Orhan Pamuk, Penulis Tersukses Turki yang Penuh Kontroversi

Orhan Pamuk, penulis Turki peraih nobel kesusastraan pada 2006, dikenal kontroversial, seperti menyinggung pembantaian oleh Ottoman Turki.
Orhan Pamuk. (Foto: Tagar/IMDB)

Jakarta - Orhan Pamuk menjadi penulis Turki pertama yang berhasil meraih nobel kesusastraan, yakni pada tahun 2006. Pamuk memang dikenal sebagai salah satu penulis paling sukses di Turki. Buku-bukunya selalu menjadi best-selling tidak hanya di negaranya, tetapi juga di luar Turki. Novel-novel garapan Pamuk bahkan sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 60 bahasa.

Tidak hanya itu, sejak menjadi penulis, Pamuk telah mendapatkan setidaknya 25 penghargaan sastra dari berbagai negara. Bahkan salah satu karya fenomenalnya, "My Name Is Red" kerap menyabet penghargaan internasional untuk kategori novel terbaik di Jerman dan Irlandia. Meskipun ada banyak penulis sastra di Turki, tetapi hingga kini hanya Pamuk yang bisa mendapatkan nobel kesusastraan.

Pamuk meraih penghargaan tertinggi dalam dunia sastra justru pada saat dirinya tersandung kasus "pencemaran nama baik bangsa Turki". Pamuk memang tercatat sebagai penulis yang paling lantang menyuarakan pendapatnya, termasuk "aib" Turki pada masa lalu. Pada Januari 2006, pengadilan Turki pernah mendakwa Pamuk hanya gara-gara interview kontroversialnya dengan salah satu media cetak Swiss. Pada saat itu, Pamuk menyinggung tentang sejarah pembantaian 3 ribu kaum Armenia di masa kekaisaran Ottoman Turki.

Namun, jika melihat masa lalu, mungkin tidak akan pernah ada yang menyangka seorang pemenang nobel kesusastraan justru dulunya bercita-cita sebagai seorang pelukis. Sejak umur 7 tahun, Pamuk mengaku dirinya sebagai seorang yang sangat tergila-gila dengan melukis. Bahkan dirinya sempat bertekad mengabdikan dirinya pada seni lukis. Namun, pada saat berumur 22 tahun, Pamuk berhenti melukis dan mulai berlatih menulis novel.

Pamuk lahir di Istanbul pada tahun 1952. Tidak ada "darah penulis" di keluarga Pamuk. Sebagian besar anggota keluarga besar Pamuk berprofesi sebagai pengusaha, insinyur, atau pengacara. Bahkan ayahnya adalah seorang insiyur sukses yang membangun rel kereta api serta beberapa pabrik di Turki.

Latar belakang inilah yang membuat Pamuk sempat menuntut ilmu arsitektur di Universitas Teknik Istanbul. Namun, setelah tiga tahun belajar arsitektur, Pamuk memutuskan untuk berhenti. Ia kemudian pindah ke Institut Jurnalisme di Universitas Istanbul. Semenjak itulah, Pamuk merasa tertarik dengan dunia kepenulisan.

Meski lulus dari pendidikan jurnalis, Pamuk memutuskan untuk tidak menekuni pekerjaan jurnalis. Pada usia 23 tahun, Pamuk mulai berambisi menjadi seorang penulis novel. Selama lima tahun, Pamuk mengerjakan novel pertamanya "Karanl?k ve I??k" (Darkness and Light). Lewat novel pertamanya inilah, Pamuk berhasil memenangkan lomba novel pertamanya di Turki.

Meskipun berhasil keluar menjadi pemenang, Pamuk sempat tidak bisa menerbitkan novel pertamnya tersebut. Barulah pada tahun 1982, Pamuk bisa menerbitkan novelnya setelah menulis kembali dan mengganti judulnya menjadi "Cevdet Bey and Sons". Tidak hanya itu, setahun setelah terbit, "Cevdet Bey ve O?ullar?" (Mr. Cevdet Bey and His Sons) berhasil meraih salah satu penghargaan novel paling bergengsi di Turki, Orhan Kemal Novel Prize.

Dalam biografinya, Pamuk mengaku karya-karyanya diilhami oleh kehidupannya sendiri. Setengah dari seluruh novel ciptaan Pamuk berkisah tentang kota Istanbul, dan sisanya tentang cerita 22 tahun kehidupannya. Bagi Pamuk, menulis novel adalah salah satu caranya mengekspresikan diri, dan mengenang berbagai memori krusial dalam kehidupannya.

Usai menerbitkan novel pertamanya, Pamuk menikahi teman sekolahnya sendiri, Aylin Türegün. Namun pada tahun 2002, kedua pasangan tersebut harus berpisah. Pamuk dan istrinya dikaruniai satu anak perempuan yang mempunyai nama mirip dengan salah satu tokoh pahlawan di novelnya, Rüya. []


Baca juga


Berita terkait
MotoGP Gandeng Perusahaan Teknologi Blockchain Asal Turki
Kolaborasi antara Bitci dan Dorna Sports akan dimulai dengan perusahaan teknologi blockchain menyandang status sponsor utama.
Turki Ingin Peran Baru di Afghanistan Minta Dukungan AS
Presiden Erdogan katakan negaranya butuh “bantuan diplomatik, logistik, dan finansial” dari AS jika diberi peran tempatkan pasukan di Afghanistan
Laga Pembuka Euro 2020 Italia Cukur Turki 3 - 0
Laga pembuka pada turnamen Benua Biru, Euro 2020, pertandingan antara Turki dan Italia di Grup A di Istanbul, 11 Juni 2021, Italia menang 3-0
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.