Oleh: Denny Siregar*
Isu makin kencang kalau Partai Amanat Nasional akan merapat ke koalisi Jokowi, meninggalkan oposisi.
Isu ini diawali dari pernyataan-pernyataan Wakil Ketua Umum PAN, Bara Hasibuan, yang mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019. Zulkifli Hasan, Ketum PAN, juga berkunjung ke istana bertemu Jokowi.
Apakah PAN akan merapat ke koalisi Jokowi?
Sebelum menjawab, mari kita flash back dulu ke tahun 2014, waktu dimana Pilpres dan pertarungan pertama Jokowi berhadapan dengan Prabowo. Dan kita ingat sekali, pada saat itu, PAN bergandeng mesra dengan Gerindra, karena kader mereka Hatta Rajasa, adalah calon Wapres Prabowo.
Ketika Prabowo kalah, Hatta Rajasa langsung menghilang dan tidak ikut mengklaim kemenangan. Ini mirip dengan Sandiaga Uno yang pelan-pelan mundur dan berusaha menghindar dari klaim-klaim kemenangan.
Pak Jokowi, tidak ada untungnya mengajak PAN berada di koalisi. Mereka hanya mengambil keuntungan sesaat, untuk kelak akan menjadi lawan kembali.
Saat penghitungan real count hampir selesai, PAN langsung mengucapkan selamat kepada Jokowi. Bahkan Hanafi Rais, putra Amien Rais, juga mengucapkan selamat pada Jokowi dan JK. Dan itu semua atas restu Amien Rais. Dan PAN setahun sesudah pilpres, keluar dari koalisi oposisi.
Sebagai hadiah, PAN diganjar kursi Menteri oleh Jokowi. Asman Abnur akhirnya menjadi Menpan-RB.
Tapi, PAN tidak bisa lama-lama memakai topeng mereka. Mereka bersinggungan terus di Parlemen dengan koalisi Jokowi. PAN adalah satu-satunya partai koalisi yang berbeda pendapat soal Parliamentary Threshold 20 persen. PAN juga bersama Gerindra dan PKS menolak perppu ormas.
"Gak masalah sih berbeda pendapat, tapi itu tidak etis," kata JK menyesali.
Dan pada tahun 2018, Amien Rais akhirnya menyuruh Menpan-RB keluar dari Kementerian karena PAN merapat kembali ke Prabowo.
Sikap oportunis PAN ini memang merugikan. Mereka galak ketika posisi setara, tetapi melunak ketika akhirnya merasa kalah. Dan pola yang sama pada tahun 2014, kelihatan akan dilakukan lagi di 2019 ini.
Pak Jokowi, tidak ada untungnya mengajak PAN berada di koalisi. Mereka hanya mengambil keuntungan sesaat, untuk kelak akan menjadi lawan kembali. Mereka bukan teman setia, tetapi justru akan menjadi duri tajam di koalisi. Rekam jejak sudah bercerita, bahwa PAN akan merepotkan saja bahkan akan membuat koalisi saling curiga dan bisa saja malah terpecah.
Pepatah mengatakan, "Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak akan percaya". Sekali pernah berkhianat, selanjutnya ia akan kembali mengulangi.
Semoga dipikirkan kembali. Salam seruput kopi....
*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Baca juga:
- Zulkifli Hasan Jelaskan Pertemuannya dengan Jokowi
- Zulkifli Hasan-Jokowi Bertemu, Ini Kata Sandiaga
- PAN ke Istana, Benarkah Sinyal Merapat ke Jokowi?
- PAN Respek Sikap Jokowi Hadapi Kemenangan Pilpres
- PAN PDIP Kompak Capek 'Berantem' 8 Bulan