambutan sederhana yang tidak akan bisa dilupakan. Bukan soal rasa ubi rebusnya, tapi tentang rasa kekeluargaan sebagai bagian dari budaya, yang masih terjaga rapi di situ.

Dengan berbalut sarung dan ulos, setiap anak memasuki Rumah Belajar Sianjur Mulamula. Rumah itu merupakan rumah adat khas Batak milik warga setempat tapi tidak ditempati.

Saat berada di pintu, mereka mengucapkan kata “Horas” yang dijawab dengan ucapan yang sama oleh para relawan.

Beberapa anak kemudian memulai belajar di situ. Mereka ditemani oleh para relawan Rumah Belajar Sianjur Mulamula.

Anak-anak itu menyebutkan nama hari dan bulan dalam bahasa Batak. Sesuatu yang sudah jarang diketahui oleh sebagian generasi muda, bahkan generasi muda yang berdarah asli Batak, terlebih yang tinggal di kota besar.

Telinga sebagian pemuda Batak saat ini bahkan sudah merasa asing dengan istilah Artia (hari 1), Suma (hari 2), Anggara (hari 3), Muda (hari 4), Boraspati (hari 5), Singkora (hari 6), dan sebagainya.

Para relawan di Rumah Belajar Sianjur Mulamula bukan hanya mengajar tentang pelajaran akademik, tetapi juga menanamkan budaya kepada anak-anak itu.

Budaya Adalah Identitas Diri

Rumah Belajar Sianjur Mulamula didirikan oleh Nagoes Puratus Sinaga. Saat ini rumah belajar yang telah memiliki enam cabang di wilayah Kecamatan Sianjur Mulamula tersebut, ibarat sekolah adat. Di situ anak-anak Sianjur Mulamula bisa belajar tentang kearifan lokal seperti Bahasa Batak, adat istiadat, dan tentang alam sekitar.

Pemandangan di Sianjur Mulamula, SamosirPemandangan alam di kawasan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. (Foto: Tagar/Elvianna Simanjuntak)

Kata Nagoes, dirinya bersama para relawan mendirikan Rumah Belajar Sianjur Mulamula bukan tanpa alas an, tetapi mereka memiliki misi untuk melestarikan budaya Batak. Sebab menurutnya budaya merupakan identitas diri.

Budaya itu adalah identitas diri, itulah kenapa saya di sini bersama dengan relawan-relawan lainnya, kami ingin menanamkan budaya Batak itu kepada anak-anak di sini sebagai generasi penerus.

"Kelak ke mana pun mereka pergi, mereka tidak akan lupa dengan identitas dirinya karena itu sudah melekat di dalam jiwanya,” ucap Nagoes Puratus.

Pernyataan Nagoes seperti mengingatkan pada tulisan Maisie Junardi dalam bukunya Man’s Defender, yang menyatakan, di dalam setiap kebudayaan tersimpan nilai nilai kearifan dan kebaikan, selain itu tentu saja keindahan.

Sianjur Mulamula diyakini merupakan tempat asal muasal suku Batak, yang saat ini memiiki sekitar 497 marga. Seluruhnya merupakan keturunan Raja Batak yang berasal dari Sianjur Mulamula.

Untuk sampai di Sianjur Mulamula dibutuhkan waktu tempuh sekitar 20 menit dari pusat kota Kabupaten Samosir, yakni Pangururan.

Perjalanan menuju Sianjur Mulamula seperti terlalu singkat jika hanya dijalani selama 20 menit. Sangat tidak memuaskan jika tidak menikmati pemandangan yang disajikan alam di sepanjang perjalanan. Seperti yang pernah disampaikan oleh Ombang Siboro, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir pada 2017 lalu.

“Samosir ini sebenarnya nggak diapa-apakan juga udah cantik, tinggal bagaimana kita menjaganya supaya tetap lestari.”

Perjalanan pagi itu menuju Sianjur Mulamula seperti mendapat restu dari semesta. Matahari bersinar hangat. Cahayanya menerabas celah-celah dedaunan dan sela-sela bangunan. Angin sejuk mengembus wajah para pengendara sepeda motor yang melintasi ruas jalan yang menuju Sianjur Mulamula.

Untuk menuju Sianjur Mulamula bisa ditempuh melalui dua jalur, jalur pertama melalui Simpang Limbong dan jalur kedua melalui Hotspring Pangururan.

Kepingan Surga di Sepanjang Jalan

Perjalanan menuju Sianjur Mulamula tidak selalu bisa ditempuh dengan lancar, meski jalanan aspal menuju ke sana cukup mulus.

Di beberapa tempat di sepanjang jalan, tak jarang sekumpulan ternak kerbau atau lembu melintas bersama penggembalanya yang mencari rumput.

