Hati saya sangat sedih melihat tindakan intoleran yang dilakukan sekelompok orang yang mengatasnamakan kelompok mayoritas, yang membatasi, meneror dan merampas kebebasan beragama saudara-saudara kita yang nonmuslim.
Pengrusakan, penggusuran, penghancuran, dan penutupan rumah ibadah nonmuslim terus saja terjadi. Terakhir, terjadi di Paroki Santo Joseph Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepri.
Sebagai muslim saya sungguh amat malu. Ini sungguh biadab. Toleransi seolah dimaknai sebagai perampasan hak hidup dan hak kebebasan beragama kelompok minoritas demi memuaskan berahi bejat sekelompok orang yang mengatasnamakan kelompok mayoritas.
Indonesia adalah negara kebangsaan, bukan negara agama.
Jika hal ini dianggap lazim, neraka bagi Indonesia, karena rusaklah tatanan kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang Berbhineka Tunggal Ika yang berdasarkan Pancasila.
Pancasila tidak mengenal mayoritas versus minoritas, yang mayoritas bisa keblinger, yang minoritas bisa benar. Musyawarah untuk mufakat atau musyawarah untuk sepakat. Bukan politik menang-menangan untuk menindas orang lain.
Indonesia adalah negara kebangsaan, bukan negara agama.
Negara menjamin kebebasan bagi umat agama-agama negara yaitu agama-agama yang secara resmi diakui negara: Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu, untuk menjalankan ibadah keagamaannya.
Jelas bagi saya, ada masalah serius di masyarakat kita saat ini, yaitu tidak bisa membedakan antara kehidupan keagamaan dan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam suatu masyarakat Indonesia yang plural ini yang berdasarkan Pancasila.
Pancasila bukan hanya ideologi negara atau dasar negara, namun lebih sebagai kompromi politik terbaik dalam hidup berbangsa dan bernegara yang berbhineka ini.
Pak Jokowi, saya harus terantuk pada dinding kokoh yang memaksa saya berkesimpulan, bahwa saya tidak bisa berharap banyak pada Menteri Agama RI saat ini, karena beliau sedang sibuk berwacana memulangkan eks WNI anggota ISIS dari Timur Tengah ke Indonesia yang sudah bukan negaranya lagi.
Sekali lagi, Pak Jokowi, mohon lindungilah saudara-saudara kita yang nonmuslim, agar mereka mempunyai kebebasan beragama sama seperti saya yang beragama Islam. Jauh dari tindakan teror, intimidatif, dan provokatif. Harmoni dalam keberagaman.
*Akademisi Universitas Gadjah Mada
Baca juga:
- Denny Siregar: Sel Tidur ISIS Berkeliaran di Indonesia
- Denny Siregar: Pak Jokowi, Jangan Memelihara Monster ISIS