Opini: Elektabilitas

Nobody cant stop the rising star. Nobody. Akankah sejarah terulang. Anak ideologis tetap jauh lebih baik dari anak biologis dalam banyak hal.
Ilustrasi - Elektabilitas seseorang sangat menentukan kemenangan dalam pemilihan presiden 2024. (Foto: Tagar/Pexels/Element5 Digital)

Politik itu sangat dinamis, dan sangat sensitif dengan variabel waktu. Hari ini berjaya, besok pagi bisa jadi kambing congek.

Jika dimodelkan secara matematis, hampir dipastikan tidak bisa didekati secara analitik maupun numerik. Yang muncul persamaan-persamaan khas yang valid pada kondisi sempit dan waktu tertentu.

Itulah politik. Dinamika politik menjadi begitu ekstrem dalam domain demokrasi seperti Indonesia saat ini. Banyak variabel yang bisa dimainkan hanya untuk mengacau negara, salah satunya variabel ekonomi.

Fenomena perpolitikan di Tanah Air, selalu bergejolak, abrupt change, karena pola berpikir yang dungu dan egoisme. Bukan hanya saat perubahan dari suatu rezim ke rezim berikutnya, namun juga pada saat adanya perubahan kepemimpinan nasional, selalu bergejolak.

Lemahnya prioritas kepentingan nasional menjadi faktor penentu kualitas demokrasi di Indonesia.

Demi rakyat, untuk rakyat, hanyalah pepesan kosong. Rakyat selalu dibawa-bawa saat pemilu, namun setelah pemilu, boro-boro diurus, disapa saja tidak, pada sibuk merampok kue hasil pemilu, alias bagi-bagi kekuasaan, dan rakyat ditinggal. Gotong-royong adalah istilah yang tidak pas, secara empirik yang benar gotongen tak royonge.

Geliat 2024 sudah sangat terasa hari ini, sekaligus menjadi bukti bahwa efektivitas suatu pemerintahan hanya sekitar dua tahun dari waktu lima tahun. Sangat tidak efektif dan efisien.

Pas masih kuliah di UGM bloonnya minta ampun, setelah jadi politikus, gayanya seperti orang jenius. Pengin ketawa ngakak, namun takut dosa.

Kata Bung Karno, jas merah, jangan melupakan sejarah, termasuk sejarah masa lalunya.

Faktor penentu pada kontestasi politik khususnya pilpres adalah elektabilitas. Tidak peduli itu putra/putri mahkota, atau anak ideologis, elektabilitas akan menghentikan ambisinya, otherwise dia harus tenggelam bersama parpolnya. Rakyat tidak bodoh dan sudah pandai memilih.


Nobody can't stop the rising star. Nobody.




Anak ideologis tetap jauh lebih baik dari anak biologis dalam banyak hal.

Elektabilitas seorang Capres hampir dipastikan tidak melekat pada parpol, murni ditentukan popularitas seorang Capres itu sendiri.

Untuk case Pak Jokowi, justru parpol pengusungnya yang diuntungkan oleh popularitas Pak Jokowi. Hal tersebut nyata di Pileg 2019, banyak caleg yang mestinya sibuk memaparkan program-programnya, namun justru sibuk ndompleng ketenaran Pak Jokowi. Dan itu efektif.

Konflik internal parpol yang muncul ke publik, sangat merugikan bagi parpol itu sendiri, karena menggambarkan soliditas internal partai. Boro-boro bicara komitmen dan integritas politik, bersatu dan rukun saja tidak mampu. Dan ini sangat bahaya bagi parpol.

Ingat eksodus besar-besaran tahun 2004, konstituen pindah haluan politik dari parpol jumbo ke parpol gurem, hanya gara-gara salah dalam berucap.

Nobody can't stop the rising star. Nobody.

Mungkinkah sejarah terulang kembali, hanya gara-gara perilaku konyol seseorang, elektabilitas suatu parpol jumbo terjun bebas?

Mburu uceng kelangan deleg.

Elektabilitas menjadi faktor penentu. Jangan paksakan diri menggotong sosok tak populer. Perilaku bodoh, konyol dan bunuh diri.

Capres populer disandingkan cawapres populer, bisa jadi keduanya menjadi tidak populer, karena benturan sesama pendukung fanatik. Sebaliknya capres populer disandingkan cawapres kambing congek, tetap populer, dan menang pilpres. 

*Akademisi Universitas Gadjah Mada


Baca juga: Ganjar Pranowo: Saya Sangat Menghormati Mbak Puan Maharani





Berita terkait
9 Survei Menunjukkan Ganjar Pranowo Unggul dari Puan Maharani
Berdasarkan sejumlah survei popularitas dan elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo lebih unggul dibandingkan Ketua DPR Puan Maharani.
Denny Siregar: Hanya Ganjar Pranowo Harapan Kita
Ganjar Pranowo, Prabowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Sandi Uno, hanya Ganjar yang punya komitmen kuat melawan kelompok radikalis. Denny Siregar.
Denny Siregar: Ganjar Pranowo Mengulang Kisah Jokowi
SBY dipecat Mega, SBY jadi presiden. Jokowi dihambat Taufik Kiemas, Jokowi jadi presiden. Ganjar dimusuhi Puan, malah jadi presiden? Denny Siregar.
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"