Ojo Kendor, Pria Bertato Mengaku Bukan Preman Medan

Sebanyak 15 preman yang kerap membuat resah masyarakat ditangkap tim gabungan Kepolisian Rresor Besar Medan.
Sejumlah preman yang kerap membuat resah masyarakat ditangkap tim gabungan Kepolisian Resor Besar (Polrestabes) Medan, Sumatera Utara, Kamis, 5 Maret 2020. (Foto: Tagar/Reza Pahlevi)

Medan - Sebanyak 15 preman yang kerap membuat resah masyarakat ditangkap tim gabungan Kepolisian Resor Besar (Polrestabes) Medan di Pasar Bulan, Kota Medan, Sumatera Utara pada Kamis, 5 Maret 2020 kemarin.

Enam dari 15 preman yang diamankan itu rata-rata memiliki tato, dengan berbagai model di bagian tubuh mereka. Ada pada bagian lengan, dan di punggung.

Para preman ini biasanya melancarkan aksi dengan cara memalak warga atau para pedagang dengan beberapa modus, diantaranya meminta uang parkir, padahal tidak memiliki kartu parkir, meminta uang keamanan, dan jasa payung.

Kalau uang parkir, si preman tidak memberikan kertas retribusi kepada pengendara, tapi uang parkir dikutip. Sedangkan uang keamanan, mereka membuat harga yang bervariasi, dan uang payung sebesar Rp 20 ribu per lapak pedagang.

Ke-6 preman bertato itu adalah Andre Sitohang, Sunarto, Kristian, Umpal, Ruslan Silalahi, Alifendi dan terakhir bernama Ojo Kendor.

Diajak ngobrol di markas polisi, Ojo Kendor kepada Tagar mengaku tidak tahu apa salahnya sehingga dia ikut diangkut polisi. Menurutnya, dia hanya penjaga parkir di Pasar Bulan.

"Saya juga tidak tahu apa salah saya. Saya hanya tukang parkir, ini ada kartu tanda pengenal saya sebagai tukang parkir, saya hanya tidak memakai baju dinas parkir," kata Ojo Kendor, lelaki berusia 40 tahun, beralamat di Jalan Sutomo, Kota Medan.

Iya, mereka kita pulangkan. Kita bina agar tidak mengulangi perbuatan serupa

Dia mengaku tidak berani bekerja tanpa memegang kartu pengenal parkir, apalagi tanpa kertas retribusi. Pengakuannya, dia selalu memberikan karcis setiap kali mengutip uang dari para pengendara yang parkir di wilayah kerjanya.

Preman MedanSebanyak 15 preman yang kerap membuat resah masyarakat ditangkap tim gabungan Kepolisian Resor Besar (Polrestabes) Medan, Sumatera Utara, Kamis, 5 Maret 2020. (Foto: Tagar/Reza Pahlevi)

"Kalau kertas itu selalu saya kasih kepada pengendara, makanya saya heran mengapa saya ditangkap dalam razia preman ini. Saya bukan preman," kata Ojo Kendor, pemilik tato di lengan kirinya.

Ojo Kendor mengaku, usaha jaga parkir telah digelutinya dalam tiga tahun terakhir. Dulunya dia seorang penarik becak bermotor.

"Saya tidak ada kerjaan, makanya jaga parkir. Anak saya di rumah ada dua. Saya tidak akan berbuat kejahatan atau meresahkan masyarakat," katanya sambil merunduk.

Kapala Bagian Operasional Polrestabes Medan Alimudddin Sinurat, menyebut petugas menangkap 15 preman yang meresahkan masyarakat dari lokasi Pasar Bulan di Jalan MT Haryono, Kota Medan.

"Pelaku kita amankan karena meresahkan masyarakat atau pedagang. Dari mereka kita amankan sejumlah uang dengan jumlah yang berbeda-beda. Modus mereka ada yang menyiapkan tenda untuk disewakan dan mengutip parkir liar," kata Alimuddin.

Para preman yang diamankan akan dibina dan diberikan surat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya.

"Iya, mereka kita pulangkan. Kita bina agar tidak mengulangi perbuatan serupa. Akan tetapi, jika ada laporan dari korbannya atau jika ada pidananya, maka akan kita proses sesuai dengan hukum yang berlaku," tukasnya.[]

Berita terkait
Aksi Perwira Polisi Menangkap Belasan Preman Medan
Tim gabungan dari Kepolisian Resor Besar Medan melakukan razia preman. Belasan orang diamankan.
Pengakuan Istri Santang, Preman Sadis Yogyakarta
Inilah pengakuan istri Santang, preman Yogyakarta yang dikenal sadis. Mengaku selama dua bulan diteror musuh suaminya dengan bom molotov.
Pelajar di Gowa Dikeroyok Preman Saat Belajar
Seorang pelajar SMK di Gowa Sulsel dikeroyok sejumlah preman saat sementara belajar di sekolahnya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.