Untuk Indonesia

Pak Jokowi, Ingat PAN Pernah Berkhianat pada Koalisi

'Pak Jokowi, ingat PAN pernah berkhianat pada koalisi. Tidak ada untungnya mengajak PAN berada di koalisi.' - Denny Siregar
Presiden Joko Widodo (tengah) berbincang dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan (kiri) dan Ketua MA Hatta Ali (kanan) disela acara buka puasa bersama di kediaman Ketua MPR, Jakarta, Jumat 8/6/2018. Buka puasa bersama tersebut dihadiri sejumlah pimpinan lembaga negara, anggota MPR dan tokoh politik. (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)

Oleh: Denny Siregar*

Isu makin kencang kalau Partai Amanat Nasional akan merapat ke koalisi Jokowi, meninggalkan oposisi.

Isu ini diawali dari pernyataan-pernyataan Wakil Ketua Umum PAN, Bara Hasibuan, yang mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019. Zulkifli Hasan, Ketum PAN, juga berkunjung ke istana bertemu Jokowi.

Apakah PAN akan merapat ke koalisi Jokowi?

Sebelum menjawab, mari kita flash back dulu ke tahun 2014, waktu dimana Pilpres dan pertarungan pertama Jokowi berhadapan dengan Prabowo. Dan kita ingat sekali, pada saat itu, PAN bergandeng mesra dengan Gerindra, karena kader mereka Hatta Rajasa, adalah calon Wapres Prabowo.

Ketika Prabowo kalah, Hatta Rajasa langsung menghilang dan tidak ikut mengklaim kemenangan. Ini mirip dengan Sandiaga Uno yang pelan-pelan mundur dan berusaha menghindar dari klaim-klaim kemenangan.

Pak Jokowi, tidak ada untungnya mengajak PAN berada di koalisi. Mereka hanya mengambil keuntungan sesaat, untuk kelak akan menjadi lawan kembali.

Zulhas dan JokowiKetua MPR sekaligus Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (kanan) bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi memberikan keterangan persa di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu malam (24/4/2019) usai acara pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku masa jabatan 2019-2024 Murad Ismail dan Barnabas Orno. (Foto: Istimewa)

Saat penghitungan real count hampir selesai, PAN langsung mengucapkan selamat kepada Jokowi. Bahkan Hanafi Rais, putra Amien Rais, juga mengucapkan selamat pada Jokowi dan JK. Dan itu semua atas restu Amien Rais. Dan PAN setahun sesudah pilpres, keluar dari koalisi oposisi.

Sebagai hadiah, PAN diganjar kursi Menteri oleh Jokowi. Asman Abnur akhirnya menjadi Menpan-RB.

Tapi, PAN tidak bisa lama-lama memakai topeng mereka. Mereka bersinggungan terus di Parlemen dengan koalisi Jokowi. PAN adalah satu-satunya partai koalisi yang berbeda pendapat soal Parliamentary Threshold 20 persen. PAN juga bersama Gerindra dan PKS menolak perppu ormas.

"Gak masalah sih berbeda pendapat, tapi itu tidak etis," kata JK menyesali.

Dan pada tahun 2018, Amien Rais akhirnya menyuruh Menpan-RB keluar dari Kementerian karena PAN merapat kembali ke Prabowo.

Sikap oportunis PAN ini memang merugikan. Mereka galak ketika posisi setara, tetapi melunak ketika akhirnya merasa kalah. Dan pola yang sama pada tahun 2014, kelihatan akan dilakukan lagi di 2019 ini.

Pak Jokowi, tidak ada untungnya mengajak PAN berada di koalisi. Mereka hanya mengambil keuntungan sesaat, untuk kelak akan menjadi lawan kembali. Mereka bukan teman setia, tetapi justru akan menjadi duri tajam di koalisi. Rekam jejak sudah bercerita, bahwa PAN akan merepotkan saja bahkan akan membuat koalisi saling curiga dan bisa saja malah terpecah.

Pepatah mengatakan, "Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak akan percaya". Sekali pernah berkhianat, selanjutnya ia akan kembali mengulangi.

Semoga dipikirkan kembali. Salam seruput kopi....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.