Untuk Indonesia

Partai Pendukung Prabowo Ogah-ogahan

'Coba perhatikan, ketika gerombolan itu melempar isu Ratna babak belur digebuki, siapa saja yang ikut berkoar?' - Eko Kuntadhi
Aktivis Ratna Sarumpaet (tengah) dengan rompi tahanan usai menjalani pemeriksaan di Dirkrimum Polda Metrojaya, Jakarta, Jumat (5/10/2018). Ratna Sarumpaet tersangka penyebaran berita bohong atau hoaks tentang penganiayaan dirinya resmi menjadi tahanan Polda Metro Jaya hingga 20 hari ke depan. (Foto: Antara/Reno Esnir)

Oleh: Eko Kuntadhi*

Apa yang menarik dari kasus Ratna Sarumpaet?

Coba perhatikan, ketika gerombolan itu melempar isu Ratna babak belur digebuki. Siapa saja yang ikut berkoar?

Pertama adalah Prabowo didampingi Fuad Bawazier dan Joko Santoso. Fadli dan Sandiaga juga ikut menari di atas isu tersebut. Di sini orang-orang Gerindra berada dalam pusaran utama.

Lalu di medsos disambar oleh para tokoh Partai Demokrat seperti Ferdinan, Benny K Harman, Rachlan Nashidik, dan Andi Arief.

Coba perhatikan. Kenapa orang-orang PKS sama sekali gak ikut bersuara? Biasanya Hidayat Nurwahid atau Mardani Ali Sera tampil garang memanaskan situasi. Sampai borok Ratna terbongkar mereka tetap diam saja. Bahkan Neno Warisman juga meneng wae. Gak ikut-ikutan bicara soal Ratna Sarumpaet digebuki orang.

Iya, Fahri Hamzah termasuk toa yang ikut meneriaki persoalan Ratna. Bahkan suaranya lebih besar dari toa komidi putar. Tapi Fahri gak bisa kita hitung sebagai PKS lagi.

Perhatikan juga orang di struktur PAN. Seperti Viva Yoga, Drajat Wibowo atau Zulkifli Hasan tidak ikut komentar. Hanya Amien Rais dan Hanum Rais yang berkoar-koar Ratna digebuki. Yang lain diam. Amien dan Hanum memang berada dalam lingkaran suprastruktur. Bahkan Ketum PAN Zulkifli Hasan pernah berkata, Amien itu bebas ngomong apa saja. Dia tidak terikat dengan aturan-aturan formal partai.

Padahal sebagai Capres Prabowo sudah main habis-habisan. Dia turun sendiri mengotori mulutnya menggelar konferensi pers yang memalukan itu.

Kenapa banyak orang di tim Prabowo ogah memainkan isu Ratna ini?

Pertama, mereka tidak mau ikut tercoreng dengan isu murahan. Jadi dibiarkan saja orang-orang Gerindra yang terperosok sendiri dengan isu yang diciptakannya itu.

Jika benar asumsi ini, maka sebetulnya Prabowo bukan dibohongi Ratna tetapi justru sedang memanfaatkan Ratna untuk menarik keuntungan politik. Artinya, hoaks itu sengaja disetting untuk disebarkan.

Jika pembohong adalah orang yang menyampaikan informasi palsu, maka Ratna adalah seorang pembohong besar. Tapi penipu adalah orang yang menyebarkan informasi palsu untuk menarik keuntungan. Siapa yang cocok menyandang titel penipu, Anda tahu sendiri dong.

Kedua, orang-orang di struktural PKS dan PAN mulai ogah-ogahan mendukung Prabowo. Alasannya simpel. Mereka gak dapat apa-apa dari dukungan tersebut. Jikapun mereka bekerja keras yang diuntungkan justru Gerindra sebagai partai. Ini justru membahayakan elektabilitas partainya.

Ketiga, dana dalam kardus yang dijanjikan sebagai mahar dukungan Cawapres kabarnya tidak cair juga. Kalaupun ada yang cair, cuma seupil. Jauh dari angka yang dijanjikan. Turunnya dana seupil itu, bukannya memberikan manfaat justru malah menimbulkan suasana saling curiga di dalam internal dua partai pendukung tersebut.

Bahkan ada isu, dana yang turun untuk satu partai malah digondol sendiri oleh anak seorang sesepuh petinggi.

Partai-partai itu akhirnya memilih pasif. Apalagi jika harus berkubang dalam permainan kotor yang memalukan seperti kasus Ratna ini. "Sudah gak dapat apa-apa, masa mau kecipratan lumpur juga?"

Bukan berarti partai pendukung jauh lebih moralis. Tetapi hanya menghindari kerja bakti. Itu saja.

*Eko Kuntadhi Pegiat Media Sosial

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.