Jakarta, (Tagar 17/5/2018) - Wawan Budi Setiawan seorang pegawai Telkomsel yang adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tapi jejak digitalnya yang kontroversial, terindikasi paham radikal, telah memicu perang tagar #TelkomselProRadikalis vs #TelkomselProUlama di Twitter.
Sebagai orang yang bekerja di badan usaha milik negara, jejak digitalnya dinilai bertentangan dengan upaya pemerintah menggerus paham radikal, mengikis habis terorisme.
Perang tagar itu terjadi Rabu (16/5) dan gemanya masih terasa hingga kini, mengingat Wawan Budi Setiawan yang menempati jabatan Manager Strategic Business Risk Management Telkomsel itu juga merangkap sebagai Ketua Majelis Ta'lim Telkomsel (MTT).
Dalam posisinya itu ia mengundang penceramah agama selama bulan Ramadan. Tak ada masalah dengan hal itu, yang menjadi tanda tanya bagi banyak orang adalah para penceramah yang ia undang itu kredibilitasnya meragukan. Menguatkan anggapan umum bahwa BUMN sudah disusupi paham radikalis.
Seorang netizen bernama Fariz Alniezar mengunggah daftar penceramah pilihan MTT di Twitter dengan catatan, "Corak dan warna para penceramahnya banyak yang pro khilafiah dan anti-NKRI. Ini bagaimana BUMN sekelas @Telkomsel kok malah memilih penceramah yang seperti ini. Ini pakai uang rakyat. Apa makna deradikalisasi dan kontra radikalisme kalau begini?"
Cuitan Fariz itu dibagikan oleh akun resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan memanggil akun Twitter Presiden Joko Widodo.
"Yth: Presiden @jokowi. Masjid2 BUMN beginilah keadaannya," tulis akun resmi PBNU itu. (af)