Nita Pasrah, Tetangganya Bilang Anaknya Lari ke Jalan HM Soeharto

“Tetangga saya bilang anak saya Rachel dan Aldo bersama-sama lari ke Jalan HM Soeharto," ujar Henita Pangkey.
Selembar kertas pengumuman orang hilang terpasang pada reruntuhan bangunan akibat gempa dan pencairan tanah (likuifaksi) di Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (13/10/2018). Pascagempa, tsunami, dan likuifaksi yang melanda Palu, Donggala dan Sigi pada 28 September 2018, sejumlah warga masih belum ditemukan dan dinyatakan hilang. (Foto: Antara/Mohamad Hamzah)

Seorang ibu korban gempa dan likuifaksi atau fenomena pencairan tanah dari Kelurahan Petobo Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, belum menemukan kedua anaknya.

"Salah belum dapat anak-ku, bantu saya mencari temukan anak-ku," ucap Henita Pangkey di Palu, Rabu (17/10).

Sampai hari ke-19 pasca-gempa dan likuifaksi di Kelurahan Petobo, Henita Pangkey belum mengetahui jelas kabar dan keberadaan dua anaknya Rachel Arnee Putri berusia 21 tahun dan Aldo Ramdhan 18 tahun.

Saat gempa 7,4 Skala Richter mengguncang Kelurahan Petobo yang disertai dengan likuifaksi Jumat 28 September 2018, Rachel Arnee Putri dan Aldo Ramdhan berada di tempat tinggal mereka, Jalan Tabaro, Petobo. Mereka berdua lari bersamaan menyelamatkan diri keluar dari rumah dan jalan tersebut, menuju jalan poros HM Soeharto.

Saat itu Henita Pangkey tidak sedang berada di rumah. Dia sedang bepergian keluar kota sehari sebelum peristiwa Jumat petang itu mengguncang Petobo.

"Saya mendengar kabar ada gempa dan lumpur, maka saya langsung balik ke Palu. Tetangga saya bilang bahwa anak saya Rachel dan Aldo bersama-sama lari ke Jalan HM Soeharto," ujar Henita Pangkey.

Nita sapaan akrab Henita Pangkey melakukan pencarian dua anaknya tersebut ke lokasi-lokasi pengungsian, mulai dari perbatasan Kelurahan Petobo dan Desa Ngatabaru Kecamatan Biromaru Sigi, Desa Ngatabaru, Kelurahan Kawatuna, Lasoani, Kelurahan Duyu dan Pengawu.
Dia juga mencari ke lokasi pengungsian di Desa Parovo, Dusun Ranoropa Desa Loru, Desa Loru dan Desa Pombewe, namun hasilnya nihil.

"Saya bertanya ke orang-orang Petobo tentang kabar anak saya. Ada tetangga yang tinggal di Jalan HM Soeharto mengaku bertemu dengan Rachel anak saya pada pukul 23.00 WITA, setelah gempa dan lumpur menghantam Petobo," sebut Nita.

Nita yakin dan optimis bahwa kedua anaknya selamat dari bencana alam yang menyimpan trauma mendalam kepada warga Petobo.

Keyakinan itu dikuatkan dengan adanya kabar yang diterima dari salah seorang warga Petobo yang mengaku bertemu dengan Rachel anaknya, di RS Bersalin Nasanapura Kelurahan Petobo, sekitar pukul 23.00 WITA, Jumat 28 September 2018.

Dia terus berusaha mencari mengelilingi Kota Palu untuk menemukan dua anaknya itu. Sampai pada hari ke-10 pasca-gempa dan likuifaksi di Petobo, Nita mendapat kabar dari rekan Rachel bernama Rizki.

Rizki mengaku melihat Rachel bersama tiga rekannya (dua perempuan dan satu laki-laki) berjalan dari simpang empat Jalan Touwa dan Basuki Rahmat. Empat remaja ini disebutkan berjalan ke arah timur Jalan Basuki Rahmat persis ke arah Bandar Udara Mutiara Sis Aljufri Palu, sekitar pukul 23.00 WITA pada tanggal 1 Oktober 2018.

"Saya pasrah dan terus bersabar dan tabah. Saya berdoa memohon kepada sang pencipta selamatkan anak-anakku," kata Nita.

Dalam daftar penumpang Palu tiba HND Pesawat A1318 pukul 16.32 WITA tanggal 5 Oktober 2018 terdapat nama Aldo dan Rachel. Dalam daftar penumpang pesawat tersebut, Aldo berada di nomor urut 6 dengan tujuan penerbangan Makassar, sementara Rachel berada di nomor urut 117 tujuan penerbangan Jakarta.

"Saya sudah mencoba hubungi mereka berdua, namun tidak dapat tersambung hingga saat ini," akui Nita.

Henita dan keluarganya tidak lagi memiliki tempat tinggal. Rumahnya hancur diguncang gempa dan dihantam lumpur likuifaksi di Kelurahan Petobo.

Mereka kini bertahan ditenda-tenda pengungsian, dengan menggantungkan harapan kepada pemerintah untuk membantu menyediakan tempat tinggal.

Kelurahan Petobo menjadi salah satu wilayah terparah, saat gempa dan lumpur likuifaksi menghantam wilayah itu Jumat petang.

Di perkirakan ribuan rumah warga tertimbun lumpur. Berdasarkan data Basarnas area yang tertimbun lumpur atau area evakuasi kurang lebih seluas 2 kilo meter persegi. (Muhammad Hajiji/ant)

Berita terkait
0
Kemendagri Minta Daerah Segera Bentuk BRIDA
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) meminta pemerintah daerah (Pemda) segera membentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA).