Ombudsman Sumbar Sidak Bandara dan Apotek

Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Barat melakukan inspeksi mendadak ke Bandara Internasional Minangkabau.
Kepala Keasistenan Pelaporan Ombudsman Sumbar, Meilisa Fitri Harahap menjelaskan penggunaan Kartu Tanda Kesehatan yang diberlakukan di Bandara Internasional Minangkabau di kantor Ombudsman Sumbar. (Foto: Tagar/Muhammad Aidil)

Padang - Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah tempat, salah satunya Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar.

Kecukupan peralatan dan petugas dalam melakukan scanner harus menjadi perhatian. Harus ada pojok informasi berupa selebaran atau petugas informasi.

Selain itu, Ombudsman juga melakukan sidak ke Apotek Kimia Farma yang berada di Kota Padang. Sidak ini untuk melakukan pemantauan antisipasi pihak bandara terkait mewabahnya virus corona. Begitu juga memastikan tidak adanya penimbunan masker yang dijual dengan harga tinggi oleh apotek di bawah naungan pemerintah.

Sidak di BIM, Ombudsman menemukan sejumlah antisipasi penanganan virus corona. Pihak bandara menyiagakan dua orang dokter dengan minimal tujuh orang petugas medis di setiap shift.

"Setiap penumpang yang datang diwajibkan mengisi Kartu Kewaspadaan Kesehatan (Healthy Alert Card) yang dibagi menjadi dua, satu untuk penumpang dan bagian lain untuk petugas," kata Kepala Keasistenan Pemeriksaan Ombudsman Sumbar, Meilisa Fitri Harahap, Rabu, 4 Maret 2020.

Pihaknya juga menemukan dua alat thermoscan dengan radius 30 hingga 45 meter yang berada di depan pintu Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) bagi penumpang kelas internasional.

"Jika ditemukan suhu tubuh penumpang di atas 38 derajat celcius, KKP akan melakukan pemeriksaan lanjutan dan jika terindikasi, langsung dirujuk ke RSUP M Djamil Padang," katanya.

Untuk kedatangan domestik atau dalam negeri, pihaknya sudah menemukan thermoscan. Namun alat tersebut belum difungsikan, karena perlu koordinasi dengan pihak Angkasa Pura II untuk meletakkan peralatan tersebut.

"Kami berpendapat, kecukupan peralatan dan petugas dalam melakukan scanner harus menjadi perhatian. Harus ada pojok informasi berupa selebaran ataupun petugas informasi," katanya.

Sementara itu, saat melakukan pemeriksaan di Apotek Kimia Farma, pihaknya juga menemukan kelangkaan masker akibat diborong oleh sejumlah masyarakat. "Harga masker juga naik secara signifikan. Distributor resmi tidak lagi menjual masker dan barang tersebut dapat dipasarkan secara bebas," katanya.

Meilisia mengatakan, pada awal Februari 2020, harga jual masker masih di kisaran Rp 32 ribu per boks dengan isi 50 helai dan ketersediaan masker sudah habis terjual pada bulan Februari yang dipesan oleh bidang pengadaan Apotek Kimia Farma.

"Saat diorder kembali oleh Kimia Farma sebanyak 160 helai, harga beli sudah naik menjadi Rp 3.600 per lembar atau menjadi Rp 180 ribu per boks serta dijual dengan harga Rp 5.000 per lembar dan Rp 250 per boks," katanya.

"Belum ada sistem di Kimia Farma yang mengakomodir tracking batch Stock Keeping Unit (SKU), karena ada lebih dari 2.500 SKU dan satu SKU terdiri dari beberapa batch. Untuk permasalahan pelapor harga jua masker dari Rp 180 menjadi Rp 200 ribu," tuturnya. []



Berita terkait
Virus Corona Bikin Harga Masker di Padang Melejit
Wabah virus corona juga memicu kenaikan harga masker di Kota Padang, Sumatera Barat.
Wisatawan China di Padang Dicurigai Terpapar Corona
Wisatawan asal Kunming, China, yang tiba di Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman, Sumatera Barat, patut dicurigai kena virus corona
Gubernur Sumbar Minta Warga Tak Panik Virus Corona
Gubernur Sumatera Barat meminta masyarakat tidak panik dengan telah masuknya virus corona ke Indonesia.
0
Menkeu AS dan Deputi PM Kanada Bahas Inflasi dan Efek Perang di Ukraina
Yellen bertemu dengan Freeland dan janjikan kerja sama berbagai hal mulai dari sanksi terhadap Rusia hingga peningkatan produksi energi