Pulau Tulas SamosirPulau Tulas di Kabupaten Samosir. Sebelum tiba di Sianjur Mulamula, para pengunjung akan melihat Pulau Tulas di tengah Danau Toba. (Foto: Tagar/Elvianna Simanjuntak)

Meski merupakan daerah wisata, mayoritas penduduk Samosir bekerja sebagai petani dan peternak. Selain memanfaatkan rumput ilalang di perbukitan menjadi makanan ternak, mereka juga dikenal sebagai salah satu daerah penghasil bawang merah.

Bekas letusan Gunung Toba ribuan tahun lalu membuat kontur tanah di Samosir menjadi berbukit dan berbatu, hal itu membuat jenis tanaman yang bisa ditanam oleh petani di Samosir menjadi terbatas. Salah satunya adalah bawang merah.

Saat ini Pemerintah Kabupaten Samosir gencar untuk membantu masyarakat petani agar bisa produktif di tengah keterbatasan kontur tanah. Salah satunya adalah menggenjot ekspor, seperti yang dilakukan pada 4 Agustus 2020.

Huss, hus, lewat ma hamu ito! (Hus, hus, lewatlah kalian dek),” ucap penggiring kerbau menghela ternaknya sekaligus mempersilakan untuk lewat.

Dia mengarahkan beberapa ternak kerbaunya ke bahu jalan agar pengguna jalan bisa melintas.

Pemandangan di perjalanan menuju Sianjur Mulamula seperti melintasi kepingan surga yang jatuh ke bumi. Terlebih saat melintasi kaki Gunung Pusuk Buhit.

Keindahan pemandangan di situ sangat sulit dijelaskan dengan untaian kata, bahkan puisi atau lagu pun tak mampu menjelaskan dengan sempurna.

Satu pulau kecil bertahta anggun di tengah danau. Sementara di sekelilingnya perbukitan seperti menjadi benteng yang menjaga danau dan pulau itu.

Pulau Tulas do goarni, ikkon marsolu do sian Pandulangan on molo lao tu si hamu, olo do naposo i annon manaruhon. (Namanya Pulau Tulas, kalian harus naik perahu kalau mau kesana, bisa diantar oleh pemuda setempat),” ucap seorang Ibu yang kebetulan sedang memetik kopi ditepi jalan tempat kami berhenti.

Selain menyegarkan mata, lokasi ini juga instagramable, sangat cocok untuk menjadi lokasi berfoto. Meski berada di kawasan Danau Toba, namun pemandangan di tempat itu berbeda dengan keindahan di tempat lain.

Hanya beberapa menit perjalanan, pengunjung akan tiba di perkampungan Sagala, Kecamatan Sianjur Mulamula.

Rumah Bolon di SamosirRumah Bolon. Rumah Bolon adalah rumah panggung yang dibangun atas musyawarah dan kerja sama Dalihan Natolu, yaitu hula-hula (pihak laki laki dari marga istri), dongan tubu (teman semarga), dan juga boru (putri yang memiliki marga yang sama).(Foto: Tagar/Elvianna Simanjuntak)

Penduduk yang tinggal di kampung ini mayoritas bermarga Sagala. Rumah adat khas Batak yang disebut Rumah Bolon masih sangat banyak dijumpai di daerah ini. Sebab banyak penduduk yang tinggal di rumah adat itu.

Rumah Bolon adalah rumah panggung yang dibangun atas musyawarah dan kerja sama Dalihan Natolu, yaitu hula-hula (pihak laki laki dari marga istri), dongan tubu (teman semarga), dan juga boru (putri yang memiliki marga yang sama).

Perkampungan Sagala ini terletak di sebuah lembah yang melimpah akan air, dari sekian banyak perkampungan di Samosir, Sagala menjadi salah satu daerah yang tidak pernah mengalami kekeringan.

Salah satu air terjun di Sagala bernama Air Terjun Hadabuan Nai Sogop bahkan sudah dijadikan sebagai tempat wisata. Penduduk lokal kemudian memanfaatkan aliran sungai dari perbukitan untuk membuka lahan sawah dan menopang perekonomian mereka. []

Berita terkait
Cerita Tegang dan Bahagia Khitanan Massal di Medan
Sejumlah anak mengikuti khitanan massal yang dilaksanakan di Sekretariat Bersama (Sekber) Rumah Kolaborasi Bobby Nasution, Jalan Cut Mutia, Medan.
Desa Pelosok Aceh, Lawan Gajah dan Tak Ada Internet
Salah satu desa terpencil di Nagan Raya, Aceh, memiliki beragam masalah, mulai dari konflik dengan gajah dan tak ada jaringan internet.
Pembuat Kasur Kapuk yang Bertahan di Yogyakarta
Cerita tentang seorang produsen sekaligus penjual kasur kapuk yang masih bertahan di antara kasur-kasur busa di Yogyakarta.
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Kamis 23 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Kamis, 23 Juni 2022, untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.028.000. Simak ulasannya berikut ini.