Untuk Indonesia

Papua Harus Merdeka

Berita duka datang dari Papua. - Ulasan Denny Siregar
Jembatan Kali Yigi (KM 103+975) di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua yang menjadi lokasi penembakan karyawan PT Istaka Karya oleh kelompok Kriminal Separatis Bersenjata. (Foto: Dok. Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)

Oleh: Denny Siregar*

Berita duka datang dari Papua....

31 orang pekerja BUMN yang sedang membangun jalan di Kabupaten Nduga, Papua, dibantai. Sebelumnya 8 orang dari mereka sempat lari dan berlindung ke kantor DPRD, tapi kemudian diseret dan dibunuh di tempat. Jenazah mereka ditahan oleh kelompok separatis bersenjata. 1 orang berhasil melarikan diri dan belum ditemukan sampai sekarang.

Apa yang menyebabkan mereka harus dibunuh ?

Diduga keras ini berkaitan dengan perayaan kemerdekaan OPM atau Organisasi Papua Merdeka. Sebelumnya di Surabaya juga 200 mahasiswa dikepung oleh warga. Mahasiswa itu dikabarkan berteriak-teriak supaya Papua Merdeka, cita-cita lama mereka sejak OPM didirikan tahun 1965. Kabar terakhir, para mahasiswa ini dipulangkan karena khawatir akan bentrok dengan warga.

Pembunuhan ini bukan aksi pertama OPM yang juga disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB. Organisasi pimpinan Egianus Kogoya ini punya catatan buruk dalam pergerakannya. Mereka pernah membunuh polisi, menyekap guru dan menyerang pos TNI.

Entah apa yang ada dalam pikiran para kelompok bersenjata ini ketika membunuh dengan sadis 31 orang pekerja yang sedang membangun jalan trans Papua itu. Padahal tujuan pembangunan jalan itu adalah untuk membangun infrastruktur supaya masyarakat Papua di Nduga tidak terisolasi dan bisa diakses dengan cepat.

Dalam buku Global Terorism Database yang dikeluarkan University Marryland, OPM ketika didirikan mengeluarkan pengumuman, "Kami tidak mau kehidupan modern! Kami menolak pembangunan apa pun: rombongan pemuka agama, lembaga kemanusiaan, dan organisasi pemerintahan. Tinggalkan kami sendiri!"

Papua memang belum "merdeka" sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Bumi Papua dikeruk habis-habisan selama masa orde baru dan rakyatnya ditinggalkan miskin dan bodoh. Baru pada masa pemerintahan Jokowi, Papua dibangun dengan semangat keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan dalam proses akuisisi Freeport, Papua mendapat jatah kepemilikan saham untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di sana.

Papua memang harus merdeka. Merdeka dari segala kebodohan, merdeka dari kemiskinan dan merdeka dari segala hal. Pembangunan infrastruktur itu sejatinya untuk memerdekakan Papua, membuka isolasinya. Baru dalam masa pemerintahan Jokowi inilah, Papua bukan lagi anak tiri dalam NKRI.

Tetapi memang ada orang-orang yang tidak ingin berubah. Mereka ingin memisahkan diri dari Indonesia dan tidak ingin bersatu lagi. Dan doktrin-doktrin tentang kejayaan Papua jika mereka merdeka terus dipampatkan ke generasi-generasi yang akhirnya menjadi radikal dan ingin melakukan revolusi.

Masalah Papua ini bukan masalah mudah. Mereka punya trauma yang dalam dengan penindasan. Dan jalan satu-satunya adalah berdialog dengan mereka, mengajak mereka berpikir bersama tapi dengan tidak meninggalkan ketegasan jika kelompok bersenjata itu mulai mengancam dan membunuhi sesama anak bangsa..

Papua harus merdeka. Kita dukung mereka untuk merdeka bersama-sama....

Seruput kopinya....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
0
Pemimpin G7 Janjikan Dana Infrastruktur Ketahanan Iklim
Para pemimpin dunia menjanjikan 600 miliar dolar untuk membangun "infrastruktur ketahanan iklim" perang Ukraina juga menjadi agenda utama