Pandemi Covid-19 Berlalu Warga India Dililit Utang yang Menggunung

Warga India yang anggota keluarganya dirawat di rumah sakit karena Covid-19 hadapi segunung utang yang menumpuk
Petugas kesehatan pakai APB memindahkan pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit pemerintah di Gauhati, India, 24 Mei 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Ketika kasus virus corona (Covid-19) melanda India musim semi tahun 2021 ini, Anil Sharma menengok Saurav, putranya yang berusia 24 tahun, yang dirawat di sebuah rumah sakit swasta di barat laut New Delhi, India, setiap hari selama lebih dari dua bulan. Pada Mei 2021, ketika jumlah kasus baru Covid-19 di India memecahkan rekor dunia yang mencapai 400 ribu per hari, Saurav dipasangkan ventilator.

Saurav sudah kembali ke rumah sekarang. Kondisinya masih lemah dan dalam masa pemulihan. Namun, kegembiraan keluarga itu dibayangi oleh segunung utang yang menumpuk saat dia sakit.

Kehidupan sementara telah kembali normal di India karena jumlah kasus virus corona telah menurun. Namun, Kantor Berita Associated Press, Senin, 26 Juli 2021, melaporkan jutaan orang terjerumus ke dalam mimpi buruk tumpukan besar tagihan medis. Sebagian besar orang India tidak memiliki asuransi kesehatan dan biaya untuk perawatan Covid-19 sehingga mengakibatkan mereka tenggelam dalam utang.

nakes ambil sampel swab pelancong di mumbaiSeorang petugas kesehatan mengambil sampel swab dari seorang pelancong untuk tes Covid-19 di sebuah stasiun kereta api di Mumbai, India, 22 Juli 2021 (Foto: voaindonesia.com - AP/Rajanish Kakade)

Sharma menguras tabungannya untuk membayar ambulans, tes, obat-obatan, dan tempat tidur di unit perawatan intensif (Intensive Care Unit/ICU). Kemudian dia pun harus mengambil pinjaman bank.

Ketika biaya meningkat, ia meminjam dari teman dan kerabat. Kemudian, dia mencoba mencari bantuan dari masyarakat melalui Ketto, situs web urun dana (crowdfunding) di India. Secara keseluruhan, Sharma mengatakan dia telah membayar lebih dari 50 ribu dolar AS, setara dengan Rp 725,3 juta, untuk tagihan medis.

Dari hasil urun dana, Sharma mendapat 28 ribu dolar AS, setara dengan Rp 406,2 juta. Namun, masih tersisa 26 ribu dolar AS, setara denga Rp 377,2 juta, sebagai uang pinjaman yang harus dia lunasi. Ini adalah jumlah utang yang belum pernah dia hadapi sebelumnya.

“Dia berjuang untuk hidupnya dan kami berjuang untuk memberinya kesempatan untuk bertahan hidup,” katanya, suaranya kental dengan emosi. “Saya adalah seorang ayah yang bangga – dan sekarang saya menjadi seorang pengemis.”

Pandemi telah menghancurkan perekonomian India, membawa bencana keuangan bagi jutaan orang karena sistem perawatan kesehatannya yang mengalami kekurangan dana kronis dan terpisah-pisah. Para pakar mengatakan biaya-biaya seperti itu pasti akan menghambat pemulihan ekonomi.

“Apa yang kita miliki adalah selimut tambal sulam dari asuransi publik yang tidak lengkap dan sistem kesehatan masyarakat yang buruk,” kata Vivek Dehejia, seorang ekonom yang mempelajari kebijakan publik di India.

Bahkan sebelum pandemi, akses layanan kesehatan di India sudah menjadi masalah.

Orang India membayar sekitar 63% dari biaya pengobatan mereka dengan dana pribadi. Sistem tersebut banyak diterapkan di negara miskin dengan layanan pemerintah yang tidak memadai. Data tentang biaya medis pribadi global dari pandemi sulit didapat, tetapi di India dan banyak negara lain, perawatan untuk Covid-19 adalah beban tambahan yang sangat besar pada saat ratusan juta pekerjaan telah hilang.

Rohan AggarwalRohan Aggarwal, 26 tahun, seorang dokter residen yang merawat pasien yang menderita Covid-19, menulis catatan selama shift 27 jamnya di Rumah Sakit Keluarga Suci di New Delhi, India, 1 Mei 2021 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Di India, banyak pekerjaan kembali normal ketika kota-kota dibuka setelah penguncian ketat pada Maret 2020. Namun para ekonom khawatir tentang hilangnya sekitar 12 juta posisi bergaji. Pekerjaan Sharma sebagai profesional pemasaran adalah salah satunya.

Pandemi telah mendorong 32 juta orang India keluar dari kelas menengah, yang didefinisikan sebagai mereka yang berpenghasilan 10 hingga 20 dolar AS per hari (setara dengan Rp 145.057 hingga Rp 290.113), menurut sebuah studi Pew Research Center yang diterbitkan pada bulan Maret 2021. Diperkirakan krisis telah meningkatkan jumlah orang miskin India menjadi 75 juta. Orang yang masuk kategori kelompok miskin adalah orang-orang berpenghasilan 2 dolar AS atau kurang per hari (setara dengan Rp 33,011).

“Jika Anda melihat apa yang mendorong orang ke dalam utang atau kemiskinan, dua sumber teratas sering kali adalah pengeluaran kesehatan yang dibiayai sendiri dan biaya pengobatan yang sangat besar,” kata K Srinath Reddy, Presiden Yayasan Kesehatan Masyarakat India.

Skema asuransi kesehatan yang diluncurkan oleh Perdana Menteri Narendra Modi pada 2018 dimaksudkan untuk menalangi kebutuhan 500 juta dari 1,3 miliar penduduk India. Skema itu merupakan langkah besar menuju pengurangan biaya medis. Namun hal ini tidak mencakup perawatan kesehatan dasar dan biaya rawat jalan yang terdiri dari sebagian besar biaya itu sendiri.

Jadi itu belum “secara efektif meningkatkan akses ke perawatan dan perlindungan risiko keuangan,” kata sebuah makalah kerja oleh para peneliti di Duke University, Durham, North Carolina, Amerika Serikat (ah/ft)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Kematian Covid-19 di India 10 Kali Lipat Laporan Resmi
Sebuah penelitian dampak pandemi virus corona di India ungkapkan jumlah kematian sebenarnya bisa mencapai 10 kali lipat dari angka resmi
Industri Film Bollywood India Diterjang Pandemi Covid-19
Industri film Bollywood India tidak lepas dari terjangan krisis Covid-19 dengan kerugian yang sangat besar dan menambah pengangguran
Kehidupan Pasca Ledakan Covid-19 di India Perlahan Normal
Setelah ledakan pandemi Covid-19 dan waktu berkabung massal dilewati, warga sekarang kembali melanjutkan aktivitas sehari-hari
0
Dalam Dua Hari, Vaksinasi PMK Tembus 58 Ribu Dosis
Pemerintah terus melakukan percepatan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk mencegah peningkatan jumlah hewan sakit PMK.