Pandemi Covid-19 Bisa Timbulkan Gangguan Kesehatan Mental

Peneliti Australia khawatir pandemi Covid-19 bisa timbulkan gangguan kesehatan mental yang berkepanjangan akan terasa seperti dampak pascaperang
Warga Australia, sebagian besar anak-anak muda, antre untuk menerima vaksinasi Covid-19 di Homebush Olympic Park di Sydney, di tengah lonjakan Covid-19 varian Delta di Australia, 1 Juli 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Sementara kota terbesar di Australia, Sydney, masih menjalani lockdown atau karantina wilayah, para psikolog memperingatkan bahwa konsekuensi kesehatan mental yang berkepanjangan akibat Covid-19 akan terasa seperti dampak pascaperang.

Para pakar mengatakan lockdown atau karantina wilayah akibat pandemi virus corona di manapun di dunia dapat memicu stres, kemarahan, ketakutan dan kelelahan. Selain itu, terputusnya hubungan dari keluarga besar dan pertemanan dapat menyebabkan kesepian. Ketidakpastian juga menjadi faktor lain yang memperburuk situasi.

Di Australia, badan-badan amal kesehatan mental memperkirakan sekitar sepertiga warga Melbourne menderita gangguan sejenis depresi selama menjalani karantina wilayah terlama dan terketat di seluruh Australia tahun lalu.

Kehidupan di Australia sempat mulai kembali normal. Namun, baru-baru ini, virus corona varian Delta yang sangat menular terdeteksi di sejumlah negara bagian dan wilayah, mengancam kemajuan yang sudah dicapai. Karantina wilayah lantas diberlakukan di Sydney, Perth, Brisbane dan Darwin, yang kemudian mewajibkan jutaan warga Australia untuk tetap tinggal di rumah.

Profesor Susan Rossell adalah neuropsikolog kognitif di Pusat Kesehatan Mental Swinburne. Ia membandingkan konsekuensi kesehatan mental akibat krisis virus corona dengan yang diakibatkan konflik.

“Ada sangat sedikit pandemi yang bertahan selama ini. jadi, perbandingan terhadap perang, terutama perang yang berlangsung sangat lama, adalah perbandingan yang bagus. Selama masa konflik, atau dalam hal ini, selama masa pandemi, hal ini meningkatkan stres dan kecemasan, kesepian, kebingungan, kualitas hidup yang lebih buruk – semua yang kita lihat sedang terjadi saat ini,” ujar Rossell.

Kawasan bisnis di pusat kota BrisbaneKawasan bisnis di pusat kota Brisbane, tampak sepi di tengah penerapan kembali lockdown untuk mencegah perebakan virus corona varian Delta di Australia, Juli 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Ahli kejiwaan mengatakan kecemasan akan “menghantui” banyak orang Australia di masa depan karena ketidakpastian menyelimuti program vaksinasi yang lambat dan kemungkinan tetap ditutupnya perbatasan internasional untuk setahun lagi, memisahkan orang-orang dari keluarga dan kerabat mereka di luar negeri.

Karantina wilayah di Perth, Brisbane dan Darwin diangkat beberapa hari lalu, namun Sydney, kota terpadat di Australia, masih menerapkan kebijakan tinggal di rumah hingga setidaknya Sabtu mendatang. Otoritas setempat berlomba meredam perebakan Covid-19 yang bermula dari seorang sopir limusin, yang tertular varian delta setelah mengantarkan kru penerbangan internasional di Bandara Sydney.

Warga di lokasi lockdown diizinkan meninggalkan rumah hanya untuk bekerja, berbelanja sembako, berolahraga, merawat sanak saudara atau divaksinasi Covid-19.

Sejak dimulainya pandemi, Australia mencatat kurang dari 31.000 kasus Covid-19. Sebanyak 910 di antaranya meninggal dunia. Baru sekitar 7% dari 25 juta penduduk Australia yang sudah divaksinasi Covid-19 penuh atau dua suntikan (rd/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Akibat Pandemi Warga India Alami Gangguan Kesehatan Mental
Pandemi Covid-19 berdampak pada kesehatan mental orang-orang di India, ahli menilai krisis tersebut kemungkinan akan bertahan lebih lama