Oleh: Bagas Pujilaksono, Akademisi Universitas Gadjah Mada
Jujur, saya sangat salut pada semangat Prabowo Subianto untuk ke sekian kalinya kembali maju sebagai Capres, kok ya ra kapok-kapok, lebih-lebih usia Prabowo sudah tua. Dukungan timses dan relawan pendukung Prabowo, yang semangatnya gegap gempita, adalah suatu aset bagi Prabowo untuk berlaga di Pilpres 2024. Hampir setiap hari, saya mendapat kiriman tulisan dari salah satu Ketua Relawan pendukung Prabowo.
Namun, semua itu tidak cukup membuat saya tertarik memilih Prabowo Subianto. Saya tetap berada di barisan Ganjar Pranowo dan PDI Perjuangan, untuk memenangkan Ganjar Pranowo menjadi Presiden RI. Apa pun itu taruhannya, akan saya bayar lunas. Lu jual, gue beli.
Ada alasan subjektif dan objektif, namun keduanya tetap rasional, mengapa saya sejak dahulu selalu menolak ajakan memilih Prabowo Subianto. Ini bukan urusan like or dislike, murni demi kepentingan nasional.
Kok ya ra kapok-kapok, lebih-lebih usia Prabowo sudah tua.
Sebuah idealisme tidak selalu sejalan dengan capaian yang ada. Namun bagaimanapun itu korelasinya, kedua hal tersebut, dari pandangan pribadi saya, nihil pada diri Prabowo Subianto.
Saya tetap pada pendapat saya, bahwa Ganjar Pranowo adalah capres terbaik, dari yang ada, dan minim risiko. Risiko dilihat eksternal dan internal, demi keutuhan bangsa dan negara.
Ganjar Pranowo adalah sosok marhenis sejati, sudah paripurna dengan urusan sara, sederhana, dan tidak ambisius. Konsistensi, integritas dan komitmen kebangsaan Ganjar Pranowo, sudah teruji dan terbukti.
Yang paling penting saat ini adalah siapkan ide dan gagasan membangun Indonesia ke depan, sebagai modal bagi Ganjar Pranowo maju Capres di Pilpres 2024.
Menjaga kondusivitas kehidupan berbangsa dan bernegara adalah satu hal, menentukan pilihan adalah hal lain. Tidak perlu ragu dan menunjukkan muka ambigu. Saya memilih Ganjar Pranowo.
Sekali lagi, saya tidak punya argumen rasional untuk membenci Prabowo Subianto. Saya sadar sepenuhnya, bahwa kemenangan seorang capres pada Pilpres 2024, bukan ditentukan oleh timses dan banyaknya relawan dan pamrihwan yang mendukung, namun mutlak ditentukan oleh rakyat Indonesia. Arep gembar-gembor sak karepmu, yang penting hari H. []