Nilai Kerugian Kapal Tabrak Crane di Semarang

Pelindo III Surabaya menaksir kerugian besar dari kejadian Kapal menabrak container crane di Tanjung Emas Semarang.
Besi container crane yang roboh ditabrak Kapal MV Soul of Luck masih di lokasi kejadian, Senin 15 Juli 2019. Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga TPKS, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang tetap berjalan normal. (Foto : Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang - PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Surabaya menaksir dampak kerugian dari kejadian Kapal MV Soul of Luck menabrak container crane (CC) di dermaga Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS), Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jawa Tengah, mencapai hingga Rp 60 miliar. Meskipun begitu, aktivitas bongkar muat peti kemas dinyatakan sudah kembali normal.

“Total kerugian material kami mencatat kurang lebih Rp 60 miliar, termasuk berhenti operasi itu,” ungkap Direktur Pelindo III Doso Agung kepada awak media di Kantor Pelindo III Cabang Semarang, Senin, 15 Juli 2019.

Doso menjelaskan kerusakan terjadi pada satu unit CC, yakni nomor 3 yang terletak paling ujung di dermaga TPKS. Kemudian tiga unit head truck dan 14 kontainer yang rusak akibat tertimpa batang crane. Juga ada satu unit bolder, yakni tambatan untuk mengikat kapal. Enam unit fender atau bantalan yang berfungsi meredam benturan saat kapal akan bersandar.

“Serta beberapa scratch di dermaga yang harus diperbaiki. Hari ini kami datangkan tim teknis untuk segera dibuat penggantinya dan dilakukan perbaikan,” ujar dia.

Akibat dari tidak berfungsinya CC nomor 3, akan mengurangi kecepatan bongkar muat kami, 5-10 persen.

Dari sisi pelayanan, Pelindo III Cabang Semarang juga mencatat terdampak. Sejak kejadian tabrakan, sekitar pukul 17.00 hingga tiga jam berikutnya, aktivitas bongkar muat di dermaga TPKS dihentikan sementara. Itu dilakukan guna sterilisasi dan pengamanan lokasi kejadian. Namun sekitar pukul 20.00 aktivitas bongkar muat di CC lain kembali berjalan setelah dipastikan keamanannya.

Bakal Terjadi Penurunan Kecepatan

Doso juga mengakui dengan tidak beroperasinya CC nomor 3, aktivitas di dermaga TPKS secara keseluruhan bakal tidak seperti sebelum kejadian tabrakan. Artinya, akan terjadi penurunan kecepatan pelayanan bongkar muat dibanding kondisi normal.

“Akibat dari tidak berfungsinya CC nomor 3, akan mengurangi kecepatan bongkar muat kami, 5-10 persen,” Kata Doso.

Berkurangnya kecepatan bongkar muat peti kemas ini diangap masih wajar, mengingat di bawah ambang batas pelayanan yang digariskan Pelindo III, yakni 30 kontainer per satu jam. “Kelambatan operasi yang bisa ditolerir Pelindo III adalah sampai dengan 15 persen,” ujar Doso.

Jika terjadi kelambatan hingga melebihi 23 kontainer per jam, maka Pelindo sudah menyiapkan langkah antisipasi. Sudah ada sejumlah harbour mobile crane yang stand by di Surabaya dan siap dikirim ke Semarang. “Kami sudah siapkan tambahan crane seandainya terjadi kelambatan di dalam operasi di TPKS,” tutur Doso.

Oleh karena itu, Doso menjamin kejadian kapal tabrak crane tidak akan menghambat aktivitas pengiriman barang, baik ekspor impor maupun domestik, yang melalui TKPS Tanjung Emas. “Antrian kapal kontainer, kami menjamin tidak akan terjadi kelambatan yang bisa ditolerir untuk kegiatan ekspor impor dan kegiatan dalam negeri. Sesuai arahan Menteri BUMN [Badan Usaha Milik Negara] dan Perhubungan kami harus memberi service excellent untuk pelayanan di Pelindo III,” ujar dia.

Masih Roboh di Tempat

Ditambahkan, saat ini container crane yang roboh masih ada di lokasi kejadian menunggu pihak asuransi selesai menghitung kerugian. Penghitungan kerugian juga menyasar pihak ketiga yang merasa dirugikan atas kejadian tersebut.

“Lima hari sampai dua pekan kedepan kami akan mulai merelokasi CC ke tempat lain,” imbuh dia.

Ketua Indonesian National Shipowners Association (INSA) Semarang M Ridwan mengapresiasi kinerja Pelindo III dan jajaran yang sangat responsif untuk menormalisasi pelayanan bongkar muat kontainer. Awalnya ia mengira kejadian pada Minggu 14 Juli 2019 sekitar pukul 17.10 WIB itu akan mempengaruhi operasional kegiatan di TPKS, namun ternyata hanya berhenti selama tiga jam saja.

“Saat kami datang sekitar pukul 20.00 WIB, jam 20.30 sudah bisa digerakkan bongkar muat untuk kapal di sebelahnya. Karena kebetulan di sebelah crane yang roboh itu ada kegiatan kapal kami juga. Senin, 15 Juli 2019 pagi, sudah normal,” pungkas dia. []

Baca juga:

Berita terkait
0
JARI 98 Perjuangkan Grasi untuk Ustadz Ruhiman ke Presiden Jokowi
Diskusi digelar sebagai ikhtiar menyikapi persoalan kasus hukum yang menimpa ustaz Ruhiman alias Maman.