Novak Djokovic Buka Peluang Raih Golden Slam di Olimpiade Tokyo

Novak Djokovic mengalahkan petenis Spanyol, Alejandro Davidovich, dan melaju ke perempat final Olimipiade Tokyo 2020
Novak Djokovic, petenis Serbia peringkat ke-1 dunia ATP, di Olimpiade Tokyo 2020 (Foto: marca.com/EFE)

Oleh: Almudena Rivera diadaptasi oleh Conor Clancy

Novak Djokovic, petenis Serbia peringkat ke-1 dunia ATP, mengalahkan Alejandro Davidovich (Spanyol) dengan skor 6-3 dan 6-1 dalam waktu satu jam 23 menit untuk melaju ke perempat final di Olimpiade Tokyo 2021.

Kemenangan ini membuka jalan Djokovic untuk meraih medali emas tenis tunggal putra olimpiade untuk menyamai rekor petenis Jerman, Steffi Graf.

Petenis Serbia itu tidak pernah terlihat bermasalah saat dia mengalahkan petenis Spanyol itu, melanjutkan mimpinya memenangkan emas Olimpiade untuk menambah empat Grand Slamnya musim ini.

Daniil MedvedevPetenis Rusia, Daniil Medvedev, kewalahan hadapi cuaca panas di Olimpiade Tokyo 2020 (Foto: marca.com/EFE)

“Saya tidak akan rugi apa-apa, tetapi Djokovic bermain di level yang luar biasa,” kata Davidovich. “Saya pikir dia akan mendapat sedikit tekanan, tetapi dia bermain luar biasa dan penanganannya terhadap segalanya mengejutkan saya.”

“Saya memiliki peluang di set pertama tetapi dia naik satu tingkat dan saya tidak bisa mengatasinya,” ujar Davidovich merendah.

Pablo Carreno, orang terakhir Spanyol yang bertahan. Dari peserta Spanyol, hanya Pablo Carreno yang tersisa dengan kesempatan. Dia akan menghadapi Daniil Medvedev, Rusia, di perempat final, dan petenis Rusia itu memiliki masalah sendiri mengatasi panas dan kelembaban musim panas ini.

Pemenang perempat final Carreno melawan Medvedev akan menghadapi Karen Khachanov atau Ugo Humbert di semifinal (marca.com). []

Berita terkait
Novak Djokovic Melakukan Peregangan Dengan Pesenam di Tokyo
Petenis No.1 Dunia itu membuat banyak orang terpesona dengan selera humor dan kepribadiannya
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi