Pakar Pendidikan: Banyak Dampak Negatif dari Sekolah Daring

Ai Nurhidayat menjelaskan, keterbiasaan sekolah daring ini membuat perilaku siswa-siswa berubah ke arah yang kurang baik.
Siswa SMPN 4 Solo menggunakan face shield dan masker pada simulasi sekolah tatap muka pada 13 Oktober 2020. Ratusan siswa dan guru akan menjalani swab test sebelum uji coba belajar di sekolah pada November 2020. (Foto: Tagar/Sri Nugroho)

Jakarta - Pengamat sekaligus praktisi pendidikan Ai Nurhidayat menilai bahwa sekolah daring masih memiliki banyak dampak negatif.

“Ada beberapa efek buruk dari setahunnya sekolah daring dilaksanakan, mulai dari pola interaksi antar sesama maupun dengan gurunya sampai dengan pola berfikirnya,” kata Ai Nurhidayat kepada Tagar, Senin, 30 Agustus 2021.

Ai Nurhidayat menjelaskan, keterbiasaan sekolah daring ini membuat perilaku siswa-siswa berubah ke arah yang kurang baik.

“Dengan sekolah daring ini, siswa mudah menjadi ‘individualis’, jadi kurang berinteraksi, kurang adanya suntikan moral dan kurangnya rasa hormat terhadap gurunya," ujarnya.

Selain itu, Ai Nurhidayat juga menambahkan bahwa tak adanya pengawasan atau kontrol yang kurang terhadap anak dalam penggunaan smartphonenya, hal ini dapat menimbulkan kecanduan.

“Pada setahun sekolah daring ini, mereka (para siswa) dibiarkan dengan tidak adanya kontrol atau pengawasan lebih dari orang tua, yang tadinya disuruh belajar lewat smartphone malah bermain game, hal ini kan bisa menimbulkan efek kecanduan," katanya.

Ai Nurhidayat sendiri menilai adanya guru-guru yang nekat melakukan sekolah tatap muka langsung karena keterbatasan fasilitas.

“Di daerah-daerah tertentu ada guru-guru yang tidak memiliki fasilitas untuk sekolah daring atau tidak terbiasa akan hal itu, membuka sekolah tatap muka di rumah warga dengan lingkup yang kecil dengan jumlah siswa yang sewajarnya sekolah biasa, hal ini sangat aneh dan berbahaya,” ujarnya.


Ada beberapa efek buruk dari setahunnya sekolah daring dilaksanakan, mulai dari pola interaksi antar sesama maupun dengan gurunya sampai dengan pola berfikirnya.


Dengan adanya kabar bahwa sekolah tatap muka akan diberlakukan, maka dua permasalahan pendidikan atau sekolah di Indonesia di kala pandemi akan teratasi.

“Kita kan ada dua faktor utama permasalahan, pertama yaitu aspek kesehatan yang sangat dikhawatrikan pihak sekolah dan proses pembelajaran yang komplit dan kontekstual. Dengan diberlakukannya kembali sekolah tatap muka, maka dua faktor utama serta dampak-dampake negatif lainnya akan terselesaikan," ujarnya.[]


(Bariq Yonanda)

Baca Juga: 

Berita terkait
Perguruan Tinggi Juga Akan Terapkan Belajar Tatap Muka
PTM terbatas menurut Nadiem dirasakan makin mendesak untuk segera diimplementasikan, tidak terkecuali bagi jenjang pendidikan tinggi.
Presiden Jokowi Persilakan Opsi Belajar Tatap Muka
Opsi pembelajaran tatap muka PTM bisa digelar karena sudah ada (SKB) empat menteri yang mengatur hal tersebut
Guru: Pembelajaran Tatap Muka Lebih Efektif untuk Siswa
Ada beberapa perbedaan dalam penerapan proses belajar mengajar di masa pandemi Covid-19 dibanding sebelumnya.
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.