5 Perempuan di Dunia Setiap Jam Dibunuh oleh Pasangan Atau Keluarga Sendiri

Sedikitnya 45.000 perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia dibunuh oleh pasangan atau anggota keluarga mereka pada tahun 2021
Ilustrasi. Sepatu merah menjadi simbol 25 November, Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan. (Foto: balcanicaucaso.org)

TAGAR.id - Data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menunjukkan lebih dari setengah perempuan dan anak perempuan yang terbunuh tahun 2021 lalu, dibunuh oleh pasangan atau keluarga dekatnya sendiri. Asia jadi benua yang paling mematikan. Farah Bahgat melaporkannya untuk DW.

Sedikitnya 45.000 perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia dibunuh oleh pasangan atau anggota keluarga mereka pada tahun 2021, demikian diungkap sebuah laporan PBB yang terbit pada Rabu, 23 November 2022.

Menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) dan UN Women yang menerbitkan laporan itu, angka ini berarti ada lebih dari lima perempuan atau anak perempuan yang dibunuh oleh seseorang dari keluarga mereka setiap jamnya.

Meskipun temuan terkait femisida ini "sangat tinggi”, angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi, kata laporan itu menekankan.

‘Rumah bukan tempat yang aman'

Laporan PBB itu memperkirakan 81.100 perempuan dan anak perempuan sengaja dibunuh tahun lalu.

"Dari semua perempuan dan anak perempuan yang sengaja dibunuh tahun lalu, sekitar 56% dibunuh oleh pasangan intim atau anggota keluarganya yang lain… menunjukkan bahwa rumah bukanlah tempat yang aman bagi banyak perempuan dan anak perempuan,” kata laporan tersebut.

Laporan itu juga mengakui bahwa secara keseluruhan, laki-laki dan anak laki-laki jauh lebih mungkin untuk dibunuh, yang angkanya mencapai 81% dari seluruh korban. Meski begitu, perempuan dan anak perempuan jadi kelompok yang sangat terdampak oleh kekerasan berbasis gender di rumah mereka sendiri, kata laporan itu.

Laporan PBB itu juga mengungkap bahwa jumlah femisida tertinggi pada 2021 tercatat di Asia, dengan perkiraan jumlah korban mencapai 17.800. Sementara Afrika menjadi benua paling mematikan kedua, dengan 17.200 korban.

ilustrasi perempuan dibunuhIlustrasi. (Foto: dw.com/id- JULIEN DE ROSA/AFP)

‘Terlalu sedikit kemajuan'

"Bukti yang ada menunjukkan bahwa kemajuan dalam mencegah pembunuhan berbasis gender atas perempuan dan anak perempuan terlalu sedikit,” kata pernyataan dari PBB.

Laporan tersebut mengungkap bahwa di Eropa, pembunuhan perempuan dan anak perempuan oleh keluarganya telah berkurang sebanyak 19% dalam satu dekade terakhir. Sedangkan Amerika mengalami penurunan rata-rata sebesar 6% pada periode yang sama.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa lockdown Covid-19 kemungkinan besar menjadi faktor penyebab tahun 2020 menjadi "sangat mematikan” bagi perempuan dan anak perempuan di Amerika Utara.

Laporan itu mencatat bahwa femisida yang terjadi di awal pandemi, "lebih besar dibanding tahun manapun sejak 2015.”

Sementara untuk Afrika, Asia, dan Oseania, PBB mengaku tidak dapat menggambarkan tren-nya dari waktu ke waktu, karena kurangnya data.

"Dengan memastikan setiap korban dihitung, kami dapat memastikan bahwa pelaku dapat dimintai pertanggungjawaban dan keadilan bisa ditegakkan,” kata kantor PBB tersebut.

PBB pun mendesak adanya komitmen politik dari negara-negara untuk pencegahan kekerasan berbasis gender, termasuk memperkenalkan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, berinvestasi dalam organisasi hak-hak perempuan dan "mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk pencegahan.” (gtp/ha)/dw.com/id. []

Berita terkait
Kasus Pemaksaan Sterilisasi Sebagai Kekerasan Berbasis Gender Ditemukan di Tangerang Banten
Selain beberapa jenis kekerasan seksual ditemukan juga kekerasan berbasis gender, seperti pemaksaan sterilisasi, di wilayah Tangerang, Banten